Kamu itu mentari, tapi juga menjadi awan kelam untukku.
Tatapan kian terarah ke satu titik. Titik yang teramat terang walaupun jarak antaranya sangatlah teramat jauh disana. Hanya memandangnya diatas balkon kamar yang kian sunyi disetiap menitnya.
Zarbika. Aku rindu. Aku menyudutkan diri pada sisi balkon, dengan menekuk kedua lutut dan memeluknya dengan erat. Menatap bintang-bintang yang berkedip-kedip di langit yang gelap.
Haruskah aku menerimanya kembali? Atau merelakannya dengan yang lain? Merelakannya bersama Stella. Dan melihat mereka berjalan beriringan. Itu menyakitkan. Zarbika tolong berikan aku penjelasan tentang ini semua, walaupun itu akan membuat rasa sakit ini semakin menjadi.
Aku memikirkannya. Memikirkan apa yang seharusnya aku lakukan. "Gua harus minta penjelasan ke dia. Harus." perlahan aku berdiri, berjalan melewati pintu masuk menelusuri kamar mencari ponsel.
Aku mengetik pesan singkat pada kontak Zarbika.
Hukum netton
"Besok di taman komplek jam 16:00."Pesan Line sudah ku kirim padanya, sekarang hanya tinggal menunggu balasan pesan darinya.
Ping
Notifikasi
Hukum netton
"Jam 14:00."Aku langsung membalas pesannya.
"Jam 16:00."Hukum netton
"14:00.""4."
Hukum netton
"Iya sayang, jam 16:00."Aku membelalakan mata. Membaca kalimat yang ia kirim.
"Sayang sayang pala kau peyang."
Hukum netton
":) demi lu apa aja gua lakuin.""Bullshit."
Hukum netton
"Gua emang lagi duduk kok. Ga berdiri :v""Au ah. Bye."
Hukum netton
"Nice a dream amour."Aku hanya membaca pesan terakhirnya. Tanpa disadari sudut bibirku terukir disana. Nice a dream Zarbika. Bisikku dalam sunyinya malam.
***
Zarbika Pov
Kini aku sedang berkutat dengan berbagai soal yang harus ku kuasai untuk mengahadapi Ujian Nasional (UN) yang akan diujikan bulan depan.
Menghafal berbagai rumus Matematika dan Bahasa Inggris.
Menulisnya dikertas kecil, merangkumnya menjadi satu agar mudah saat menghafalkannya.Menyebutkannya beberapa kata lalu mulai mengucap ulang beberapa kali. Mengulangnya secara perlahan sampai akhirnya aku mampu menyerapnya. Lalu mulai mengaplikasikannya pada soal yang ada.
Ping
Aku melirik ponsel yang bersebelahan dengan buku soal yang ada dihadapanku, lalu meraihnya. Melihat siapa yang mengirimiku pesan.
Notifikasi
Amour
"Besok di taman komplek jam 16:00."Rani, aku menggumankan namanya. Dia ingin bertemu denganku? Apa dia telah berubah pikiran?
KAMU SEDANG MEMBACA
Avontur Rasa
Подростковая литератураMengerahkan seluruh usaha guna dipandang takdir. Bukan hal pasti nan mudah dalam melakukannya. Aku kerap ragu akan perasaanku. Gelisah terus membebani pikiranku. Haruskah bertindak atau diam. Zarbika Ibra, bagaimana aku bisa menghadapinya.