Baru

6 1 0
                                    

*biiiiip biip biiiip biiiiip* (suara alarm handphone ku yang berdering)

Aku mencoba menggapai handphone yang terletak di meja sebelah kanan dari tempat tidurku. Mematikan alarm yang sengaja aku atur lebih pagi dari biasanya, karena ini hari pertama aku masuk ke sekolah baruku dan akan menjadi ejekan kalo aku sampai datang terlambat.

Menghela nafas panjang yang selama ini aku tahan untuk tidak ku lakukan, terlihat seperti keluhan karna harus meninggalkan teman teman dekatku, dan harus beradaptasi lagi dengan lingkungan baru yang entah akan bagaimana jadinya nanti.

*duk duk duk* (Suara hentakan kaki yang menaiki tangga membuyarkan  lamunanku)

'pasti dia!' gerutuku dalam hati.

"Raraaaa, jangan merepotkan kakak, cepat mandi dan turun kebawah" teriaknya dari tengah tengah tangga.

Aku yakin sekali dia pasti sedang malas untuk naik keatas, tapi baguslah aku tidak perlu mendengarnya mendobrak-dobrak pintu kamarku seperti seorang rentenir.

Akupun bergegas bangun, mandi dan turun untuk segera menyantap sarapan pagiku.

"Rara sayaang, semua keperluan sekolah sudah kamu siapkan bukan?" tanya seorang wanita paruh baya dengan nada keibuannya, dan senyuman tipis tersungging dibibirnya walau itu terlihat sedikit memaksa.

"sudah" jawabku singkat sambil terus melahap sarapanku.

"ayo cepat makannya, kau harus berangkat pagi bukan, spesial untuk hari ini kakak akan mengantarmu kesekolah, agar kau tidak terlambat karena kebingungan mencari kelasmu" perintah kakak yang terdengar seperti ejekan buat ku.

Tentu ini adalah hal yang memberatkan, aku harus satu sekolahan dengan nya, iya dia adalah kakak ku, kak Seokjin yang selalu sibuk dengan urusannya sendiri dan mencoba bergaya menjadi orang yang paling keren, walau sebenarnya dia adalah orang yang payah.

"Seokjin  kamu antar Rara dengan hati hati yaa, dan pastikan dia masuk ke kelasnya" lagi lagi dengan nada yang di buat buat, membuat ku merasa mual dan ingin memuntahkan semua sarapan pagiku ini.

Aku pun berdiri dari meja makan sambil membawa potongan roti panggangku yang belum habis kumakan semua.

"ayo berangkat" ucapku sambil memakan roti panggang selai coklat kesukaanku.

Aku bergegas berjalan menuju pintu dan ketika aku hendak menarik gagang pintu.

"berhenti!" kak Seokjin pun menghentikan langkahku.

"kenapa lagi?" jawabku kesal sambil mengunyah roti panggang.

"bukankah kau harus berpamitan dulu dengan Ibu!" perintah kak Seokjin tegas.

Akupun membalikkan badan dan membungkuk kearah wanita paruh baya itu.

"aku berangkat" ucapku dengan tatapan penuh dengan kebencian.

Aku enggan untuk memanggilnya Ibu karna dia memang bukan Ibu ku,  bagiku dia hanyalah seorang penyihir tua yang dengan suksesnya menghancurkan kehidupanku.

Karna kami bukan dari keluarga yang kaya naik bus adalah alternatif nya, walau sempat terlintas dipikiranku merasa kasihan kepada Ayah yang harus menderita dengan kepindahanku dari sekolah membuat nya harus bekerja lebih keras lagi.

~DISEKOLAH~

Sesampainya dikelas tentu ini sudah tidak asing lagi bagiku, lebih tepatnya seperti De Javu.

Sekerumunan siswi yang membahas pacar mereka dengan memandangi kaca dan sesekali merapikan rambut mereka yang sudah terlihat rapi, bahkan aku sangat yakin sekali jika ada seekor semut yang melintasi rambut mereka, semut itu mungkin akan langsung tergelincir.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Meaning Of A SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang