siapa?

21 3 0
                                    

Paginya, Felya yang sudah bangun dan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim. Ia bergegas membuat sarapan, ralat. Ia hanya membantu.
Bukannya tidak mau membuat sarapan untuk keluarganya, hanya saja Ratih yang melarang Felya.

"Bun, itu susunya udah siap. Apalagi ya, Bun yang kurang?" Tanya Felya setelah menyiapkan susu

"Roti tawarnya Fe? Udah disiapin belum?" Ratih mengingatkan atau mungkin malah bertanya balik pada Felya

"Udah juga Bun. Selainya cuma ada yang rasa cokelat ya Bun?" Tanya Felya lagi, mengingat Gibran tidak begitu menyukai selai cokelat.

"Coba cari dilemari atas Fe. Emangnya kenapa sih kalo rasa cokelat?" Tanya Ratih bingung, setaunya Felya suka selai rasa apa saja. Karna Felya memang bukan tipe orang yang suka memilih dalam urusan makanan. Cukup halal dan sehat. Itu saja yang penting bagi Felya.

"Iya Bun, Gibran kurang suka sama selai rasa cokelat,Bun" jelas Felya, sambil mencari selai rasa yang lain.

"Kalo ngga ada biar Bunda yang beli selainya ke minimarket depan aja Fe." Ucap Ratih

"Eh ngga usah Bun. Bunda kan udah masak. Biar urusan kesukaannya Gibran Feve aja yang urus."

Mendengar jawaban putrinya, Ratih tersenyum. Ia bangga pada Felya. Meski menikah diusia muda, putrinya itu tetap mau belajar menjadi istri yang baik.

"Cieee yang udah hafal sama kesukaan suaminya" goda Ratih

"Bunda...ihhh apa sih Bun...? Ngga lucu tau." Rajuk Felya. Yang hanya dijawab kekehan oleh Ratih. Sebenarnya Ia malu, perkataan Bundanya membuat pipi Felya merah.

Felya masih mencari keberadaan selai dengan varian rasa yang lain. Dan Ia menemukannya.

"Dapet!" Seru Felya girang, kemudian Ia menutup mulutnya,malu.

Sementara Ratih yang sudah selesai memasak sayur pun heran melihat tingkah putrinya. Ia hanya menggelengkan kepalanya.

"Itu rasa apa Fe?" Tanya Ratih

"Kacang Bun. Ngga papa deh daripada cokelat."

"Eh. Iya.. kok Gibran belum bangun? Coba sana kamu panggil. Siniin selainya. Biar Bunda yang urus"

"Iya Bun. Hehe.. makasih ya Bunda" Felya meletakkan selai rasa kacang itu diatas meja makan. Kemudian Ia menuju ke kamarnya.

"Iya sayang, sama-sama." Jawab Ratih sambil meraih selai yang baru saja di letakkan oleh Felya.

****

"Gib? Bangun woy,udah pagi nih" ucap Felya begitu masuk kedalam kamarnya dan berjalan bergerak menuju jendela kamarnya, hendak membuka gorden kamar.

Merasa tak jawaban dari Gibran, Felya langsung mendekati ranjangnya yang dulu Ia tempati sendirian.

Ia duduk di tepi ranjang, berusaha membangunkan suami kutub selatannya itu.

"Gibran? Bangun kuy. Bunda udah nyuruh lo sarapan tuh"
Felya yang merasa khawatir dengan keadaan Gibran pun menyentuh dahi Gibran mengukur suhu tubuh Gibran.

DiLyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang