Dia

3 0 0
                                    

"Hei Ninda, sedang apa kau ?" Tanya seorang gadis pada gadis lainnya.

"Merenung" ujar gadis tersebut.

"Kenapa? Rindu pada sekolah lama mu ?"

"Tidak, bosan saja" jawab nya.

"Kau beruntung, tahu? Kau masuk kesini dan mendapat teman dengan mudah" ujar sang gadis seraya duduk di sebelahnya.

"Iya, mana teman-teman yang lain?" Tanya Ninda

"Di kantin, kita makan terlebih dahulu saja" ujar gadis tersebut sembari membuka bekal makan siangnya.

"Hei Ninda, kau sudah siap untuk ulangan nanti ?" Ujar seorang lelaki yang tiba-tiba datang menghampiri mereka berdua.

"Tidak terlalu" jawabnya.

"Yasudah, ini untukmu" ujar lelaki tersebut sembari menyodorkan secarik kertas ulangan, yang tempat pilihan gandanya sudah di titiki.

"Wah Langit, kau hanya memberi Ninda ? Beri aku juga!" Ujar sang gadis, yang menyaksikan hal tersebut.

"Halah, diam kau Andin, siapa suruh kau tak memberiku jawaban kemarin?"

"Dan Ninda memberi ?"

"Ya, tidak, sudahlah, aku mau makan dulu" ujar nya sembari beranjak pergi

"Langit, kurasa aku tak bisa memakai ini" ujar Ninda.
"Mengapa ?" Tanyanya
"Aku sudah pasrah, biarlah aku mendapat nilai merah" ujar Ninda, memberi alasan yang kira-kira akan di terima.

"Haduh, jika begitu, berikan saja padaku" ujar Andin
"Yasudahlah, biar kupakai saja" ujar Langit, mengambil kertas yang dijulurkan Ninda, sebelum Andin sempat mengambilnya.

"Cih, dasar pelit" ujar Andin, sembari memelototi Langit yang beranjak menjauh.

"Lho, ada urusan apa Langit kemari ?" Tanya seorang gadis yang baru saja datang, disusul dengan 2 gadis lainnya.
"Entah, tiba-tiba menawarkan jawaban ujian ke Ninda" ujar Andin
"Haduh Nin, kamu sih terlalu baik, akhirannya, didekati orang-orang seperti itu 'kan ?" Ujar salah seorang gadis yang baru datang.
"Orang seperti itu bagaimana, Dar?" Ujar Ninda.
"Ya, seperti itu..."
"Suka mencontek, membuat guru emosi,"
"Sudah, makanan kalian akan dingin jika kalian terus membicarakan orang lain" potong Andin sebelum temannya melanjutkan kalimat tersebut.
"Lagipula, kenapa kau tiba-tiba menawarkan diri menjadi anggota kelompok Langit, tadi siang ?" Tanya Dar, atau Dara, yang dilanjutkan oleh temannya yang lain.
"Iya, kau tahu 'kan, bisa-bisa, kau menjadi satu-satunya orang yang bekerja.."

"Tadi 'kan kelompok Langit kekurangan anggota,"
Potong Ninda

"Ya, karena Langit tak pernah mau bekerja dalam kelompok, Nin, biar saja Bu Astrid yang memilih orang untuk masuk ke kelompok mereka, tak usah kau mengorbankan dirimu"
Potong Dara.

"Yasudahlah, yang sudah terjadi, biarkan saja, toh, Ninda juga tak keberatan" ujar gadis lain.

"Betul itu," timpal gadis lainnya.

"Pelajaran apa kita, sehabis ini?" Tanya Ninda

"Lab biologi," jawab Andin, sembari menyantap makannannya.

"Gawat, aku lupa membawa jas lab" ujar Ninda, sembari beranjak berdiri.

"Lho, mau kemana kau?" Tanya Dara

"Minjam jas lab," ujar Ninda.

"Memang kau kenal siapa, di kelas lain?" Tanya gadis yang sedari tadi duduk berhadapan dengan Ninda.

"Ehm...tenang, aku bisa meminjam jas lab.... Vi...a ?" Ujar Ninda ragu.

"Via itu IPS, mana punya jas lab" ujar gadis tersebut.

"Kalau begitu... aku akan ke kelas IPA lain ?" Ujar Ninda

"Hari ini, yang mempunyai jadwal lab biologi hanya kita, Nin" ujar Andin.

"Duh, yasudahlah," ujar Ninda pasrah, sembari duduk kembali di kursinya.
Tiba-tiba, bel masuk berbunyi.

"Haduhh, cepat sekali sih istirahatnya" ujar Dara dengan kesal, sembari merapihkan makanannya.
Gadis-gadis yang lain pun ikut merapihkan makanan mereka, dan mempersiapkan buku untuk pelajaran berikutnya.
Semua orang bergegas memakai jas lab mereka, kecuali satu orang. Ninda.
Akhirnya, satu persatu orang-orang meninggalkan kelas, dan berjalan menuju lab biologi.
Ninda berjalan dengan lambat, berharap dengan begitu, ia tak perlu sampai di lab biologi.
Di saat semua orang telah masuk di dalam lab, Ninda, masih berjalan dengan cemas. Tiba-tiba, sebuah tangan menyentuh pundaknya.

"Lho, Langit? Kau tidak masuk ke lab?"

"Aku baru saja kembali dari kantin"

"Kau tak mengenakan jas lab Nin ?" Tanya Langit.

"Aku lupa membawanya" ujar Ninda.
Langit tiba-tiba memberikan bawaanya ke Ninda.

"Pegang sebentar"

Ucapnya, sambil melepaskan jas lab yang ia sedang kenakan.

"Nih, kau pakai saja" ujar Langit, sambil menyodorkan jas labnya ke Ninda.

"Ah, tidak perlu, kasihan nanti kau, dimarahi" ujar Ninda.

"Tidak, kau sudah menolak kunci jawaban yang ku beri tadi, jadi, tolong terima bantuan ku yang ini" ujar Langit, masih menyodorkan jas labnya

"Tidak, aku tak mau merepotkanmu" ujar Ninda, sembari beranjak pergi dari Langit.
Ninda masuk ke dalam lab biologi terlebih dahulu, sebelum Langit sempat menahannya.

"Maaf bu, saya habis dari toilet" ujar Ninda

"Kamu ini! Sudah terlambat, belum mengenakan jas lab lagi! Mana jas lab mu?" Bentak Bu Indah, guru biologi mereka.

"Saya lupa membawanya bu" ujar Ninda pelan.
Sebelum bu Indah sempat membentak Ninda lagi, tiba-tiba, pintu lab biologi kembali dibuka.

"Maaf bu, saya juga lupa membawa jas lab saya" ujar Langit, yang tiba-tiba masuk.

"Kalian berdua ini! Bisa-bisa, darah tinggi saya kambuh! Berdiri di deoan, sekarang! Saya tak mau kalian mengikuti pelajaran saya!" Bentak Bu Indah.
Ninda dan Langit pun keluar dari lab biologi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang