Locked

9.1K 931 64
                                    

Kinal's POV

"Ini laporan bulan lalu Pak." Aku menyerahkan berkas laporan pada Pak Aqsa. Memeriksa sebentar, ia kemudian menutup map berwarna merah itu.

"Oh iya, terimakasih Nal. Saya butuh ini buat nyocokin sama data dari finance department. Nanti saya minta Lita buat balikin ke kamu ya filenya, sekalian ada yang harus kamu tanda tangani. Atau mungkin nanti saya sendiri yang langsung yang nyerahin ke kamu."

"Baik Pak, ada lagi yang bisa saya bantu Pak?"

"Nah untung kamu ngingetin. Saya hampir aja lupa. dua bulan lagi kan ada event di sini, rencananya di event itu sekalian dibikin creative campaign. Biasanya kamu kan punya ide-ide cemerlang untuk masalah seperti ini. Kamu coba bikin plan ya. Minggu depan presentasikan ke saya."

"Oke Pak."

***

Aku merenggangkan otot, menyandarkan tubuh lelahku pada sandaran kursi. Pekerjaan hari ini benar-benar menumpuk. Kulihat jam di pergelangan tangan, sudah pukul empat sore, satu jam lagi waktunya pulang.

Merasa bosan, aku memutuskan untuk keluar dari ruangan. Sekadar mencari udara segar di rooftop. Sebelum naik, aku turun ke lantai satu untuk membeli es krim. Sepertinya asyik nongkrong di rooftop sambil menikmati es krim.

"Nal, tumben beli es krim." Entah dari mana datangnya, Risty menghampiriku dengan tumpukan kertas dan ipad di tangannya. Sepertinya baru selesai rapat.

"Lagi pengen aja. Lo abis rapat apa?" Tanyaku

"Cuma brain storming buat acara dua bulan lagi. Tapi ntar mau lanjut lagi sih."

"Oh, event yang di sini ya? Tadi Pak Aqsa udah jelasin sama gue."

"Nah itu, satu atau dua hari lagi paling juga kita rapat bareng," jelasnya, aku mengangguk.

"Yaudah kalo gitu, gue ke atas dulu ya," pamitku.

Sampai di lantai paling atas, aku langsung berjalan menuju rooftop. Kubuka perlahan pintu berwarna coklat ini agar tak semakin parah. Sudah seminggu terakhir gagang pintu ini bermasalah, jadi harus hati-hati saat membuka atau menutupnya.

Angin sore langsung menerpa wajah. Tersenyum aku melihat beberapa tanaman yang tumbuh terawat. Rooftop ini memang sengaja dibuat menjadi taman serbaguna, bisa untuk bekerja, atau sekadar santai menikmati pemandangan. Seperti yang kulakukan sekarang.

***

Carissa's POV

Baru saja aku kembali dari toilet, Kenny menghampiriku dengan terburu.

"Ca, urgent banget nih," ucapnya panik.

"Kenapa?" Tanyaku.

"Gue kan tadi disuruh Pak Aqsa nyerahin file ini ke Mbak Kinal. Tapi Mbak Kinal nggak ada di ruangan."

"Trus masalahnya apa? Tinggal lo hubungin aja, tanyain dia dimana trus samperin."

"Nah itu dia Ca. Gue telponin ternyata hp-nya ada di meja. Gue minta tolong kasihin ini ke Mbak Kinal ya Ca, gojek yang tadi gue order udah di bawah nih, abangnya udah nelpon."

"Nggak nggak, lagian gue mau cari dimana coba. Masak gue harus keliling kantor buat nyariin dia," tolakku. Enak saja, lagipula aku sangat malas jika harus bertemu dengan Kinal.

"Plisss Ca, sekaliii aja. Abangnya nelponin mulu nih. Yayayaya?" Kenny menyodorkan file itu padaku, lalu dengan cepat ia berlari menjauhiku.

"Makasih Ca!" Teriaknya, lalu masuk ke dalam lift.

SOBER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang