16

721 113 2
                                    

"Jadi sekarang, bagaimana hubungan kita?"

Hoseok menampakkan senyumnya, mendengar pertanyaan Rose tersebut. Pria itu mengeratkan pelukannya, berjalan sembari melirik ke langit di atas sana dengan Rose berada dalam gendongannya.

"Kau bilang, kau menyukaiku, bukan?"

Rose tak tahu mengapa ia harus malu karena ucapan itu. Dan akhirnya, ia hanya mengangguk menjawabnya.

"Kau juga sudah tahu jika aku menyukaimu. Lalu apa lagi? Kita sekarang adalah pasangan. Jadi, jangan mencoba untuk pergi jauh dariku."

Rose semakin berdebar di sana. Sementara Hoseok tahu jika ia baru saja membuat gadis itu terdiam karena ucapannya. Terbukti dimana Rose semakin mengeratkan pelukannya padanya.

"Aku juga sudah berjanji padamu untuk tak pergi." Gumam Rose. Namun gumaman itu tentu saja masih bisa di dengarkan oleh Hoseok.

"Hey.."

Hoseok sedikit mengalihkan pandangannya. Pada Rose yang kini tengah meraba sebuah kalung yang tersemat di lehernya.

"Kalung ini.."

"Ah, ini. Paman Kang memberikan kalung ini padaku saat aku berusia lima-belas tahun. Beliau bilang jika itu adalah pemberian ibuku, namun baru saat itu ia memberikannya."

Rose masih mengusap kalung itu. Tersenyum tipis setelahnya.

"Aku bertaruh, jika kalung ini adalah sebuah petunjuk dimana ibumu sekarang berada."

Hoseok mengangguk. "Hmm. Aku juga berpikir seperti itu. Karena hanya ini satu-satunya petunjuk yang ku punya. Maka dari itu, aku berani untuk datang kemari dan mencoba mencarinya sendiri. Walaupun aku tahu, butuh waktu lama untukku menemukan ibuku. Apalagi hanya dengan sebuah kalung ini dan diriku yang tak tahu apapun tentang ibuku."

Rose menghela napasnya. "Aku begitu iri padamu."

Hoseok mengernyit bingung. "Iri? Tidak ada satupun dariku yang harus dibanggakan, Rose."

"Maksudku, kau masih memiliki kesempatan untuk bertemu dengan ibumu. Lalu, kau juga putra salah satu pemilik perusahaan yang cukup besar. Sedangkan aku? Aku hanya seorang anak yang dibuang oleh orangtuanya. Tak tahu apakah mereka berdua masih berada di dunia ini apa tidak."

Hoseok sama sekali tak mengatakan apapun. Berusaha untuk mencari topik lain dari pembicaraan mereka yang sebenarnya cukup sensitif itu.

"Oh ya, bagaimana dengan perkembangan operasi untuk matamu?"

"Tenang saja. Semuanya berjalan lancar. Dokter hanya bilang jika aku terus menjaga kesehatanku sampai hari operasi."

"Kau dengar itu? Jadi, kau harus jaga kesehatanmu dan dengarkan perkataan dokter."

"Aku tahu."

Hoseok tersenyum, kembali menatap langit malam di atas sana.

"Hah, tak sabar untuk menunjukkan padamu bagaimana indahnya bintang di atas sana saat malam hari."

"Benarkah? Apa bintang di atas sana begitu indah?"

Hoseok menghentikan langkahnya, masih menampakkan senyumnya sembari menurunkan tubuh Rose. Dimana gadis itu tentu saja terlihat bingung. Apalagi ketika ia bisa merasakan tubuhnya dipeluk dari belakang tubuhnya.

Rose hanya diam. Sama sekali tak mengatakan apapun ketika satu tangannya diarahkan untuk ke atas.

"Sekarang, cobalah untuk mendongak."

Lagi, Rose sama sekali tak membantahnya. Hanya menuruti ucapan Hoseok dan mendongakkan kepalanya. Ia juga bisa merasakan Hoseok yang menekuk jemarinya, menyisakan jari telunjuknya seolah dirinya tengah menunjuk sesuatu.

rose ❌ hoperoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang