Agin semakin memburu, malam kian menyepi.
Jam menunjukan pukul 9 malam, Aku mengiyakan ajakan Minsik karena dia meminta izin ke mama langsung. Ya mau tidak mau.
Aku meminta untuk keluar disekitar sini saja dengan berjalan kaki dan Minsik setuju. Kami mengitari komplek sekitar dan berakhir di taman bermain.
Aku duduk di ayunan, berayun perlahan sambil menikmati hembusan angin, betapa dinginnya membuatku mengnginkan cokelat panas itu lagi. Lagi-lagi batinku menggerutu, mengapa tercipta kenangan disana, manis lagi.
Minsik yang duduk di ayunan sebelahku peka, raut wajahku cukup jelas mengekspresikan sepertinya ada something bad. Suasana hati memang tidak bagus.
"Rael, aku ingin bertanya, bolehkah?" tanya Minsik bernada pelan
"Em.. apa?" aku mengizinkan.
"Aku sudah mendengarnya dari Jina, sebesar itukah kau mencintai Dean sehingga sulit melupakannya?" Minsik penasaran.
Aku menghentikan ayunanku, aku terdiam membeku. Jina? wah dia sekarang bermulut besar ya ck. Aku semakin kesal.
Minsik bergerak pindah berjongkok didepanku, dia menatapku intens. Aku terkejut sekaligus bingung dengan tingkahnya.
"Rael, aku yang memaksa Jina untuk menceritakannya jadi kau jangan marah kepada dia" tutur Minsik.
"Seharusnya kau tak perlu tau" tegasku. Aku menahan amarahku, aku pun malu saat itu. Entah kenapa aku harus malu, Minsik bukan siapa-siapa bahkan kedua orang tua ku tidak tahu soal ini.
"Aku ingin lebih dekat denganmu Rael" ujar Minsik.
Mata ku membulat mendengarnya, "Untuk apa Minsik, seorang teman tidak mesti tau segalanya dan kau, kita baru kenal".
"Sudahlah.." aku berdiri, sebaiknya aku pulang saja. Ini semakin memperburuk suasana hatiku. Aku melihat ke arah Minsik, "Minsik-a jika kau ingin dekat dengan ku pakailah cara lain jangan menggali masa laluku, aku tidak suka itu" tutur ku.
Minsik terdiam.
"Sebaiknya kau pulang Minsik, ini sudah larut" aku melanjutkan, lalu berlalu pergi meninggalkan Minsik.
"Maafkan aku Rael" kata-kata itu keluar dengan pelan. Aku mendengarnya tapi aku terus melangkah tanpa menoleh ke belakang. Maafkan aku juga, mungkin saja aku terlalu kasar tadi, dalam hati ku.
Sesampainya dirumah tanpa menyapa mama yang sedang menonton drama favoritnya, aku langsung masuk ke kamar dan menutup pintu keras. Mungkin mama akan terkejut, namun aku mengabaikan itu. Aku terlalu kesal!
"Rael, kau baik-baik saja?!" teriak mama dari luar.
"Iya ma", sahutku.
Aku berbohong, aku tidak baik-baik saja ma!
"Mengapa kau ingin tau, kau tak perlu tau"
"Aku hanya tak ingin mengingatnya lagi"
"Ingin lebih dekat dengaku? bukan seperti itu Minsik!"
"Pakailah cara yang lebih elegan"
Aku terus menggerutu, berbicara sendiri. Untungnya tidak sampai kedengaran mama.
Aku menghembuskan napas keras, lalu duduk ditepi ranjang. Diam sejenak berusaha menenangkan diri.
"Dean? Aku pun tidak tau, apa aku masih mencintainya atau tidak? Hanya saja dia terus mengganggu pikiranku" pelan aku mengatakannya.
Aku menghempaskan diri ke ranjang, ku pejamkan mata lama-lama, tubuh ku terasa lemas. Rasanya energi ku terkuras hanya untuk memikirkan ini semua.
>>Skip<<
Keesokan harinya, di sekolah aku melihat Jina dan Miryo sedang berbincang ria dikelas.
