Zaf zaf-- si periang tanpa senyum

7 2 0
                                    

Mereka sangat baik padaku tapi entah kenapa aku merasa sendiri di kota ini. Hatiku menjadi dingin sedingin kota ku ini. 

"Nak kamu sedang apa disini sendirian? " suara wibawa yang sudah ku hafal meski aku tidak melihat si empunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nak kamu sedang apa disini sendirian? " suara wibawa yang sudah ku hafal meski aku tidak melihat si empunya.

"Aku sedang melihat taman bunga itu, Kek. " kataku sambil menunjuk taman bunga warna-warni yang tak jauh dari tempatku duduk.

"Memang cantik ya nak taman itu, itu taman buatan Saras. Dia sendiri loh nak yang milih bunga dan menatanya." Kakek menjelaskan perihal taman tersebut.

Aku tau bahwa kakek sedang berusaha mengajakku untuk ngobrol. Memang sejak 1 tahun yang lalu atau sejak meninggalnya kakekku aku jadi sangat pendiam.
Jika kalian bingung aku akan menjelaskannya. Kakek Bariq adalah kakak dari Almarhum kakek ku, dan beliau lah sekarang yang merawatku. 

" Zaf, lu gak kedinginan dari tadi diem disitu? " Kata mbak Saras, yang tiba-tiba muncul di pintu.

"Ah enggak kok mbak." Jawabku singkat.

"Yeehh dasar. Udah yuk masuk, yuk kita makan bareng. Lagian tadi lu kan gak makan siang pasti itu cacing-cacing di perut lu udah pada protes minta makan." Katanya seraya cekikikan sendiri dengan ucapannya.

Aku menanggapinya hanya dengan tersenyum tipis. Aku sendiri heran dengan kelakuan ku. Meski keluargaku ini sudah menghiburku sedemikian rupa paling banter aku hanya tersenyum lebar dan itupun jarang aku melakukannya. Mungkin benar kata A' Bibin tunangan mbak Saras bawa aku tak punya semangat hidup. Apa aku mengikuti sarannya untuk mencari semangat hidup ku yang baru setelah kakek ya? Tapi apa aku bisa menemukannya?  Entahlah masa bodo.
.
.
.
Pagi ini aku diajak paksa sama mbak Saras jogging. Katanya aku harus sehat sebelum penerbangan ku besok ke Jakarta. Mungkin dia enggak mau ngurusin orang sakit di pesawat besok. Ah iya mbak Saras enggak tinggal di kota ini dengan kakek, dia kesini hanya menjemputku. Yah aku akan melanjutkan sekolah ku di Jakarta, kota dimana mbak Saras dan keluarganya tinggal.

Alasannya simpel supaya aku enggak berlarut-larut dalam kesedihan. Mbak Saras dan Uncle lah yang excited, alasannya mbak Saras juga pernah mengalami fase seperti aku ini dan cara ini berhasil mengembalikan semangatnya.

"Dek, dengerin ya nanti minggu pertama mungkin lu masih akan pulang pergi rumah sekolah. Because asrama minggu pertama atau masa orientasi hanya boleh dihuni sama anak beasiswa atau siswa rantau dari luar kota atau luar pulau." Mbak Saras menjelaskan sambil jogging santai ngelilingi peternakan kakek. 

Oh iya aku nerusin di SMP berbasis asrama, dan sekolah ini memberi beasiswa untuk siswa kurang mampu dan berprestasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oh iya aku nerusin di SMP berbasis asrama, dan sekolah ini memberi beasiswa untuk siswa kurang mampu dan berprestasi. Dan sistem pembelajaran di sekolah ini sangat berbeda dari sekolah - sekolah lain di Indonesia. FYI  sekolah ini milik yayasan keluarga kami lebih tepatnya papa mbak Saras dan 3 sahabatnya. Dan dulu mbak Saras juga sekolah disana.

"Mbak, biyen mbak ya tinggal di asrama toh? "
"Enggak lah, dulu asrama hanya di tinggali siswa beasiswa. Padahal mbak dulu pengen banget tinggal disana, soalnya nih fasilitasnya T O P B G T deh. Bayangin 6 tahun kita bisa menggunakan fasilitas itu yang kita pikirin cuma gimana ngasilin prestasi."

"Emang fasilitasnya apa mbak?"

"Kita bisa gunain semua lab dan perpus sekolah 24 jam untuk ngerjain tugas. Dapet makan 3 kali sehari itu pagi, siang ama sore. Laundry, kita tinggal masukin cucian di tas laundry kasih tanda kamar 2 hari kita bisa nerima baju rapi sudah di setrika. WiFi bebas, pokoknya kita bisa ngunain fasilitas sekolah 24 jam dan serunya kita bisa sosialisasi sama teman kita 24 jam kecuali tidur. Seru kan?" jelas mbak Saras mengebu- gebu. Aku merasa beruntung, semoga aku betah disana...

Sekarang aku sudah di bandara Abdul Rachman Saleh siap untuk ke Jakarta.

"Kalo udah sampek sana ojo lali nge-WA kakek yo!" pesan kakek berulang kali ke aku.

"Nggeh kek. " ucapku bebarengan dengan mbak Saras.

"Sayang hati-hati ya. Nanti dari bandara ke rumah di jemput atau naik taksi? " ucap A' Bibin khawatir dengan tunangannya yang lumayan ceroboh itu.

"Aku udah minta mang Asep jemput kok sayang. Tenang aja aku g akan nyetir sendiri dari bandara lagi. Nanti bisa-bisa dapet omelan dari lusinan orang. " jawab mbak Saras seraya cemberut.  Aku merasa geli dan gemas dengan pasangan ini jika saling khawatir kenapa Aa' nggak nganterin kita aja sampek Jakarta, dasar masa gak bisa ninggalin hewan - hewan itu barang sebentar. FYI Aa' itu ahli peternakan jadi dia bantuin ngembangin peternakan kakek, dia sangat bertangung jawab dengan tugas atau amanah yang di berikan mas Adit padanya.
.
.
.
Tidak terasa kami sudah di perjalanan ke rumah keluarga. Rumah ini unik sekali karena dalam satu pager ada 4 rumah inti dengan gaya dan pemilik yang berbeda.
Aku nggak sabar besok aku sudah mulai masuk sekolah.
Gimana ya sekolah baruku ini........?

Terima kasih sudah baca tulisanku yang lumayan absurd dan garing ini :)
Kamsahamnida  ;)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beta TeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang