b. caféteria diarrhea

27 3 0
                                    

"Malik, bel pulang sekolah sejam lagi. Mau lanjut latian?"

"Ga usah ya? Kita 90 persen siap. 10 persennya cuma gladi besok sama lusa."

"Asik. Oke kalo gitu."

Jaemudin langsung memanggul tas sekolahnya dan membuka aplikasi ojek online untuk pulang.

"Lah, lo mau kemana Jaem?" tanya Jonadi heran.

"Katanya boleh balik? Mau ke supermarket sama nyokap. Jadi tukang angkut beras."

"Gerbang belom dibuka lah. Sejam."

"Yaudah, ke kantin aja yuk." ajak Jaemudin yang disetujui Malik dan Jonadi namun ditolak Arya.

"Ogah. Bentar lagi olimpiade. Ga boleh diare."

"Lah kambuh?"

"Iya nih. Ga tau deh kenapa makanan kantin kita bikin aku sakit perut semua."

"Gampang. Ga usah makan. Lo minum kek apa kek. Ikut aja."

"Iya deh."

Malik keluar dari rehearsal room disusul Jonadi, Jaemudin, dan terakhir Arya. Lengkap membawa tas sekolah masing-masing.

Ruang musik tempat band Malik latihan terletak di lantai teratas sekolah, sama seperti ruang latihan ekstrakulikuler drama dengan indoor pool sekolah.

Pendiri sekolah udah kepikiran bikin kolam renang indoor dari dulu, jadi waktu ada arsitek yang dateng karena gedung lama butuh renovasi malah jadi dibayar buat bikin indoor pool.

Arsiteknya gila juga. Dia ngajuin ide biar kolam renangnya di lantai 4, dibangun diatas gedung baru tapi disambung sama gedung lama.

Di lantai ini hanya ada satu kelas yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
Selama bertahun-tahun kelas 12 IPS-3 menjadi sasaran orang-orang tata usaha yang  menjadwalkan guru-guru pengajar. Kelas ini selalu saja dapat pelajaran dari guru yang terlampau tegas, kaku, dan bermuka masam.

80 persen guru yang dijadwalkan mengajar memang terkenal killer, tapi mereka seneng-seneng aja.
Katanya biar lebih termotivasi dapet hasil ujian yang bisa ngalahin anak anak kelas 12 IPS-1. Terserah.

Pembagian kelas emang tiap tahun di tes, jadi anak kayak Jelly yang ga pernah ngerjain tugas tapi jago kalo ujian bisa masuk ke kelas unggulan tanpa mikirin rapot.

Baru turun dua lantai, Arya sadar kalo dia lupa ngunci pintu ruang musik.

"Guys, aku lupa ngunci pintu! Balik dulu ya nanti nyusul. Takutnya nanti ada yang sabotase instrumen kita kan ga lucu hehe."

"Ga lucu ya jangan hehe dong. Aneh."

"Udah ya nanti ketemu di kantin. Tolong bawain tas ya."

Setelah memberi Malik tasnya, Arya berlari ke atas lagi. Kurang dari 2 meter lagi harus berjalan, ia berhenti. Tertegun karena suara itu.

Tuts keyboard yang ditekan dengan rumus yang membangkitkan kenangannya terdengar dari dalam ruang latihan.

Arya berjalan sampai dia sampai di depan pintu kaca ruang latihan tertutup.

Dengan jantung yang berdetak tidak karuan, Arya menempelkan punggungnya dengan pintu dan mendengarkan.

"...Every time I see

You in my dreams

I see your face

You're haunting me

I guess I need you baby..."

Arya menghela nafasnya. 

It's similar with her voice. But it's not her.

audio, video, disco.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang