Di tengah suasana canggung inilah mereka berakhir. Setelah kejadian tadi malam dan tepatnya setelah Aldi mengantar Melody pulang ke rumah sampai jam pelajaran sekarang mereka tetap canggung. Aldi yang tidak biasanya memiliki perasaan aneh setelah mencium seseorang. Tapi tidak tahu kenapa kalau dengan Melody rasanya ia tidak pantas. Gadis itu masih terlalu kecil baginya. Ia serupa sesuatu yang berharga dan perlu Aldi jaga. Melody berbeda dengan kebanyakan gadis yang biasa Aldi dekati dan kencani. Gadis ini utuh miliknya dan Aldi tentu saja tidak akan sembarangan dengan sesuatu yang ia miliki.
Di sebelahnya Melody sedang fokus mengerjakan soal hitungan ekonomi yang diberikan guru pengganti di depan. Kacamata hitam polosnya bergerak turun mengikuti arah kepalanya yang tertunduk fokus ke buku. Melihat itu Aldi gemas sendiri dan menaikkan gagang kacamata Melody. Disampirkannya rambut gadisnya ke belakang agar tidak menutupi pandangannya.
Melody menjeda aktivitasnya karena hal yang baru saja Aldi lakukan. Ia menatap Aldi sedikit canggung lalu akhirnya memilih tersenyum dan kembali mengerjakan tugasnya.
"Kenapa cantik banget sih?" tanya Aldi sambil memainkan ujung rambut Melody.
"Kamu bikin aku gak fokus, Aldi. Ini salin cepetan jawaban aku."
Aldi menggeleng dengan cepat. Lalu mendekat ke arah Melody. "Mau diajarin. Masa kamu aja yang pinter, aku enggak."
"Nanti ya. Ini udah gak ada waktu lagi. Udah mau istirahat. Harus dikumpul."
"Tap.."
Melody menoleh kesal kearah Aldi. Ia membulatkan matanya saat mendapati wajah Aldi yang sangat dekat dengannya. Jarak dan posisi ini mengingatkannya akan sesuatu. Kejadian di pesta ulang tahun Claire tiba-tiba terlintas di fikiran Melody.
Berbeda dengan Melody yang terkejut. Aldi menikmati wajah Melody dari jarak dekat ini. Tidak perduli betapa canggung nya perasaan mereka tadi ataukah akan ada canggung yang berkelanjutan setelah ini.
"MEL, liat nom..nom..eh, Viola gue bego banget." Ayna menepuk jidat nya sendiri saat melihat Melody tersentak karena suaranya. Ia merasa menyesal karena telah mengganggu Aldi dan Melody. Tapi demi apapun ia tidak ada niat untuk itu.
Melody langsung sibuk sendiri. Ia mengambil ponselnya lalu memotret jawabannya. "Liat dari handphone aja. Aku mau kumpul." ucap Melody cepat. Ia langsung berjalan cepat ke depan dan mengumpul tugasnya. Melody sekalian permisi ke toilet.
Di sepanjang koridor Melody merutuki dirinya sendiri. "Ya ampun ngapain tadi liat-liatan gitu. Sampe ketahuan Ayna lagi. Melody kenapa sih lambat banget."
Ia menepuk-nepuk kepalanya sendiri membuat perhatian orang-orang yang ada di koridor menjadi tertuju ke arahnya.
"Mel!"
Mendengar ada yang memanggil namanya ia mendongak. Orang yang memanggilnya tepat di depannya sekarang.
"Eh, kak Arkan. Kenapa kak?"
Arkan menggaruk tengkuknya. "Aduh Mel. Lo yang kenapa? Ngapain berdiri di depan toilet laki-laki."
Menghela nafas beratnya lalu kembali merutuki dirinya sendiri. Benar, ia benar-benar sangat lambat dan kurang fokus. Ini semua penyebabnya adalah Aldi. Tidak tahu bagaimana caranya ia hanya ada dua pilihan. Melupakan kejadian semalam atau menghindari Aldi hari ini. Opsi kedua tampaknya tidak mungkin karena baru saja dari depan kamar mandi ini ia melihat Aldi dan Viola menuju ke arahnya.
"Mel kok diem? Eh itu pacar gue sama pacar lo. Ola!" Arkan meninggalkan Melody lalu menuju ke arah Viola. Tempat Arkan berdiri tadi kini digantikan oleh Aldi dalam sekejap. Belum sempat Arkan permisi pergi kepada Melody, ia sudah diusir oleh tatapan Aldi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BBS [1] Repitiendo [COMPLETED]
Teen Fiction"Kamu adalah lirik terindah sekaligus nada termerdu yang pernah mengalun di dalam telingaku." ---------------------------------------------------- Pernahkah kamu merasa waktu mempermainkanmu? Disaat kamu sudah berusaha melupakan tiba-tiba hal yang d...