Part 2

4K 661 93
                                    

Happy Reading!

.
.
.
.
.

"Wen, kamu sudah input data penjualan bulan kemarin? Aku mau print. Pak Choi perlu datanya untuk rapat nanti."

Wendy yang baru saja tiba di kantor hanya menghela napas ketika Seulgi langsung menyerbunya dengan pertanyaan. Gadis bermarga Son itu menaruh tas di atas meja lalu menoleh pada Seulgi yang kini berdiri di dekatnya.

"Baru sedikit. Kemarin aku tidak sempat karena harus menginput data yang lain." jawab Wendy.

Seulgi menepuk dahi. Gadis bermata sipit itu menghela napas beberapa kali sembari menatap Wendy dengan frustasi. "Lalu bagaimana ini? Pak Choi akan membunuhku jika datanya tidak ada."

Wendy berdecak. Dia jadi kesal. Masalahnya data penjualan seharusnya diinput oleh Sulli. Tapi gadis itu malah membolos. Alhasil Wendy lah yang ditugaskan untuk menggantikan Sulli, padahal itu bukan job desknya.

"Memangnya rapat dimulai jam berapa?" tanya Wendy.

"Setelah makan siang sih katanya. Mungkin jam 2 siang."

"Ya sudah, aku input sekarang." Wendy berbalik membelakangi Seulgi kemudian membungkukkan sedikit tubuhnya. Gadis bermata hazel itu diam-diam berdecak sembari menyalakan komputer. Moodnya pagi ini benar-benar buruk.

"Terima kasih ya, Wen."

"Hm." Karena Wendy sedang dalam mood yang tidak baik, dia hanya bergumam.

"Oh bagus. Sekarang apa lagi?" Wendy memutar bola matanya kemudian berkacak pinggang. Kedua matanya memandangi komputer dengan kesal. Kenapa di saat genting seperti ini komputernya harus nge-hang?

"Kenapa, Wen?" tanya Seulgi. Gadis bermarga Kang itu masih berdiri di belakang Wendy sehingga dia juga menyaksikan komputer Wendy yang mendadak hang.

"Tidak tahu." di akhir kalimat Wendy mendengus. "Aku harus ke ruang IT."

Wendy beranjak dari tempatnya lalu pergi ke ruang IT. Letak ruang IT berada di ujung sehingga mau tidak mau Wendy harus melewati lorong yang sepi.

"Huft. Aku paling benci kalau harus datang ke ruang IT." gumam Wendy sembari memandangi sisi lorong yang cukup gelap. Gadis cantik itu merutuki atasannya yang terlalu pelit walau sekedar untuk mengganti lampu.

Tanpa terasa dia sudah sampai di depan ruang IT. Wendy mengintip dari jendela kecil yang berada di pintu. Ruang IT nampak sepi, hanya ada seorang pria yang sedang duduk membelakanginya. Pria itu nampak sedang mengutak-atik komputer. Hal ini dapat dilihat jelas dari jari-jarinya yang bergerak dengan sangat lihai di atas keyboard.

Wendy menghela napas lega. Setidaknya ada orang yang masih bisa dimintai tolong.

Wendy mengetuk pintu dengan pelan. Aksinya ini membuat pria itu berbalik. Kedua mata Wendy sedikit membulat. Oh, ternyata pria nerd bernama Chanyeol itu.

Wendy melangkah masuk setelah Chanyeol membukakan pintu. Pintu ruang IT dan beberapa ruangan lainnya ㅡtermasuk ruang accountingㅡ memang tidak bisa dibuka oleh sembarang orang. Harus ada akses ㅡseperti sidik jari atau kartuㅡ untuk masuk ke dalam sana. Hal ini dilakukan agar ruangan tetap steril dari orang yang bukan merupakan bagian tersebut.

"Hei, aku boleh minta tolong?"

"Boleh. Mau minta tolong apa?" tanya Chanyeol.

"Komputer di bagian accounting tiba-tiba nge-hang. Boleh tolong diperbaiki?"

