"Halo?""Namjoon. Dimana kau sekarang?"
Pemuda yang dipanggil Namjoon itu menguap pelan. Penelepon bernama 'Jung Hoseok' itu sukses membuat tidur pulasnya terganggu.
"Hmm.. rumah."
"Bodoh! dengan santainya mulut sialanmu itu mengatakan bahwa kau sedang di rumah?! Hei, lebih baik kau melihat keadaan kita semua yang sedang menggila disini, Joon."
"Ah.. Aku minta maa–"
"Jangan hanya minta maaf! Aku memberimu waktu 15 menit untuk kesini."
Telepon ditutup sepihak. Namjoon yang masih setengah sadar itu mengacak-acak rambutnya pelan. Dilihatnya layar handphone yang menunjukkan angka 02.33, jam setengah tiga pagi.
Well, ini bukan sepenuhnya kesalahan Hoseok. Sejujurnya, Namjoon sendiri-lah yang meninggalkan pekerjaan menumpuknya yang 90 persen belum selesai dan membuat sisa rekan-rekan kerjanya-lah yang mengurusnya. Dan guess, mereka tak mau melakukannya.
Namjoon sendiri bekerja di sebuah perusahaan penerbitan buku-buku ternama. Jabatan pemuda itu bisa dibilang cukup tinggi, setidaknya lebih tinggi daripada pemuda yang baru saja membentak-bentaknya di panggilan telepon barusan.
Namjoon mengganti celana pendek yang semula dipakainya itu menjadi celana jeans, dan atasannya yang semula kaus lengan pendek itu menjadi hoodie berwarna cokelat.
Ia ambil kunci mobil yang semula tergeletak di nakas, dan berjalanlah ia pergi meninggalkan rumah sederhana dua tingkat-nya itu.
Dinyalakannya mesin mobil silver miliknya, dan dilajukanlah mobil itu keluar perlahan dari gerbang rumahnya. Matanya yang masih sayup-sayup itu berusaha untuk tetap terjaga.
Semalam pria bersurai hitam itu benar-benar mengantuk, dan ditinggalkanlah
pekerjaan menumpuknya itu. Man, bukan hanya sekali ia bekerja seharian full tanpa istirahat. Jadi, skip sekali saja boleh, 'kan?***
Jalanan malam kali ini cukup sepi. Lagipula, orang mana yang bepergian pada jam dua pagi?
Hanya ada satu-dua mobil yang berpapasan dengan Namjoon sedari tadi. Untuk menghilangkan kantuknya, pemuda itu pun menambah kecepatan mobil yang tengah dikendarainya itu.
Perjalanan menuju kantor pun tak begitu jauh, kini ia hanya harus membelokkan arah mobilnya ke kanan, dan terdapatlah bangunan empat tingkat dihadapannya.
Namjoon memutar kemudi, terdapat seseorang sedang berlari menyeberangi—
Sial.
Ia jelas-jelas saja menabrak sesuatu.
Matanya yang semula tertutup separuh itu kini terbuka lebar.
Ia menabrak sesuatu—tidak, seseorang. Ia menabrak orang yang baru saja menyeberang itu.
Cairan merah tersemburat di kaca mobil Namjoon. Ia menutup mulutnya, mual.
Namun, Namjoon bukanlah pemuda payah. Ia buka pintu mobilnya, dan berjalanlah ia menuju objek yang baru saja ditabraknya.
Seorang laki-laki. Badannya tak hancur lebur, tapi darah yang keluar dari kepala dan kaki kanan pemuda tersebut tak bisa dibilang sedikit. Namun, bila kau perhatikan wajahnya, bisa dengan cepat kau simpulkan bahwa ia memiliki wajah yang tampan sekaligus manis—bila saja kini wajah itu tak tertutupi oleh darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Liar ; Namjin
FanfictionDunia Seokjin hanyalah sebatas bangunan dua tingkat bernuansa abu-abu, dalam naungan seorang pria yang bahkan tak ia ingat bagaimana asal muasal ia bertemu dengannya. [Namjin, bxb, yaoi]