Happy reading ^^
*****
"Pa, jangan," jerit seorang anak laki-laki ketika melihat sang adik diusir oleh pria paruh baya itu. Entah kesalahan apa yang dibuat sang adik hingga orangtua begitu membencinya.
'Malam harus Menyusul Mala. Apalagi malam ini hujan, Mala pasti kedinginan,' pikir Malam, lalu ia melepas tangan ibunya yang sedari tadi mendekapnya itu.
"Kamu mau kemana, sayang? Diluar hujan," tanya ibunya lembut.
"Ma, Malam mau kejar Mala, Ma. Mala itu orangnya enggak kuat sama dingin, dia itu lemah, ma," jawab Malam dengan isak tangis.
"Enggak usah, kamu ke kamar aja. Kamu masih sakit kan? Malam istirahat aja," nasihat ibunya dengan lembut.
"Ma, kenapa sih mama sama papa jahat banget? Mala itu adik aku. Kenapa papa selalu buat dia nangis. Ma, Malam mohon, biarin Malam susul adik."
"Malam! Sebaiknya kamu nurut apa kata mama, jangan bandel!" Malam kembali meluruhkan air mata ketika mendengar bentakan pria itu. Pria yang telah mengusir adiknya dari rumah. Sungguh, Malam tidak ingin lagi mengenal pria itu.
Malam berjalan kearah kamarnya, seolah ingin tidur. Hanya bermodalkan tas yang berisi beberapa lembar uang, handphone dan beberapa baju, juga ada obat yang sering adiknya minum. Ia kabur dari rumah malam itu juga menyusul adiknya. Ia sangat khawatir kepada adiknya, dimana dia sekarang? Harus mencari kemana lagi? Semua orang yang ia tanya hanya menjawab 'tidak tahu' atau gelengan kepala. Bahkan sudah berganti hari. Bajunya masih terasa basah karena hujan semalam, penampilannya kacau, ia hampir frustasi mencari adiknya.
"Mala," gumamnya saat melihat seorang anak perempuan hendak menyebrang tanpa menoleh kanan kiri.
"MALA AWAS!!!" teriaknya berlari sekencang mungkin, orang disekitar hanya menoleh heran saat Malam tiba-tiba teriak. Didorongnya Mala sampai ke trotoar, orang-orang mengumpat kesal saat mobil melesat begitu saja tanpa rasa belas kasihan.
"Mala, bangun. Bangun sayang, kakak disini," ucap Malam sambil menepuk pelan pipi adiknya yang berada dipangkuannya itu.
"Kakak," gumam Mala saat melihat wajah kakaknya. Benarkah itu kakaknya? Tapi mengapa kakaknya menangis? Mala menggerakkan tangan menghapus air mata yang menetes di wajah tampan kakaknya. Dengan perlahan Mala bangkit.
"Kamu nggak papa, dek?" Khawatir Malam melihat wajah pucat adiknya.
"Sakit kak," keluh Mala kepada kakaknya dengan memegang dada kirinya.
"Sini kakak pijit, kamu tadi malam tidur dimana? Kakak khawatir sama kamu."
"Di depan toko kak, Mala takut, kak," lirih Mala dengan kepala disenderkan depan dada bidang kakaknya. Mendengarkan irama jantung yang teratur. Sedangkan Malam tak berhenti memijat dada adiknya itu.
"Kakak, kita pulang?" Tanya Mala dengan ragu-ragu dan hanya dijawab gelengan kepala yang membuat Mala lega.
"Kita cari kost atau kontakan gitu. Yang penting kamu bisa istirahat dan juga makan teratur."
"Kalau Mala nggak kuat gimana, kak?" Tanya Mala."Maksud kamu?!" Tangan Malam seketika berhenti memijat.
"Kamu mau nyerah? Enggak mau berjuang lagi demi kakak?"
"Ih kakak, cengeng banget sih? Pantesan ga ada cewek yang mau deket sama kakak. Kakak cengeng sih. Cewek tuh pengen punya lelaki yang ga cengeng, kak. Inget tuh," nasehat Mala dengan ibu jari yang senantiasa menghapus air mata dan juga bercaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
M A L A (M) ✔
Short Story"Kamu nggak papa, dek?" "Sakit kak," "Sini kakak pijit." Inilah kisah perjuangan bertahan hidup kakak beradik tanpa kasih sayang orangtua. Penasaran? Baca aja !