five

27 5 5
                                    


"Aku hanya bisa berdoa, semoga kau yang selalu membuatku bahagia, tidak akan pernah memberikan luka"

****


Bunyi alat pendeteksi detak jantung terdengar sangat teratur oleh Naresha saat ini.

Ia menatap nanar seseorang yang telah melahirkannya ke dunia ini bahkan orang yang selalu ada disaat ia senang maupun berduka.

"Minum dulu Na" seorang lelaki menyodorkan sebuah botol yang diyakini berisi air putih.

Namun pemberian itu tidak digubris oleh sang empunya nama.

Tatapan Naresha kosong bahkan mungkin tidak mendengar apapun, kecuali suara alat yang menyeramkan baginya itu.

Melihat tidak ada respon dari Naresha, akhirnya lelaki tersebut duduk di kursi sebelah Naresha yang memang dikhususkan untuk menunggu pasien di rumah sakit tersebut.

"Lo pasti capek sekarang, lebih baik lo istirahat" ucap lelaki itu dengan nada yang halus dan Naresha bisa merasakan ketulusan dari ucapan lelaki itu.

"Gimana gue bisa tenang Vin, mama aja belum sadar" ujar Naresha pasrah.

Ya, lelaki itu adalah Devin, disaat perjalanan pulang dari rumah Naresha, ia baru sadar kalau
Hp-nya ia titipkan kepada Naresha.

Namun saat memasuki kediaman Naresha, tiba-tiba Devin mendengar suara tangisan Naresha.

Devin pun terkejut ketika netranya mengarah kepada apa yang Naresha tangiskan.

Ternyata Audi tergeletak tak berdaya dikamarnya.

Tanpa pikir panjang Devin langsung mengangkat tubuh Audi masuk ke dalam mobilnya untuk dibawa ke rumah sakit terdekat.

"Lo tenangin diri lo dulu Na, biar gue yang jaga mama lo" ucap Devin sembari mengelus lembut rambut Naresha yang sekarang tidak beraturan atau bisa dibilang sangat berantahkan.

"Nggak Vin" ucap Naresha seraya menggelengkan kepalanya lemah.

Devin menghembuskan nafas kasar melihat keadaan Naresha saat ini.

Ia melepaskan ikat rambut Naresha, lalu menyisir pelan rambut orang yang ia cintai saat ini menggunakan tangannya, lalu mengikat rambut Naresha ulang.

Meskipun kurang rapi, yang penting rambut Naresha tidak menutupi wajahnya.

Devin sedikit terkekeh melihat karyanya di rambut Naresha saat ini.

"Emang ya, gue selain ganteng ternyata berbakat juga" ke-PDan Devin tersebut membuat Naresha membuka tasnya lalu mengambil cermin kecil yang memang selalu dibawanya kemana-mana.

"Berbakat apanya, masih berantahkan juga gini" Naresha mengembungkan pipinya kesal melihat pantulan dirinya di cermin.

"Hargai selagi ada" ucap Devin dengan nada sok bijaknya.

"Haha gaya lo Vin" balas Naresha sambil terkekeh pelan.

Hati Devin menghangat, akhirnya Naresha bisa tertawa meskipun pelan.

Benar kata orang bahwa 'jika melihat orang yang kita cintai tertawa maka kita akan ikut bahagia', begitulah yang Devin rasakan saat ini.

"Nah gitu dong ketawa" Devin mengelus rambut Naresha pelan,
Kegiatan yang kini mulai menjadi hobinya.

"Demen banget belai-belai rambut orang, dasar kurang belaian" cibir Naresha pada Devin yang di hadiahkan jitakan cinta dari Devin.

"Sakit budu" tak tinggal diam Naresha memukul tangan Devin kuat sehingga membuat Devin mengaduh kesakitan.

Perkelahian pun berlanjut dengan acara kejar-kejaran mengelilingi brankar Audi.

Tiba-tiba pintu terbuka menampilkan suster dengan wajah sangarnya.

"Maaf waktu menjenguk pasien sudah selesai, sekarang waktunya pasien untuk istirahat" ucap suster itu dengan air muka yang masih sama seperti tadi.

"Baik sus, permisi" ucap Naresha kikuk kepada suster sembari melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Audi, yang diikuti oleh Devin.

Jangan kalian kira perkelahian mereka cukup sampai disitu.

Tiba- tiba saja Devin menarik rambut Naresha sehingga sang empunya rambut berjalan mundur mengikuti arah tarikan.

"Ish Devin lepasin" teriak Naresha kembali memukul tangan Devin yang sekarang tertawa puas.

Mereka tidak perduli bahwa mereka sedang menjadi pusat perhatian setiap orang yang ada di rumah sakit itu.

Devin melepas tarikan pada rambut Naresha saat mereka sudah sampai ke kantin yang tersedia di dekat rumah sakit itu.

"Sekarang lo duduk terus makan" Devin melirik jam tangannya.

"Tapi gue gak lapar" ucap Naresha yang kembali membuat Devin mendengus.

"Lo liat ini jam berapa" Devin menunjukkan jam tangannya yang tertera 9.45 disana.

"Suapin" pinta Naresha dengan nada manjanya yang dihadiahi sentilan di bibirnya dari Devin.

Naresha mencebikan bibirnya melihat reaksi Devin.

"Dasar tidak peka" batin Naresha.

Dengan terpaksa Naresha memakan bubur yang sudah di pesan oleh Devin.

Melihat ekspresi lucu Naresha yang sedang sibuk dengan buburnya membuat Devin membuka kamera Hp-nya.

Cekrek

Devin tersenyum melihat hasil jepretannya.

Seorang gadis dengan kedua pipi mengembung, tengah mengunyah makanan dengan tatapan kesal ke arah kamera.

"Devin lo ngambil foto gue kok gak bilang-bilang sih" protes Naresha.

Devin tak bergeming mendengar protesan Naresha.
Ia membuka aplikasi yang sekarang ini sekarang ini sedang hits dikalangan anak muda, apalagi kalau bukan Free fire atau yang biasanya disingkat FF.

Devin sangat sibuk memainkan gamenya sambil bersandar di bahu Naresha yang kini sudah selesai makan.

Sedangkan Naresha terlihat fokus melihat apa yang sedang Devin mainkan.

Tak terasa waktu berlalu begitu saja dan untungnya kantin itu buka 24 jam.

****

Hai gaes kembali lagi dengan saiaaaaaa.

Maaf ya kalau saya lama updet.
Akhir-akhir ini saya disuguhkan oleh banyak tugas dan latihan untuk lomba ekstrakulikuler yang saya minati.

Selain itu saya juga sempat kehilangan inspirasi dan patah semangat, melihat vote + komen yang sedikit :"

*curhat lu buk?.

Sekali lagi saya minta maaf.

Jangan lupa vote + comment yaw.

Salam cinta dari :

Jodoh VERNON :*





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stay Or ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang