Taehyung hanya berdiri cukup lama didepan pintu sebuah ruang perawatan. Kening laki-laki itu berkerut matanya menatap tajam wanita yang tengah meringkuk dalam tangisnya. Wanita itu telah melepas hanbok yang dia kenakan saat mereka bertemu tempo hari dengan baju perawatan rumah sakit. Wanita itu dibawa kemari setelah kekeuh mengatakan bahwa dia sudah mati, dan saat ini dia tengah berada disurga.
Taehyung juga tidak berani mengatakan bahwa dia waras. Nyatanya wanita itu bahkan masih menangis diatas kasur dengan tubuhnya yang meringkuk.
"Anda ahli .... ," suster wanita itun sedikit kaget ketika tau laki laki yang diajaknya bicara adalah Kim Taehyung. Tidak ada yang tidak mengenal Taehyung, dia artis populer yang banyak digandrungi para wanita.
Taehyung tak menjawab, matanya fokus menatap tubuh kurus yang menggil karena tangisnya.
"Atau anda mengenal dia Taehyung ssi ?" Tanya perawat itu lagi yang hanya dijawab oleh gelengan.
"Dia tidak tahu namanya atau bahkan tempat tinggalnya, dia bilang dia tempat tinggal terakhirnya adalah peti kayu," Mata si perawat mengikuti arah mata Taehyung yang tak lepas dari wanita dengan dua tangan dan kakinya terikat.
"Boleh aku bertemu dengannya," tanya Taehyung yang hanya disambut rasa kaget si perawat.
Tidak ada pembicaraan, perempuan tanpa nama yang masih menangis, masih sibuk dengan tangisannya. Taehyung, dia hanya duduk disebrang ranjang tanpa berniat memulai percakapan.
"Kau ingin pulang ?" Hanya kata itu yang terlintas dalam otak seorang Kim Taehyung. Dia tidak berfikir apapun, kata-kata itu tiba-tiba terlintas diotaknya begitu saja.
"Aku bisa membawamu keluar dari sini," lanjut Taehyung. Tubuhnya berbalik, gadis tak dikenalnya telah berhenti menangis. Tatapan matanya mulai mencari sorot mata Taehyung. Keduanya hanya saling bertatap, kembali percakapan tanpa suara.
"Semua orang menganggapku gila," perempuan itu bangun dari tidurnya. Matanya terlihat merah, ada bekas air mata yang telah mengering dipipinya.
Hanya inisiatif, Taehyung menyeka air mata wanita itu dengan pungung tangannya. "Tak apa, kau mau pulang ?"
"Aku gak punya tujuan, apalagi tempat untuk pulang."
Suara gadis itu masih serak, sepertinya riak airmata juga mengerogoti kerongkongannya.
"Aku kira aku akan bahagia setelah bertemu surga," suaranya yang kecil tapi masih bisa Taehyung dengar dengan jelas.
"Aku hampir mati sebelumnya," gadis itu mencoba mengatakan apapun yang dia bisa. Daripada menganggap aneh, Taehyung percaya.
"Aku merasa berbeda didunia ini, tapi aku seperti mengenalmu."
Kali ini Taehyung berfokus pada gadis itu.
"Mungkin kita pernah bertemu sebelum aku mati," tatapannya menatap Taehyung tanpa kebohongan.
Taehyung hanya tersenyum, bahkan dia juga tak pernah merasa asing dengan gadis itu. Mungkin benar kata Jimin, cinta itu punya intuisi yang membuatmu mengenalnya bahkan tidak.
"Kau mau keluar dari sini," tanya Taehyung sekali lagi.
Gadis itu tak menjawab hanya air mata dan anggukan yang Taehyung tahu sebagai jawaban persetujuan.
***
Peluhnya sudah banjir memenuhi wajahnya, anak berusia lima belas tahun itu berjalan meninggalkan Hanyang menuju desa kecil di Gyeongju. Kepergiannya meninggalkan Hanyang tentu atas titah Ibu Suri yang menyuruhnya meninggalkan istana. Tidak ada yang tahu bahwa laki-laki dengan baju lusuh itu Pangeran Yeok. Tentu bagi warga desa mereka selalu berangan-angan bahwa Pangeran pasti tampan, menggunakan Pakaian berlapis sutra terbaik. Tidak seperti Yeok, tubuhnya kurus, wajahnya kelelahan, dan peluh yang membasahi tubuh ringkihnya.
"Degeum mama," panggil Yeom hati-hati. Sebagai pendamping pangeran, anak itu juga terkena imbas dari titah Ibu Suri yang membawanya menemani Pangeran Yeok hingga ke Hanyang.
"Yeom-ah ambilkan aku air," suara Pangeran Yeok terdengar seperti nyawanya sudah diujung tanduk.
Yeom bergegas, tugasnya ketika dilahirkan kebumi sepertinya memang untuk mengawal Yeok kemanapun Pangeran manja itu pergi.
"Yeom-ah banyak pertanyaan diotakku tentang kakak," ujar Yeok setelah menikmati minumnya. "Aku mengaguminya sebagai raja negri kita tapi dia ingin membunuhku," ada kesedihan dimata Yeok.
"Degeum mama, aku tidak bisa menjawab apapun," meski mengabdi untuk Yeok, Raja Hwon tetaplah raja yang harus dia hormati.
"Aku tidak meminta pendapatmu Yeom-ah, aku hanya minta kau dengarkan."
Yeok memaksakan bibirnya untuk tersenyum, meski dalam batin pemuda tersebut ada hati yang seolah teriris. Dirinya adalah pangeran terbuang, bahkan kakak lelakinya tengah berencana membunuhnya.
Dua anak laki-laki itu masih duduk dibawah gubuk yang dijadikan tempat untuk berternah oleh warga desa. Mereka tak berani menyewa penginapan karena mata-mata Raja Hwon bisa saja dimanapun.
Tugas Yeom lebih berat, Ibu Suri sudah mewanti-wanti agar dirinya bisa menjaga Pangeran Yeok selamat. Mereka bahkan tidak tahu, harus sampai kapan hidup dalam ketidak jelasan dan dapat kembali ke Hanyang. Yeom sadar kelahirannya didunia mungkin lebih tak diinginkan dari Pangeran Yeok. Bahkan ibu-ibu bangsawan di pasar suka menggunjingkan statusnya sebagai putra selir atau putra kisaeng.
Pangeran Yeok sudah mulai terlelap ketika derap langkah gerombolan manusia mendekat kearah mereka. "Degeum mama," Yeom menggoncangkan tubuh Yeok.
"Kita harus pergi dari sini," Yeom menarik tangan Yeok yang masih setrngah sadar.
"Tunggu Yeom-ah sepertinya mereka bukan mata-mata kakakku. Yeom mengikuti mata Yeok yang tengah melihat segerombolan warga desa mendekat kearah mereka.
"Agashi disini," teriak wanita separuh baya pada seorang gadis. Warga desa yang lainnya mengikuti dari belakang, terlihat jelas raut wajah penasaran yang tercetak di wajah mereka.
"Apa nona joohyun kali ini akan berhasil," bisik salah satu ibu-ibu didekat Yeok dan Yeom berdiri.
"Dia tidak pernah gagal membantu kita, aku percaya padanya."
Saut salah seorang Bapak yang sepertiny sukses membuat jengkel ibu yang berbusik tadi."Keluarganya bahkan membuangnya kedesa kita, dia pasti tak ada harganya di Hanyang."
"Jaga bicaramu, dia tetap putri Bae Yong Joon."
Mendengar nama Bae Yong Joon, mata Yeok melirik kearah gadis yang tengah sibuk mengelus perut sapi. Gadis itu seakan mengajak bicara sapi yang tengah sakit seperti membujuknya. Yeok juga tidak yakin gadis putri Bae Yong Joon itu akan berhasil. Dalam fikiran Yeok hewan adalah hewan, mereka tidak seperti manusia yang dewa anugerahi kecerdasan.
"Degeum mama kita pergi dari sini," bisik Yeom yang membuat pusat perhatiannya pada gadis itu buyar.
"Ayo," saut Pangeran Yeok meski matanya masih menatap gadis yang sibuk berbicara dengan sapi.
"A........," rasa syukur bersaut sautan wsrga desa panjatkan ketika Si sapi membuang kotorannya. Yeok dan Yeom menghentikan langkahnya.
"Sudah aku bilang Nona Joohyun diberkahi dewa," teriak laki-laki yang disambut gemuruh oleh warga desa lainnya.
"Gadis gila," bisik Yeok sembari tersenyum sebelum mengajak Yeom benar benar meninggalkan kandang sapi tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
LADY BAE (VRENE FANFICTION)
FanfictionPerempuan itu terasa familiar, pada pertemuan pertama kami Seperti kami pernah bertemu pada kehidupan sebelumnya Sekuat apapun aku menolaknya Jalan takdir seperti merangkai kami menjadi sebuah cerita Aku bahkan penasaran akhir cerita ini -Kim Taehy...