"Annyeong Rael.." Miryo dan Jina bersamaan menyapa.
Aku memasang wajah sinis ke Jina, "Ya! Jina! dasar bermulut besar" teriak ku dan beberapa anak yang ada dikelas semuanya melihat ke arahku.
"Ada apa Rael? Kamu kenapa Jina?" tanya Miryo.
"Maaf rael, Milli yang memberitahunya itupun karena Minsik terus bertanya lalu Minsik memaksaku bercerita ketika aku ke basecamp mereka waktu itu" tutur Jina memelas.
Aku masih terdiam dengan tampang yang sama, lalu Miryo berusaha menenangkan kami berdua, "Rael, kau tak perlu marah seperti itu bahkan semua anak-anak disini tau".
"Anak-anak disini tau karena mereka bertemu denganku setiap hari, mereka tau hubunganku dengan Dean", balasku. Aku berusaha tenang.
"Maaf ya el" pinta Jina dan aku mengiyakan.
"El, kau menyukai Minsik?" tiba-tiba Miryo melontarkan pertanyaan yang aneh menurutku.
Apa hubungannya? pikirku.
"Apa? hahaha Minsik? nae style aniya..sebaiknya kalian jangan berpikir yang tidak-tidak" tegasku. Ya aku yakin, aku tidak ada perasaaan apapun kepada Minsik, pikirku.
"Lalu untuk apa kau marah seperti itu, wajar saja Minsik ingin tau. Dia kan menyukaimu Rael" tukas Jina.
"Em.. kau tau aku kan? Aku hanya tidak suka orang asing atau siapapun tau terlalu detil apalagi ikut campur seperti itu" jelasku.
Terlalu merepotkan jika ditanya-tanya ini itu lalu aku mengingatnya lagi ck lalu kapan dong move on nya?
"Iya Rael, iya iya", balas Miryo.
"Iya el, maaf ya.." Jina. Aku hanya tersenyum kecil ke Jina.
"Oh iya, dua minggu lagi sekoah kita mengadakan festival sekolah. Kalian mau berpartisipasi atau ikut perlombaan?" lanjut Jina.
"Aku mau jadi penonton aja lah, lagi malas" kataku.
"Yah.. el ayo dong join aku rencananya mau buka kedai cemilan gitu, kau juga Miryo" ajak Jina.
"Kau saja, aku membantu-bantu seadanya saja ya, aku bahkan tidak berniat untuk datang hahaha" candaku.
"Rael dari dulu magernya gak ilang-ilang ck, yasudah nanti kita ajak yang lain lahi Na" tukas Miryo.
Mereka memaklumi sikapku yang seperti itu dan mereka tidak memaksa, begitulah aku sangat bersyukur dipertemukan dengan mereka.
Festival sekolah ini diadakan setiap tahun disekolah, akan ada pertunjukan seni dan musik, berbagai lomba dan kedai-kedai semacam food fest dan lainnya. Acara ini terbuka untuk umum sehingga sekolah lain boleh ikut berpartisipasi atau sekedar berkunjung. Acara ini juga bertujuan untuk meningkatkan kreatifitas dan integritas siswa sekaligus promosi sekolah.
To be continued..
Sampai jumpa di festival sekolah~~
Akhirnya bisa up lagi setelah beberapa hari sakit dan agak sibuk huhuhu
Maaf sebelumnya kalau kurang greget karena author gak sempat bikin draft, hanya modal dari tulisan asli. Dari Chapter 6 udah gak pake draft lagi karena sambil skripsian hehehe
Sekali lagi harap dimaklui kalau kurang seru ya :))
Jangan lupa voment ya sebagai tanda kalau kalian menghargai dan mengapresiasi karya ku ini, pantengin chapter selanjutnya yah, semoga daku bisa cepat updatenya.. Saranghae~
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAN | Remember [Selesai]
Short Story"Dean, mengingatmu bukanlah sebuah dosa" - Rael "Rael, tak bisakah kau hanya melihatku? Tak bisakah kau hanya mengingatku? Look at me Rael" -Minsik. *)Based on true story! Original : 5 Februari 2013 Re-Write : 31 Desember 2018