PROLOG

9.8K 254 34
                                    

—PROLOG—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—PROLOG—

Di bawah lambang tengkorak hitam putih yang mencolok, komunitas Thandr bergerak dalam bayang-bayang, dipimpin oleh Arthan—seorang pria dengan tekad yang kuat. Arthan dikenal karena kepemimpinannya yang tegas dan tanpa kompromi. Tatapan matanya yang tajam dan sikapnya yang keras membuatnya jelas bahwa siapa pun yang berani mengusik kehidupannya harus siap menghadapi konsekuensi berat. Bagi Arthan, tidak ada ruang untuk pelanggaran; mereka yang mencoba melintasi batas akan membayar harganya.

"T-tolong lepasin gue..." pinta seorang lelaki yang sudah terkulai lemas di hadapannya. Arthan tersenyum miring, lalu melemparkan sebatang besi yang tepat mengenai kaki korban.

"Arghh!" jerit korban, suaranya menggaung di dalam gudang kosong yang dingin dan gelap.

"Sial! Ada suara sirine polisi di seberang gang, Than!" teriak Gevano, salah satu teman Arthan. Arthan menatap tajam ke arah Gevano, mengutuk dalam hati, dan merasakan adrenalin mengalir dalam nadinya.

"Pastiin tutup semua jalan!" perintahnya dingin kepada seluruh anggota komunitasnya.

"Bangkek! Kesel banget gue," keluh Kevin, salah seorang teman Arthan, sambil menyeka keringat dari dahinya.

Dion melirik Kevin dan Alex bergantian. "Mending kabur yuk? Ajak polisi main petak-umpet," celetuk Dion, ide gilanya tiba-tiba muncul, senyum licik terpancar dari wajahnya.

"Ck! Gak usah kaya bocah," Gevano menukas, mencoba tetap fokus di tengah situasi yang semakin kacau.

"Gue capek main bunuh-bunuhan orang terus, kali-kali main petak-umpet sama polisi, dong!" lanjut Dion, tak peduli dengan pandangan sinis dari Gevano.

"Sengklek!" Gevano menegur, berusaha menahan diri agar tidak tertawa.

Korban yang terkapar hanya bisa memperhatikan mereka dengan wajah meringis kesakitan, berharap bisa dibebaskan, terutama oleh Arthan, pemimpin yang tak berperikemanusiaan itu. Di matanya, mereka tampak seperti sekumpulan serigala yang bersiap merobek-robek dagingnya kapan saja.

Dengan suara terputus-putus, sang korban mencoba bicara, "G-gue minta maaf—" namun Arthan memotongnya dengan cepat.

"BERISIK!" ucap Arthan bengis. Rasa puas dan dingin menyelimuti dirinya, seolah nyawa manusia tak lebih dari sekadar mainan di tangannya.

Ia mengepalkan tangan kuat-kuat, lalu menendang dada korban dengan keras hingga pasokan udara korban menipis dan berakhir dengan pingsan. Ruang kosong sejenak diliputi kesunyian yang mencekam.

"Eh bos! Mati gak tuh?!" tanya Alex sambil melirik korban yang terkapar di lantai, rasa ingin tahu bercampur dengan rasa takut.

"Bukan urusan gue. Beresin ni kuman!" sahut Arthan dingin, tanpa menoleh ke belakang.

Gilang menatap Arthan datar lalu mengangguk patuh. Arthan meninggalkan tempat itu menuju mobilnya. Tak lama, kepulan asap memenuhi gudang tersebut, menandakan Arthan telah pergi entah ke mana. Daryl bergidik ngeri melihat korban yang sekarat. Inilah Arthan; jika berani mengusik, maka pintu keluar satu-satunya adalah pintu menuju akhirat!

"Arthan definisi psychopath," gumam Dion pelan, suaranya hampir tenggelam oleh hiruk-pikuk langkah kaki yang tergesa.

"Tau gitu gue kabur, kan!" sahut Gevano dengan kesal, menyesali keputusan yang mereka ambil hari ini.

Gilang mengambil senjata api dari kotak rahasia di gudang itu, bersiap menembak sang target. Setiap gerakannya dilakukan dengan ketenangan yang menakutkan, seolah nyawa manusia bukanlah hal yang berarti.

"Alfito, sayang banget hidup lo harus berakhir di sini." kata Gilang dengan suara datar sebelum menekan pelatuk senjata.

Dor!

Suara tembakan memecah keheningan, mengakhiri sebuah kehidupan dan menambah satu lagi dosa dalam buku hitam komunitas Thandr. Di tengah asap yang mengepul, mereka meninggalkan tempat itu, membiarkan malam menelan semua bukti kebrutalan mereka.

•••

Hari jadi yang ketiga adalah sebuah tonggak penting dalam perjalanan Natalya dan Arthan. Selama waktu itu, mereka telah melalui banyak momen—baik kebahagiaan maupun kesulitan—yang membentuk ikatan mereka.

Kisah ini menggambarkan perjalanan mereka bersama, mencatat pengalaman dan pelajaran yang telah mereka lalui. Dari kebahagiaan yang mereka bagikan hingga rasa kecewa yang mengajarkan arti kedewasaan, setiap halaman adalah refleksi dari hubungan yang telah mengubah mereka.

terimakasih banyak aku ucapin buat kalian yang sudah mau vote dan komen di cerita ini! jangan lupa untuk sebarin cerita ini ke temen-temen kalian yaa, THANK UUUUU<33

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

terimakasih banyak aku ucapin buat kalian yang sudah mau vote dan komen di cerita ini! jangan lupa untuk sebarin cerita ini ke temen-temen kalian yaa,
THANK UUUUU<33

ayo temukan kami di instagram!
@helloimiia

ayo temukan kami di instagram! @helloimiia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salam Sapa Dari Arthan🫰🏻

Fidanzata (New) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang