"Janina Matcha . . . .
Lo mau jadi pacar gue?"
**
When the cold heart's flutter
Janina langsung tersedak dan menatap Vabion yang masih memasang muka datarnya. Janina menatap Vabion kaget tak percaya.
"Gue nggak nembak lo btw, cuma nanya doang." Lanjut Vabion yang kini mengedarkan pandangan matanya tak melihat Janina lagi. Ia mengusap tengkuknya sedikit merutuki apa yang dikatakan setelah mendapat reaksi Janina yang menurutnya berlebihan.
"Kind of that, tapi... jangan klarifikasi kalau kita pacaran. Semakin misterius semakin banyak orang yang kepo." Jelas Janina yang mencoba untuk tenang. "Tunjukin aja kalau kita deket, just that."
"Hmm... deket?" Vabion masih memikir-mikir mencerna kalimat Janina. Janina berdecak tak sabar lalu menengadahkan tangannya. "Mana ponsel lo?" Vabion yang masih sibuk mikir dan bingung langsung menyerahkan saja ponselnya.
Janina mengotak-atik sebentar, lalu muncul seringai manis dari bibir Janina membuat Vabion curiga. Tak lama setelahnya, Janina mengangkat ponsel Vabion dan mulai berpose lucu. Vabion mulai was-was. Kali ini Janina tersenyum senang sambil mengembalikan ponselnya. Vabion mengecek ponselnya dan ini yang dia lihat.
Bion_Drwgs
Bion_Drwgs
Even my camera cant handle her cutenessVabion memandang kesal Janina yang sudah cengingisan. "Semena-mena lo! Oke, tapi ada syaratnya!" Vabion gantian mengambil ponsel Janina dan membuka aplikasi notes. Ia mengetikan sesuatu disana dan mengembalikan ke Janina.
1. No skinship!
2. Jaga jarak aman!
3. Nggak usah sok ngagetin bisa nggak?!
4. Beliin gue kopi tiap pagi!
Janina merasa terpentung karena semua nomor memakai tanda pentung. Janina langsung memutar matanya, "WAH! Gue baru tau anak pejabat se-miskin ini! Oke tapi gue juga punya syarat buat lo!" Ia menambahi point yang dibuat Vabion.
1. No skinship! TAPI WAJIB EYE CONTACT!!!
2. Jaga jarak aman! OKE, max lima jengkal!!!
3. Nggak usah sok ngagetin bisa nggak?! Lo aja yang kagetan!!!
4. Beliin gue kopi tiap pagi! Gantinya buatin gue memo cinta tiap pagi!!!
Vabion membelalakan matanya melihat point 4. "Apaan nih nomer 4? Memo cinta apaan ANJIR!! Buat surat cinta aja gua nggak pernah!" Janina malah terkekeh.
"Ck, nggak harus romantis! Nggak harus panjang-panjang! Kalo lo mager satu kalimat aja OKE! Gue masih baik hati ya, nggak suruh ganti uang, kopi sekarang mahal! Orang pelit kaya lo 'cant relate'!" Balas Janina. Vabion hanya berdecih.
"Lo ke sekolah naik apa?" Tanya Vabion yang membuat Janina sedikir kaget.
Lo, nggak nawarin gue berangkat bareng kan?-Janina, yang berharap-harap.
"Di anter abang gue, kenapa?" Janina menanti-nantikan jawaban Vabion, berharap sesuai ekspektasinya. Karena Janina sudah malas berangkat sekolah bersama Nino, yang selalu kebut-kebutan di jalan.
"Oh, gue nyampe sekolah jam 7 kurang 5 menit. So, lo harus nyiapin kopi 'yang masih anget' sebelum gue dateng. Oke?!" Jawab Vabion yang mampu melunturkan binar mata Janina.
Kampret emang! - Janina, korban php.
"Ga bisa jamin gua, yang ngatur jam keberangkatan kan abang gue!" Balas Janina agak kesal. Namun tersirat pancingan agar cowok di depannya ini mengerti kondisinya dan mau mengantarnya.
"Yaelah, ya lo paksa kek! Jam nya juga nggak pagi amat! Ojol juga udah standby, kaya orang susah lo." Sergah Vabion, yang membuat Janina memutar matanya. Satu fakta baru yang Janina ketahui tentang Vabion Darmawangsa, yaitu annoying boy!
DASAR NGGAK PEKA! -Janina yang ingin memutilasi Nino
"Ck, oke DEAL!" Janina menawarkan sebelah tangannya untuk berjabat tangan. Namun diabaikan oleh cowok di depannya.
"No skinship, little lady." Respon Vabion membuat Janina langsung menarik tangannya. "Sorry." Ucapan lirih Janina yang mampu menimbulkan senyum kecil Vabion, walaupun Janina tak melihat senyumannya namun ia bisa melihat bekas senyuman lewat lesung pipit di kedua pipi Vabion. Entah mengapa itu bisa membuat pipi Janina kepanasan dan bersemu merah.
Anjir, Janina! Lemah banget lo. Disenyumin doang udah lumer!" Janina yang mencoba tahan Baper.
Syarat wajib gue. Satu, nggak boleh baper! Dua, nggak boleh baper sendirian!-Janina dan otak gilanya.
"No skinship, but... dont forget to eye contact, Mr. Allergy!" Lanjut Janina yang membuat Vabion menghembuskan nafasnya jengah. "Harus banget gitu?" tanya Vabion malas. "Lo kalo ngomong sama orang di tatap mukanya. Bukannya malah liatin benda mati!" balas Janina. "Dan satu lagi, cewek itu juga manusia. Satu spesies sama lo, Cuma beda gender doang! FYI!!"
Baru saja Vabion ingin protes namun terinterupsi oleh kedatangan makhluk pendek bernama Bramajaya, ketua ekskul Jurnalistik.
Hello, I'am Jay. - Bramajaya, si cowok tidak tinggi namun tidak pendek
"Lah lo ternyata sama si marsupilami?" Jay datang-datang langsung mengajak ribut. Pertanyaan tertuju pada Janina namun pandangan mata dan senyum mengejek pada Vabion. Vabion hanya berdecih.
"Kayak ada yang ngomong?" Vabion pura-pura tak melihat Jay di sampingnya mencelingukan kepalanya. "Oh elo Jay! Kecil sih nggak keliatan, habis semedi di goa liliput ya lo?!" lanjut Vabion. Jay langsung memandang Vabion sinis. "Jen, kuy ke sekre jurnalis, udah pada nunggu. Tinggalin aja tuh si idung gurita!" Janina langsung mengemasi barangnya. Dan pergi bersama Jay.
"Heh GEL BOGEL, ntar sore latihan rockester jangan lupa-" Namun Jay mengabaikan omongan Vabion karena merasa dirinya tidak terpanggil dan terus berjalan keluar. "GEL! JANGAN LUPA DIMINUM OBAT PENINGGI BADANNYA!!" teriak Vabion yang membuat Jay menatapnya tajam. Janina langsung menutup mulutnya menahan tawa. "Dih, sepatunya aja masih pake sol 5 cm udah riya'!"
"GEL! SUSU BONITO LO KETINGGALAN DI TAS GUE!!!"
Bion semangat amat hujat gue, caper? - Jay, yang waktu kecil gumoh susu bonito.
KAMU SEDANG MEMBACA
B I O N
Teen FictionJanina Matcha, cewek INTROVERT garis keras yang ingin mendobrak zona nyamannya demi sebuah SKANDAL. Dulu dikamusnya kata 'popular' adalah kata yang ingin ia usir jauh-jauh dari hidupnya, tapi sekarang She want it! She want get that spotlight, dengan...