6. Those Eyes Though

114 20 86
                                    

- Siloam Hospital -

Erlyn membuka matanya yang terasa berat. Saat menoleh, dia melihat Daniel duduk di kursi sebelah tempat tidurnya.

Ah, ini Rumah Sakit, batin Erlyn.

"Dah bangun lu?" Daniel bertanya tanpa melepas pandangan dari ponselnya. Erlyn hanya diam.

"Ngerepotin aja bisanya" ujar Daniel lagi.

"Lu kalau ga mau nungguin gue pulang aja sana" jawab Erlyn.

"Memang gue mau pulang. Gue nunggu lu bangun karena gue mau minta lima juta yang lu janjiin kemaren" ucapnya.

"Niel, gue beneran ga ada duit" Erlyn berkata lemah. Kenyataannya memang dia tidak ada uang. Hanny belum sempat transfer dan mereka terlanjur bertengkar.

"Ahhhhh!!!! Taekkkk!!! Gue butuh banget oy!!!" Daniel berteriak sambil menendang ranjang rawat Erlyn.

Erlyn hanya diam. Seolah mati rasa menghadapi hubungan toxic antara dia dan Daniel.

"Gue ga mau tau. Gue datengin Nyokap lu weekend ini buat mutusin pertunangan kita! Dasar ga guna" bentaknya sambil meninggalkan ruangan.

Erlyn hanya diam. Ia tidak merasakan apa-apa lagi sekarang.

Ia sudah lupa apa rasanya bahagia, sakit hati, sedih ataupun marah. Ia tidak merasakan apa-apa.

Tak lama setelah Daniel pergi, pintu kamarnya terbuka.

Memperlihatkan Ezra dengan polo shirt Navy sambil membawa parcel buah.

"Tolong pergi" pinta Erlyn.

"Aku ke sini atas nama perusahaan. Aku atasan kamu Lyn, memang kamu berani ngusir atasan kamu?" ucap Ezra iseng.

Erlyn memalingkan wajah.

Ezra menaruh parcel buah di meja.

"Kata dokter, kamu anemia" ucap Ezra.

Erlyn tidak menjawab.

"Kara cerita kalau kamu emang jarang sarapan dan sering skip makan malem" lanjut Ezra.

Erlyn masih diam

"Dari dulu pasti gitu. Ga suka sayur, sering skip makan malem. Penyakit jangan dicari Lyn"

"Stop Zra!" bentak Erlyn.

Ezra terperanjat.

"Stop ngungkit-ngungkit masa lalu lagi. Aku udah lupa" lanjutnya.

Ezra diam.

"Dan stop bersikap seolah-olah kamu peduli sama aku! Aku ga butuh perhatian dari kamu. Sekarang mending kamu pulang! Aku pengen sendiri" ucap Erlyn dengan nada tinggi.

"Lyn, aku ga bisa pergi. Aku ga mungkin tinggalin kamu sendirian ga ada yang jaga. Aku tau Daniel ga peduli sama kamu. Aku sengaja nunggu di lorong buat tau dia bener-bener jaga kamu atau ngga" ujar Ezra.

Erlyn memalingkan muka.

"Waktu dia bentak-bentak kamu, aku denger Lyn" tambah Ezra.

"Ga usah ikut campur urusan pribadi aku" timpal Erlyn.

"Lyn, kali ini aja. Aku mohon biarin aku rawat kamu sampai kamu sehat" Ezra memohon.

"Terserah kamu mau ngapain. Aku ga peduli" timpal Erlyn sambil memejamkan mata.

"Itu artinya aku boleh di sini kan?" tanya Ezra sambil tersenyum kecil.

Erlyn pura-pura tidak mendengar dan lanjut tidur.

Play and RepeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang