Luka Masa Lalu - 2

336 6 0
                                    

"Apa kabar??" tanya Morgan, lagi dalam satu hari ini.

Gue tidak langsung menjawab.

"Waktu yang cukup lama kita gak ketemu." Ujarnya lagi sambil melipat kedua tangannya didepan dada.

Gue tersenyum sinis.

"Bahkan, gue sama sekali nggak ingin ketemu elu!!! Ini benar-benar hari yang buruk bagi gue." jawab gue, sadis.

Dia terkekeh.

"Semarah itukah elu, Hany??"

SHITT!! Satu tembakan udah dia luncurkan untuk mengajak gue perang. Oke, akan gue ladenin perang ini, ujar gue dengan rasa percaya diri yang besar.

"Dan...sejahat itukah seorang, Morgan yang dulu gue kenal??!! Jauh saat dia masih bersikap manis terhadap seorang Hany." kata gue. "Enggak-enggak...bukansejahat, tapi, selicik itukah seorang Morgan yang berani menikam Hany dari belakang??!! Mendekatinya berharap Hany bisa menyukainya. Dan saat berhasil, Morgan pergi begitu saja. Dengan satu misi yang sudah sukses ia jalankan. Balas dendam." Sambung gue, sarkastik. Gue menyeruput sedikit coklat panas itu. Jangan sekali tenggak gue habiskan. Ini bisa menjadi sebuah amunisi untuk bisa meluncurkan peluru ke arah Morgan beberapa kali.

"Itu seperti panah yang berbalik menyerang gue."

"Bagus kalau elu menyadarinya." Jawab gue langsung.

"Apa elu sulit untuk bisa memaafkan gue??" katanya sambil memainkan jam tangannya. Yang menurut gue gak ada spesialnya sama sekali.

"Sangat sulit!!!" ujar gue. "Itu bagaikan menanam sebuah bunga lili di musim kemarau. Asal elu tahu aja!!"

Morgan tersenyum lebar. Seperti meremehkan ucapan gue.

"Sadis dan jahat memang, gue saat itu. Menyakiti elu. Bahkan berkali-kali. Seperti menyeburkan diri di atas tebing dengan danau dibawahnya. Sakit tertampar air berkali-kali." kata Morgan memakai istilah juga. "Tapi, sungguh...gue bener-bener minta maaf. Semuanya...atas semua perlakuan gue." sambungnya dengan nada suara yang tenang.

"Apa ini yang dibilang minta maaf?? Dengan suara yang tidak ada rasa bersalah sedikitpun." Kata gue bermaksud menyindir.

"Haruskah gue berlutut didepan elu. Demi mendapatkan kata maaf dari mulut elu atas semua yang udah gue lakuin ke elu. Atas semua perbuatan yang membuat elu mengeluarkan banyak air mata??" tanyanya seperti kucing yang tak tahu arah dengan wajah memelas.

DEG...

Sekejap gue bisa merasakan ketulusan itu. Ketulusan yang gue nantikan. Sikap tulus dan jauh dari kelicikan yang biasa Morgan ucapkan.

Dia memutar bahu gue, Menyuruh gue untuk menatapnya. Dan memperlihatkan kesungguhannya. Menampakkan matanya yang memelas dan sangat memohon untuk gue bisa memaafkannya.

Damn!!! Kenapa hati gue jadi luluh gini??, gerutu gue dalam hati.

Gue menaruh gelas di atas meja yang ada didekat gue. Gue rasa amunisi ini udah nggak berguna lagi. Karena perang itu seperti hilang ditelan sebuah permintaan maaf dari mulutnya. Dan gue bisa merasakann kesungguhannya juga ketulusannya.

"Tatap gue, Hany!!" suruhnya dengan sorot mata tajam. "Apa ada kebohongan disana??"

Mata gue mulai terasa perih. Baru kali ini gue melihat ekspresi Morgan yang seperti ini.

"Dan hanya ada ketulusan disana. Itu yang gue rasakan." Katanya dengan mata yang memerah. "Gue akan merasa sangat bersalah jika elu nggak memaafkan gue. Karena itu sama aja gue gak akan pernah bisa memaafkan diri gue sendiri." Tegasnya membuat gue tercengang.

Bukan Pembantu BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang