"BAANG NINOOOO BURUAAN!!! Aelah pake mandi segala Bang Nino, BANG MANDI BEBEK AJA JANGAN LAMA-LAMA!!" teriak Janina kepada Nino yang masih di kamar mandi. Tak hanya Nino, tapi satu rumah hari ini kesiangan semua. Ella yang masih SD juga kelabakan sendiri teriak-teriak mencari kaus kakinya. Daddy nya juga masih memasang dasi sambil memanaskan makanan. Wajar bila satu rumah kelabakan, karena tidak ada sosok Ibunda di rumah Janina.
Salah satu hal yang berubah semenjak Janina melepas tudung merahnya adalah ia menjadi memperhatikan penampilan. Kini di depannya berjejeran produk skincare dari lokal sampai korea. Padahal dulu Janina suka julid-in Jeje karena suka belanja bahan kimia yang menurutnya bisa membunuh kulit, namun sekarang Janina menampol cara berpikirnya dulu.
"BANG NINO UDAH BELOOM SIH??!! LAMAAK!!" disaat Janina memoleskan sedikit lipbalm, tiba-tiba pintu kamar Janina di dobrak dan memunculkan Nino yang sudah kinclong. Sementara Janina yang dari tadi protes masih ribet dengan make up nya. Emang ya, kadang cewek itu suka tidak tahu diri.
Alhasil, pukul 7 kurang 5 menit Janina baru sampai di sekolah. Nino masih harus melaju karena sekolahnya memang berbeda. Nino di sekolah SMA N 21, salah satu sekolah negeri. Janina buru-buru berlari ke kafetaria.
Mampus ini mah! gue bakal di amukin Bion - Janina
Dan benar saja, di bagian kafe coffe, Bion sudah di meja depan dengan tangan bertopang menangkap sebelah pipinya. Mukanya sudah menatap Janina bete. Janina langsung memesan kopi dan duduk di depan Bion.
"Gue kan dah bilang! Jam berangkat gue tuh tergantung jam berangkatnya abang gua! Tadi dia kesiangan!"
Padahal gue juga - Janina
Vabion tampak bodo amat dan langsung meminum kopinya. Tak diragukan bila Vabion mendapat gelar coffee prince, karena dia secinta itu dengan kopi. Bahkan kini muka bete nya sekarang sudah kembali datar lagi. Sampai-sampai tak memperdulikan Janina yang masih ngos-ngosan. Tanpa aba-aba, Vabion mengeluarkan secarik kertas dari sakunya yang langsung di ambil oleh Janina. Memo cinta yang membuat Janina mati penasaran untuk segera membukanya dan membuat mood Janina bagus tiap pagi.
'Jangan lihat ke atas karna matahari bisa bakar lo, jangan lihat ke bawah karna gue takut air mata lo jatuh, apalagi lihat Rajuna shirtless, mata lo bisa infeksi, lihat gue aja yang selalu enak buat dipandang'
Janina terkekeh geli membaca memo dari Vabion. "Dasar norak! Dork af" ledek Janina sambil terkikik geli.
Janina menjadi teringat pagi pertama ,Vabion memberinya memo yang hanya tertulis 'Selamat pagi' lalu di pagi ke-2 bertuliskan 'Good morning, Matcha'. Dan semakin hari huruf yang terselip semakin panjang.
Semenjak pagi ke-2 juga Vabion memanggil Janina dengan sebutan 'Matcha'. Karena itu kertas memonya selalu berwarna hijau. Hal simpel tersebut mampu membuat Janina yang jomblo dari lahir ini gemas sendiri.
Berkat pertemuannya di pagi hari, hampir seluruh anak YG High percaya bahwa mereka dekat. Padahal Janina dan Vabion tak pernah berkomunikasi dan 'chatting' selain interaksi mereka di pagi hari. Awalnya Janina menjadikan memo cinta sebagai persyaratan untuk mengerjai Bion saja tanpa menyangka bahwa cowok yang punya alergi cewek di depannya ini bisa manis juga.
"Cha, lo ditawarin anak Rockester buat jadi manager." Ucap Vabion di sela acara minum kopinya. Janina mengangkat kedua alisnya. "Gue?" tanya Janina memastikan. "Bukan, si Babeh Ujang! Ya lo lah!" gas Vabion.
"Manager lo yang dulu kemana?"
"Dio pensiun, katanya mau fokus OSIS. Padahal kepusingan dia ngurus anak Rockester."
Gue, mau dijadiin manager band hits kaya mereka? Nggak salah?-Janina yang lagi dilema
"Ck, malah ngelamun. Jadi gimana, hm?"
Belum sempat menjawab bel masuk sudah berdering. Siswa yang ada di kafetaria berbondong-bondong masuk ke kelasnya.
"Ntar lo LINE gue aja deh." Vabion langsung mengangkat kaki menuju kelasnya. Sementara Janina masih dilema tentang tawaran tersebut.
Dear my dearest teddy bear, Jenny harus ottoke?!--Jejen
***
KAMU SEDANG MEMBACA
B I O N
Teen FictionJanina Matcha, cewek INTROVERT garis keras yang ingin mendobrak zona nyamannya demi sebuah SKANDAL. Dulu dikamusnya kata 'popular' adalah kata yang ingin ia usir jauh-jauh dari hidupnya, tapi sekarang She want it! She want get that spotlight, dengan...