Beberapa penelitian sosial mengungkapkan bahwa seseorang akan mengalami masa kebingungan yang teramat ketika ia memasuki usia dewasa. 21 ? 22 ? 23 ? Bahkan 25 tahun ?
Tentang pekerjaan, menjadi fresh graduate adalah sebuah keuntungan. Sedikit mudah melamar pekerjaan kesana kesini dan diterima dengan beberapa tes. Bahkan ada juga yang tidak melewati tahapan itu. Namun diusia kepala dua ini kita harus sudah menentukan. Dimanakah kita akan menyalurkan kemampuan kita.
Tentang mandiri, tentu diusia ini bukankah semua orang sudah tidak bergantung pada orangtuanya ? Khususnya dalam persoalan materi. Mereka sudah memiliki penghasilannya sendiro entah itu sebagai seorang karyawan ataupun freelancer. Tapi tidak mengelak juga bahkan ada beberapa orang yang masih mengandalkan 'jatah' dari orang tuanya. Kebanyakan mereka ialah Mahasiswa.
Persoalan pekerjaan, perkuliahan, materi, dan lain sebagainya, si dewasa ini tentu sudah harus bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Mengambil keputusan berdasarkan olah pikir mereka.
Tapi ada satu hal yang masih merumitkan akal dan logis mereka yang berusia kepala dua. Persoalan ini cukup berbelit. Melelahkan pikiran. Menyakitkan. Bahkan banyak dari mereka memilih menyerah untuk tidak memusingkan masalah satu ini. Dan yang paling sedih, karena tidak tahan, mereka memilih mem unuh hati yang ada didalam dirinya (read bunuh diri).
"Sepertinya lusa aku akan pulang. Tidak enak kalau harus meninggalkan Yaro terlalu lama" Yami meraih tasnya di atas sofa.
Saat ini Yami sedang ada di penginapan Rosa dan Mamoru. Sebenarnya jarak penginapan Yami dan mereka tidak terlalu jauh. Cukup menempuh waktu 10 menit menggunakan angkutan umum.
"Kenapa ? Kau kan baru 3 hari berlibur" Rosa mengantar Yami yang akan pamit untuk pulang.
"Kan tadi sudah kubilang kalau aku ini tidak enak meninggalkan Yaro terlalu lama" Yami membalikkan badannya menghadap Rosa yang berdiri diambang pintu
"Yaro bukan anakmu Yamyam" seru Rosa
"Untuk sekarang, dia adalah anakku" jawab Yami sambil tersenyum samar.
Rosa tidak melanjutkan percakapan mereka. Ia diam karena pikirannya sedang sibuk. Ada sesuatu yang harus dia sampaikan kepada Yami. Tapi ia bingung harus bagaimana menyampaikannya.
Tiga menit berlalu dengan Rosa yang hanya berdiam diri dengan perang pikirannya. Yami pun memutuskan untuk pulang setelah mengucapkan salam sebelumnya.
'Yami, Hinoto ada disini.. Bahkan dia satu penginapan denganmu' batin Rosa memejamkan matanya karena tak mampu mengucapkan hal sesederhana itu.
"Kenapa diam diluar, ayo masuk angin sedang kencang nanti kau sakit" ajak Mamoru yang muncul dari belakang
"Lagi-lagi aku tidak mampu untuk memberitahunya" sedih Rosa menghadap suaminya
"Aku mengerti apa yang kau khawatirkan. Kalau saja itu aku, aku juga tak mampu untuk memberitahu Yami" Mamoru memegang kedua pundak istrinya
"Aku harus bagaimana.. ?" Rosa memejamkan mata berusaha membentengi air mata yang sepertinya akan keluar
"Kita berdoa, minta sama Allah untuk segera menyelesaikan persoalan mereka" ucap Mamoru sambil menangkup wajah istrinya.
.
.
"Kenapa ?" suara Yami gemetar. Ia berusaha untuk tidak menangis.
'Kenapa mereka tidak mengatakan apapun padaku ? Apa aku ini orang asing bagi mereka ?' bolehkan Yami berteriak ? Tidak hanya didalam batintapi benar-benar keluar dari mulutnya ? Hanya untuk sekedar melepaskan semua beban pikirnya walau sebentar
YOU ARE READING
We Found Love in Osaka
RomansaJika kau tidak mampu untuk tidak membuat seorang perempuan menunggu lama, maka suruh dia bersama yang lain . . . Warn : Alur sulit dimengerti !