"Memori dulu akan kembali diputar oleh waktu"
Raina masih berada di ruang rawat inap. Ia sudah 2 hari dirawat namun rasanya seperti 2 tahun.Membosankan..
Bunyi pintu rumah sakit menyadari lamunan Raina. Disana muncul seseorang yang sangat ia kenal, siapa lagi kalau bukan Eza. Raina ikut tersenyum ketika melihat Eza memamerkan cengiran khasnya. Eza nampak bahagia hari ini.
"Hai.. Lama gak ketemu hehe," sapa Eza sambil becanda.
Raina mengulas senyum melihat Eza berjalan ke arahnya.
"Pintu nya gue buka ya, sengaja takut pada ngiri." Sebelum Raina bertanya Eza sudah menjelaskan dulu.
"Nanti AC nya.."
"Rumah sakit bapa gue, tenang aja hehe," Kemudian Eza duduk sambil menatap Raina. Tatapannya dalam seakan menelusuri mata cantik Raina
Teduh...
1 detik
2 detik
3 detik
4 detik
Astagfirullah, Ya Rabb abang zina mata.
Eza sadar akan tindakan nya itu. Ia mengusap wajahnya dengan satu tangan. Sementara Raina nampak gelagapan membenarkan posisi duduknya. Mungkin ia gugup.
"Sorry ya.. gue kesini ga bawa apa-apa, buru-buru sumpah." alibi eza guna mencairkan suasana.
Raina hanya mengangguk. Toh ia tidak butuh apa-apa. Raina sudah bersyukur sudah ada yang menjenguk nya bahkan membantunya.
"Za, gue mau pulang." pinta Raina dengan suara lirih.
"Emang Lo udah sembuh? Kata dokter sehari lagi Na.. tanggung," jawab Eza tidak setuju. Bukannya rugi karena biaya administrasi, tetapi ia masih sedikit khawatir dengan kesembuhan Raina.
"Jangan lama-lama za, rawat inap kan biayanya mahal." kata Raina sedikit menunduk.
"Tenang aja Na, gue udah booking seluruh fasilitas di rumah sakit ini." ucapnya bangga.
"Serius za," kali ini Eza tidak menjawab, ia tahu bahwa gadis itu sedang serius.
"Gue panggilin dokter, bentar." ia melangkahkan kakinya keluar meninggalkan raina yang sibuk dengan pikirannya.
***
Raina sedang membereskan rambutnya yang sedikit berantakan karena ada perban yang menempel manis di samping kepalanya. Siang ini ia diijinkan pulang oleh dokter. Dan sudah dapat ijin dari laki-laki disampingnya ini.
"Ngapain lirik-lirik?" Kata Eza tanpa melihat kearah Raina. Pandangan nya lurus kedepan.
Raina merasakan pipinya memanas menahan malu karena kepergok curi-curi pandang.
"Ngg.. ngga," Raina kembali menunduk melihat sepasang sepatunya bersebelahan dengan sepatu laki-laki itu. Ia baru sadar bahwa posisinya sangat dekat dengan eza. Pipinya kembali memanas.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNFAIR
Teen Fiction(On Going) Karena disini, keadilan dipermainkan. Raina Adhyaksa adalah siswa SMA kelas 12. Ia hidup seorang diri. Ibunya meninggal saat ia dilahirkan. Jangan tanyakan ayahnya kemana? Ayahnya meninggal karena dituduh sebagai pembunuh pada tahun 201...