Chanyeol mengangguk singkat. Pria itu keluar dari ruangan. Wendy menyusul. Sebelumnya, gadis itu sempat melihat isi meja Chanyeol. Hanya ada komputer, earphone, beberapa buku tentang program, dan segelas kopi yang isinya sudah tinggal setengah. Pria bernama Chanyeol itu hidupnya lurus sekali, berbeda sekali dengan Kim Jongin ㅡkaryawan bagian IT lainㅡ yang mejanya dipenuhi dengan majalah dewasa.

"Komputermu sudah bisa digunakan." ujar Chanyeol setelah berhasil memperbaiki komputer Wendy.

Wendy tersenyum tipis. "Terima kasih ya."

Chanyeol mengangguk sembari membenarkan letak kacamatanya. Pria itu beranjak dari sana dan kembali ke ruangannya.

Seulgi yang sedari tadi mengamati langsung berujar heboh setelah Chanyeol pergi.

"Dia keren sekali ya, Wen! Padahal karyawan baru, tapi sudah bisa memperbaiki komputer yang sudah tua itu."

Wendy menyahut cuek, "biasa saja sih. Dia kan IT, jadi wajar kalau bisa."

Seulgi mengerucutkan bibir. "Kamu terlalu serius, Wen."

Wendy melirik Seulgi sekilas kemudian atensinya kembali tertuju pada deretan data di layar komputer. "Kalau aku tidak serius, data yang dibutuhkan Pak Choi tidak akan selesai. Nanti kamu malah dimarahi dan ujung-ujungnya aku yang disalahkan."

Mendengar sindiran halus Wendy, Seulgi langsung diam dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

.
.
.
.
.

Tepat jam 12 siang, perut Wendy berbunyi meminta diisi dengan makanan. Wendy melirik jam dinding dan menghela napas. Waktu begitu cepat berlalu hari ini atau mungkin karena dia terlalu fokus menginput data, jadi tidak sadar waktu? Entahlah, Wendy tidak mau tahu.

Wendy beranjak dari tempatnya setelah menyimpan data. Gadis bermarga Son itu menghampiri tempat Seulgi untuk mengajaknya makan siang bersama.

"Maaf, Wen. Aku tidak bisa makan bareng karena masih harus mengurus ini dulu." ujar Seulgi. Kedua matanya yang sipit tetap mengarah ke layar komputer yang menampilkan deretan-deretan angka.

"Oke deh." Wendy segera keluar dari ruangan dan menuju pantry. Ternyata pantry sepi, hanya ada satu orang pria yang sedang makan di pojokan sembari membaca sebuah buku tebal. Wendy menyipitkan mata. Oh, Chanyeol si pria nerd rupanya.

Wendy menenteng makanannya dan duduk di samping Chanyeol. Dia sengaja memberikan jarak supaya pria itu tidak kegeeran. Eum, oke untuk yang ini, Wendy memang sedikit kepedean.

Kehadiran Wendy rupanya berhasil membuat atensi pria itu teralih padanya. Mungkin dia kaget ada yang duduk di sampingnya secara tiba-tiba. Tak berapa lama setelahnya, Chanyeol kembali menatap buku tebalnya yang isinya terlihat sangat membosankan.

Suasana di pantry sangat canggung. Wendy sedang asik dengan makan siangnya, sementara Chanyeol sibuk dengan bacaannya. Setelah makan siangnya habis, Wendy segera pergi dari pantry.

"Eum, balik dulu ya." pamit Wendy, sekedar basa-basi agar tidak kelihatan sombong.

Chanyeol menoleh dan mengangguk singkat. Setelahnya, pria bermarga Park itu kembali asik dengan kegiatannya. Sesekali dia membenarkan letak kacamatanya.

Wendy yang melihat itu hanya mendengus. Huh, membosankan sekali pria itu. Gadis bermarga Son itu segera melangkah keluar dari pantry, tanpa menyadari jika Chanyeol tersenyum penuh makna sembari menatap kepergiannya.

.
.
.
.
.

TBC

Eve's Notes:

Gimana part 2 nya? Wkwkwk maaf ya kalau aneh. Jangan lupa vomentnya. Hehe. Makasih banyak.

With love

Eve ●▽●

▶Nerd Man ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang