Bab 6: Mr. Derric

22 5 0
                                    

"Pencinta teh ya?, Sepertinya mereka melupakan itu dalam laporan" ucap Mr. Derric mengawali pembicaraan

"hmm. Tak apa"

"haha, tidak itu hanya humor garing seorang detektif. Ketika mereka mengatakan bahwa kau adalah klien ku dan kau jugalah targetku. Aku berkata mengapa tidak. Aku sering melihat hal-hal yang lebih aneh namun.." Ucapan Mr. Derric mengantung, seorang pelayan meletakkan coffe latte di meja mereka dan lekas pergi. Mr Derric pun melanjutkan ucapannya.

''Bagaimana dengan dirimu? Orang uang suka tidur berjalan?"

Max tak suka itu. Dia pun meminta berkas yang dirinya inginkan.

"Bisa aku lihat laporannya Ross?".
"Hmm yah kau kustomernya" Seraya mengambil berkas di tasnya

"well, kau memiliki kehidupan yang membosankan, sampai jam berapa? 7.00am atau 7.15am" Mr. Derric memberikan selembar kertas pada Max.

"meninggalkan apartemen searah jarum jam pukul 7.30 untuk berlari"

"setiap orang memiliki rutinitas" potong Max dengan menekankan ucapannya

"ya,kau berlari seperti kereta jerman"
Max menatap Mr. Derric tak suka.
Mr. Derric berlaku bodo amat, kembali membacakan rutinitas Max.

"Baiklah, hari selasa jam 8.30pm kau meninggalkan apartemenmu. Berjalan tiga blok, membeli kopi di pujasera,kopi hitam tanpa gula, Naik kereta lanjut ke Everret & 24th dimana kau bekerja magang paruh waktu di firma hukum, dan kau kuliah di Universitas Seattle di siang hari."

Mr. Derric menatap Max sekilas seraya menghembuskan nafanya kemudian melanjutkan membacakan.

"Kau pulang kerja jam 1.37am. Langsung pulang ke apartmen, kau tidak pergi lagi hingga larimu jam 7.30am keesokan harinya" Mr. Derric menutup berkasnya.

"Apakah ada malam disaat aku melakukan hal yang berbeda?" tanya Max.

"Hmm ya pada hari Jum'at, kau pulang kerja beberapa menit lebih awal pada pukul 1.26am, kau temukan tidak pulang ke apartemen namun pergi ke bar The Rialto, kau duduk dan meminum dua bir hingga pacarmu selesai sif kerjanya" jelas Mr. Derric

"pacar?" Max terkejut jika dirinya memiliki pacar.

"Jika dia adikmu aku akan memanggil polisi atau pendeta, dia adalah kekasihmu, Grace O'brien" "kau tetap disana hingga bar tutup. Selagi dia bersih-bersih lalu kemudian kau pergi kerempatnya. Kemungkinan kau dan dia..." Mr. Derric mengantungkan perkataan nya.

Max menyahut Mr. Derric dan bertanya "Berapa lama aku Dirumahnya?"

Mr. Derric memyandarkan punggungnya pada kursi menatap langsung mata coklat Max.

"Kau pergi pada pukul 5.50am berlari ke rumah, kau benar-benar berlari, mengapa kau sangat ter buru-buru? "

"Apa kau memiliki foto?"

Mr. Derric merogoh kantong jaketnya mencari sesuatu. Seperkian detik Mr. Derric menemukan apa yang dia cari. Kemudian diberikannya pada Max. Sebuah benda kotak kecil yang berisi berkas-berkas orang biasa menyebutnya flashdisk.

Max berterima kasih pada detektif nya dan meninggalkan kafe untuk pulang ke rumah.

####

Max langsung menuju kamarnya melepaskan topi hitam yang bersarang di kepalanya, tangan Max meraih laptop yang berada di nakas, ia memasang flashdisk yang diberikan Mr Derric tadi.

Max mengamati seorang gadis dengan rambut pirang mengandeng tangannya keluar bar. Max sangat kesal melihat foto-foto itu.

Max mematikan laptopnya. Meletakan benda itu pada tempatnya semula sebelum Max mengambil benda itu.

Max membaringkan tubuhnya diatas ranjang mencari kenyamanan. Max perlahan menutup kedua kelopak matanya hingga tertidur.

💞💞💞💞

Thanks ya sudah menyempatkan diri untuk membaca cerita ku ini.
Jangan lupa vote

It's MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang