2. Painfull

52 11 24
                                    

Seberapa pun kamu mendamba
Waktu akan terus berkelana
Ia tidak dapat kamu putar ulang walau sebentar saja
Jika kamu tetap dalam penyesalan yang sia-sia
Maka kamu telah membuang sisa waktumu yang berharga

-unless-

Di dalam kamarnya, Phire bersimpuh tidak berdaya. Ia menyandarkan badannya ke pintu dan menenggelamkan kepalanya diantara lipatan tangan yang ia tumpukan pada kedua kakinya.

Hatinya masih terasa sesak. Air matanya pun masih terus mengalir. Kekosongan yang ia rasakan seakan menghimpit paru-parunya sehingga ia kesulitan bernapas.

Dibawah sana, orang-orang terus melantunkan sumbangan lafal-lafal doa, tetapi Phire seakan tuli. Ia masih enggan menerima bahwa orang-orang yang ia sayangi benar-benar pergi. Kenapa tuhan begitu tega membiarkannya hidup seorang diri?

Tidak dapat ia pungkiri, ia merasa ingin ikut bersama mereka. Merasakan bagaimana indahnya surga. Ia tidak ingin ditinggal seorang diri seperti ini. Ia juga tidak percaya pada dirinya sendiri, bahwa ia dapat melewati semuanya sendirian.

"Saphire?"

"Keluar, Phire."

"Kamu masih punya kita."

"Kata kamu, kita teman."

"Iya, Phire. Kamu nggak sendiri. Masih ada aku dan Airin." tutur lembut seseorang dari luar kamar Phire. Mereka adalah Luna dan Airin, sahabat dekat Phire. Sedari tadi mereka sudah membujuk Phire untuk keluar kamarnya, tetapi tetap saja anak itu masih tidak bergerak dari tempatnya.

Mereka juga sama berduka nya dengan Phire, melihat temannya  sebegitu terpuruk, mereka juga turut merasakan kesedihan yang Phire rasakan. Hanya saja Phire tidak sadar akan hal itu. Phire selalu berfikir bahwa ia benar-benar sendirian.

"Pergi!" usir Phire pada mereka. Mereka tau Phire tidak berhenti menangis dari semalam. Suara Phire terdengar parau dan sarat akan kesedihan.

"Pergi!" teriaknya sekali lagi dengan putus asa.

"Aku sendiri, semuanya sudah pergi. Phire nggak punya siapa-siapa lagi," gumam gadis itu sambil menenggelamkan  kepalanya lebih dalam diantara lipatan kakinya.

"Kenapa semuanya pergi?"

"Kenapa tuhan ambil semuanya dari aku?"

"Nggak ada yang salah, Phire. Itu memang sudah takdir kamu."

"Tapi kenapa tuhan tega menulis takdir semenyakitkan ini buat aku?"

"Kenapa?"

"Kenapa aku nggak bisa punya keluarga yang utuh?"

"Kenapa aku ditinggal sendiri?"

"Phire...!"

"Kamu harus bisa menerima semuanya. Ikhlas, Phire. Kamu harus ikhlas."

"Gimana?"

"Gimana cara aku bisa menerima semuanya?!"

"Kalian pikir semudah itu?!"

"Kalian nggak tau rasanya!"

"Kalian nggak tau gimana sakitnya!"

"Aku sendirian!"

"Aku nggak punya siapa-siapa!"

"Aku sendirian...!"

Gadis itu terus terisak. Ia masih tidak bisa menerima semua kenyataanya. Semuanya sangat sulit untuknya.

UNLESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang