Sore hari, sepulang dari sekolah Luna berencana menjenguk Viko di rumah sakit. Ferdo juga memberitahu dimana kamar inap Viko.
Haferta Hospital.
Ya, rumah sakit tempat Viko berada sekarang. Dengan cepat Luna berari menuju ruang rawat sesuai sms Ferdo.
Dari kejauhan, Luna melihat Ferdo berdiri di depan pintu kamar. Luna mempercepat langkah kaki nya, dengan perasaan gak enak. Satu tangan nya menggenggam parcel yang tadi dia beli sewaktu menuju ke rs.
"Ck, lo lama amat sih, buruan masuk." suruh Ferdo kepada Luna. Luna pun mengikuti Ferdo dari belakang.
Luna membawa parcel buah-buahan dan meletakkannya di atas lemari kecil .
Selang yang menempel di tangan, alat bantu pernafasan menutupi hidungnya, dan perban di sekitar tangannya.
"Gue di depan, kalau butuh panggil saja." Luna mengangguk pelan.
Setelah memastikan Ferdo keluar, Luna mendekat ke arah ranjang. Dimana Viko terbaring lemah. Matanya masih setia tertutup. Melihat kondisi Viko, membuat Luna merasa bersalah. Tetes demi tetes air mata berhasil keluar dari mata nya.
"Vik, lo bego banget yah, gue sudah bilang sama lo buat menjauh dari hidup gue, lupakan gue, tapi kenapa? kenapa lo masih ngejar gue?" ucap Luna sambil memegang tangan Viko yang terasa sangat dingin. Berbicara seakan-akan Viko bisa mendengarkannya.
Luna melihat sekujur tubuh lemah dihadapannya, menyentuh wajah yang dulu selalu hadir disetiap mimpinya, matanya yang seakan menghipnotisnya, dan bibirnya, yang selalu mengucapkan kalimat gombalan. Tetesan air mata semakin deras, membuat Luna semakin terisak dan ga tahan lagi untuk melihatnya. Luna mengeluarkan surat dan meletakkannya di bawah parcel buah-buahan tersebut.
"Gue minta maaf, karna gue, lo seperti ini. Maafin gue."
"Gue tau lo ga dengar apa yang gue ucapkan. Tapi gue minta, please jangan lakuin ini lagi. Gue merasa bersalah. Karena gue, lo jadi seperti ini. Please jauhin gue. Gue mau lo bahagia tanpa harus ngejar gue lagi." Luna mencium pipi Viko untuk terakhir kalinya dan langsung pergi meninggalkan ruangan itu. Bahkan Luna meninggalkan Ferdo yang sedang berjaga di depan pintu ruang rawat Viko.
Ferdo pun mengejar Luna, dan mengantarkannya kembali ke rumah.
"Akhh siall. Kemana sih dia? cepat banget larinya." gumam Ferdo karena kehilangan jejak Luna.
Maafin gue Fer, gue pergi. Gue mau menyendiri. Tanpa ada seorang pun. Luna lari menjauh dan pergi dari rumah sakit ini.
***
5 menit sesudah Luna pergi, Viko akhirnya sadar. Viko melihat seisi ruangan. Ruangan putih beraroma obat, dan selang di tangannya.
Kenapa gue bisa di rumah sakit?
Viko berusaha untuk duduk, tiba-tiba kepalanya sakit sekali, tapi Viko paksakan untuk tetap duduk.
Viko merasakan tadi Luna menghampirinya dan mencium pipinya. Tapi Viko sadar, tidak mungkin Luna mau menjenguk nya.
"Parcel dari siapa ni?" ucap nya setengah kaget melihat ada parcel di lemari dekat brankar nya. Viko melihat ada surat di bawah parcel itu. Viko langsung membaca surat tersebut.
Dear Viko.
Vik, gue minta maaf ya. Gue minta maaf, karena gue, lo jadi begini. Lo jadi masuk rumah sakit karena gue. Gue sudah bilang sama lo buat jauhin gue, tapi lo keras kepala , kejar gue agar gue kembali ke lo. Lo sadar ga sih, apa yang lo lakuin itu bego banget. Dan sia-sia. Lo lakuin ini agar gue kembali lagi sama lo?
Ga Vik, gue gakan kembali lagi.
Jadi, gue harap sama lo, please jangan kejar gue. Jauhin gue, yah. Gue gamau lihat lo kayak gini lagi. Kalau lo beneran sayang sama gue, lakukan apa yang gue minta. Gue ingin lo bahagia, dan pasti lo pengen gue bahagia juga kan? bahagia itu gaselalu harua bersama lagi. Jadi, biarkan gue, jangan kejar gue. Biarkan gue bahagia tanpa lo.
Lo pernah bilang, kebahagiaan gue adalah kebahagiaan lo juga. Jadi please, gue mohon jauhin gue.
Gws yah, cepat sembuh.
Luna
Hay hay hayyy
akhhh maapin aku yaa, jarang update, maklum anak kelas 12 sibuk sama ujian sana sini:)Btw thanks yaa buat 1,02k nyaa. makasiii dah mau baca walau sedikit yang vote. gapapaa, aku hargai itu.
makin cinta sama para readers:) sering" lah komen:) kalau perlu vote:v
okayy sekian
Salam manjah dari pekanbaru:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA. JANGAN LUPA VOTE SAIANG) Bukan anak broken home. Punya keluarga, serasa gak punya keluarga. Keluarga utuh, tapi kurang kasih sayang. Semenyedihkan ini gue sekarang. Dan itu yang buat gue mati rasa. Maaf, bukannya gue kurang...