Hari senin kembali hadir membawa kabar buruk bahwa weekend telah berakhir. Riva bersiap untuk ke RB pagi ini dengan keadaan segar karna tidak lagi mengalami kurang tidur. Hari ini dia sudah membuat janji untuk makan siang bersama Alexa dan Alexa juga yang akan menjemputnya pagi ini. Gadis itu sepertinya telah melupakan kegalauannya.
Ponsel Riva memberi tahu jika ada pemberitahuan baru. Ternyata pesan dari Alexa yang mengatakan bahwa dia telah berada di depan apartemen Riva. Mengambil slingbag dan sebotol susu kedelai untuk Alexa, Riva siap untuk memulai hari seninnya.
Mereka langsung berpisah sesampainya Riva di RB. Riva lalu mulai menyibukkan diri mempersiapkan tokonya untuk buka. Pintu masuknya terbuka menampilkan sosok Devan yang lebih dari sehari tanpa kabar.
"Dev?"
Devan tersenyum kearah Riva dan berjalan mendekatinya yang sedang membersihkan salah satu meja bundar. "Ganggu Riv?"
"Enggak kok. Operasi kamu lagi banyak?"
Devan duduk di salah satu kursi yang ada di situ "cukup banyak untuk buat aku gak lagi bisa antar jemput kamu."
"Ya ampun Dev. Gak masalah kamu bisa antar jemput saya atau tidak."
"Aku tahu kok. Riv?"
Riva menoleh dan menatap Devan dengan tatapan bertanya.
"Apa niatmu masih sama?"
"Niat apa yang kamu maksud Dev?"
"Niat buka hati untuk ku."
Sontak kebingungan menyerang Riva, dia tidak tau harus menjawab apa. Rasanya dia pun masih bingung terhadap perasaannya sendiri.
Tapi Riva merasa perlu untuk meluruskan hal ini dengan Devan "saya usahain Dev. Tapi saya harap kamu jangan menaruh harapan yang terlalu besar pada saya, karna saya tidak bisa menjanjikan apapun pada kamu."
Riva tahu betul seperti apa rasanya menyukai orang yang tidak menyukaimu bahkan Riva sudah mengalaminya bertahun-tahun. Untuk itu dia berharap Devan tidak mengalami hal yang sama dengannya. Dia tidak mau Devan juga mengharapkan hal yang belum pasti bisa dia miliki. Karna mengharapkan perasaan kita berbalas adalah suatu hal yang melelahkan.
***
Alexa mengajak Riva makan siang di sebuah restoran china yang menjual hidangan pedas bermama mara.
"Kami pesan 1 mara goreng level 2." Begitu kata Alexa.
Setelah itu mereka menunggu pesanan datang sambil mengobrol.
"Tadi pagi Devan dateng ke toko."
"ngapain?"
"Dia nanyain niat ku soal buka hati untuk dia."
"Trus lo jawab apa?"
"Ku jawab akan kuusahakan tapi aku juga bilang ke dia untuk gak berharap banyak sama aku."
"Jawaban lo udah paling bener."
Helaan napas keluar dari mulut Riva.
"Eh Riv itu Haden bukan sih?"
Riva pun mengikuti arah pandang Alexa yang tertuju pada pintu masuk. Terlihat Haden bersama 3 orang pria yang lain baru saja memasukki restoran yang sama.
"Iya Lex itu Haden."
Tatapan Alexa tampak berbinar "itu yang bareng dia temen-temennya ya? Capek cakep banget Riv, lemah gue."
"Aku gak yakin sih Lex tapi aku kenal 2 diantara 3 temannya itu."
"Yang bener lo?"
Tatapan mata Riva pun bertemu dengan tatapan
"Eh ada mbak Riva." Suara Erwin membuat Riva tersenyum sopan.Sekarang keempat pria tampan itu sudah berada dihadapan Riva dan Alexa.
"Hai Haden, masih ingat gue gak lo?" Tanya Alexa dibalas anggukan kepala dari Haden.
"Apa kabar Alexa?"
"Baik gue. Ini mau makan siang bareng teman kantor apa gimana?"
"Iya." Jawab Haden.
Mereka pun saling berkenalan.
"Mas Andi sama mas Erwin sekantor sama Haden ya?" Tanya Riva.
"Iya mbak kita sekantor." Jawab Andi.
"Bos kita ini mbak." Celoteh Erwin.
Riva merasa cukup kaget mengetahui Haden bekerja di tempat yang pernah memesan kuenya.
Mereka pun memutuskan untuk makan siang bersama di meja yang lebih besar dengan pesanan yang sama. Sungguh kebetulan ke-4 pria itu juga sedang ingin makan mara. Awalnya mereka makan dalam diam hanya Andi sesekali yang berbicara tentang pekerjaan bersama Haden dan Langit (pria keempat).
"Eh sabtu ini kalian pada sibuk gak?" Tanya Alexa.
"Ngantor." Jawab Langit pria berkacamata yang setengah china.
"Sabtu masih ngantor juga? Jahat banget bos lo."
Tawa Erwin pun terdengar dia lalu menyentuh pundak Haden dan berkata "dikatain jahat lo Den."
"Ih siapa yang ngatain Haden jahat gue kan ngatain bos kalian yang jahat."
"Iya sama aja. Haden ini bos kita." kata Erwin
Raut wajah bersalah pun diperlihatkan Alexa dan Riva hanya tersenyum saja.
"Ada acara apaan hari sabtu?" Tanya Andi.
"Ulang tahun."
"Siapa yang ulang tahun?" Tanyanya lagi.
"Gue." Jawab Alexa sambil memainkan ponselnya.
Ketiga pria itu langsung melihat kearah Haden. Seperti meminta kebijakan apakah mereka boleh mengikuti acara ulang tahun Alexa.
"Banyak kerjaan." Dua kata yang dikeluarkan Haden cukup jelas untuk tetap menyita hari sabtu karyawannya. Dunia teknik sipil memang kejam.
Mereka pun berpisah setelah benar-benar menyelesaikan makan dan obrolan mereka. Haden membayar semua makanan mereka. Entah karena memang ingin atau gengsi setelah teman-temannya membeberkan statusnya sebagai atasan mereka.
Alexa mengantar Riva kembali ke RB. Diperjalanan Alexa memberitahukan bayarannya atas info yang sudah dia beritahukan pada Riva sebelumnya.
"Lo pasti datangkan ke acara ulang tahun gue Riv?"
"Harus banget ditanyain Lex."
"Gue mau lo datang bareng Haden. Bisa kan?"
"Kenapa harus sama Haden?"
"Biar ultah gue tambah rame."
"Gak ah Lex bingung aku ngajaknya gimana."
"Usahain. itu bayaran informasi gue loh. Jadi mau gak mau suka gak suka harus lo usahakan."
Riva pun menghela napas berat, gimana caranya ngajak Haden?
KAMU SEDANG MEMBACA
PARADOX
RomanceJatuh cinta sepihak yang dirasakan Riva selama 8 tahun masih berlanjut sampai menginjak tahun ke 15, saat umurnya berada diangka 25 tahun dia memutuskan untuk berhenti mencintai sendirian seperti orang tidak waras dan mencoba membuka hati untuk pria...