Flash Fiction

18 3 0
                                    

Aku menemukannya tersenyum pada suatu senja di tepi sungai Mahakam, menatap pada anak-anak kecil yang sedang berebut batang pisang yang mengambang di permukaan Mahakam.  

Di kejauhan sebuah kapal tongkang membawa batubara membelah sungai, beradu papas dengan berbagai kapal bermuatan kecil.

Kulitnya putih bersih. Dari tempatku berdiri ia terlihat tinggi semampai, proporsional. Angin sedikit nakal mengembangkan gaun yang dipakainya, menampilkan siluet tubuhnya dan mengibarkan rambut panjangnya hingga lehernya yang putih dan jenjang tersibak. Tapi tak sedikitpun ia gusar. Matanya tak lepas dari keriuhan bocah-bocah itu bergelung dengan air.

Penasaran, kudekati ia perlahan.

“Ndak ikut mandi?” tanyaku iseng.

Kepalanya bergerak berpaling ke arahku.

“Ndak,” senyumnya manis.
Di lehernya, jakun sebesar biji salak bergerak-gerak.


Di Tepian MahakamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang