Dan Kemudian Semesta Berkehendak

27 0 0
                                    

Akhirnya jam besar itu menunjuk waktu pukul 15.00 dan disusul dengan bel bersuara nyaring yang khas itu menggema di seantero pabrik, tandanya waktu istirahat dan pergantian shift.

"Woaaa istirahat istirahat" dengan muka kusut penuh sambat, Rama duduk di selasar yang biasa digunakan para pekerja Pabrik untuk istirahat.

Sambil minum dari botol sprite ukuran 1,5L yang ternyata dalamnya hanya air putih, dia mengecek telfon pintarnya, mengecek satu persatu notifikasi yang muncul dari layar mungil itu, hingga sampai di satu notif Whatsapp.

Karena kaget, Rama hampir saja memuncratkan minumannya yang disusul dengan gumaman dari Riko teman kerjanya. 

"yaa yaa jangan di buang dong kalo ga enak sini buat aku" sambil merampas botol itu dari tangan Rama.

Masih tak menghiraukan teman kerjanya itu, ia membaca pelan pelan pesan itu.

"Yaudah, besok jam 4 ya ?" Chat singkat dari Vira itu membuatnya bingung, apakah ia berkhayal atau ini kenyataan.

Awalnya ia hanya iseng karena melihat whatsapp status Vira yang berbunyi "Pria sejati itu ngajak makan, bukan tanya udah makan blom".

Hanya dengan kalimat "Hayuu" yang Rama kirim, Vira mengiyakan ajakan Rama.

Sambil Duduk di selasar dan bersandar pada baja tiang pancang raksasa, Rama membalas chat dari Vira.

"Eh, ini serius btw?"

"Kan kamu yang ngajak -_-" balas Vira dalam hitungan detik setelah centang biru itu menyala,

"Oke, kapan nih?"

"Besok aja jam 4 gimana?"

"Siap deh, jam 4 ya? hehe"

"Trus mau kemana kita?"

"Udah, gampang itu mah"

Disitulah, rama mulai merasakan getaran getaran indah dalam dadanya.

Keesokan harinya usai pulang kerja Rama langsung tancap gas motor bututnya kerumah tanpa memperdulikan ajakan ngopi kawan kawan lainnya.

Sampai dirumah, Rama melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 15.10 "Ah, masih lama ini" batin nya.

Akhirnya dia menunggu.

Duduk di depan tv.

Lalu Selonjoran.

Dan.

Dia terlelap.

Begitu nyenyaknya. Ah mungkin karena  selesai kerja tadi dia jadi kelelahan.

.

.

19.00

Yap, waktu menunjukan pukul 19.00 tapi Rama belum juga bangun.

Smartphone Rama bergetar, masih bergetar, dan bergetar lagi hingga Rama terbangun, dengan mata lelah ia kaget dan mengecek jam, ia lebih kaget. Mengecek handphone dan terdapat 7 missed call, ia lebih kaget lagi. 

Dalam komplikasi kaget yang tak kunjung reda ia mengutuk dirinya sendiri yang ketiduran.

Sejurus kemudian ia membasuh mukanya, menyemprot parfum dan bersiap siap dengan segala tetek bengeknya.

"Rama, dimana sih? jadi nggak?" Notifikasi whatsapp muncul di handphone nya, ia semakin kaget!

"Tunggu virrr tunggu yaa, aku ketiduran ini, hehe sorry yaa" balas rama yang langsung mendapat centang biru dari Vira.

Sambil memakai baju ia membalas pesan singkat dari Vira,

"Kamu dimana vir?" tanya Rama.

"Astaghfirullah, kamu itu ram bisa bisanya ya" balas Vira tanpa memperdulikan pertanyaan Rama.

Dengan t-shirt oblong yang ditutup jaket jeans dan topi dreambirds serta jeans calvinklein yang robek sedikit di bagian dengkul kiri ia siap untuk pergi.

"Ah, maaf maaf, kamu sekarang dimana vir?" Rama terus mengejar.

"Aku dirumah temenku ini, pake motor sendiri, lagian kamu lama banget, pake acara ketiduran lagi" 

Lalu Rama mengeluarkan motor dari kandangnya.

Saat ingin mentarter motornya ia hampir jatuh karena melihat notif dari HP nya.

"Kita cancel aja ya?"

DEG!

Otaknya mati.

Lidahnya kelu.

Tapi jemarinya seakan bergerak sendiri membalas chat dari Vira.

"OTW!!!!!"

Ah motor sialan. Dalam perjalanan motor itu tetiba mati, mogok, sakit. Akhirnya, karena lokasi mogok dekat dengan SMK tempat ia sekolah dulu, ia memarkirkan motornya itu disana. 

Seakan semesta bersinergi untuk tidak mengijinkan mereka bertemu.

"Motorku mogok vir, di SMK"

Vira awalnya teman sekelas Rama, jadi dia tau SMK yang dimaksud.

"Oke, aku kesana ya" balas Vira.

Rama dengan takut takut menunggu Vira, ia merasa gagal sebagai seorang lelaki.

Ia menunggu dibawah tiang lampu karena suasana kiri kanan gelap tanpa pencahayaan.

5 Menit kemudian saat Rama bermain Hago di handphone nya, ia melihat seorang wanita di seberang jalan, dengan gamis warna ungu pink mendekatinya dengan motor vario 125cc nya itu.

Rama terpaku.

Tidak, bukan karena kecantikan sosok Vira.

Justru kecantikan itu tidak tampak.

Kecantikan itu disembunyikan olehnya.

Rama yang mengenakan jaket jeans dan celana robek sedikit tampak kontras dengan gamis besar ungu pink yang sekarang berada tepat didepannya.

Lebih kintras lagi, karena Vira adalah sosok wanita bercadar.

Rama masih tak percaya dengan apa yang ia lihat.

Seakan ia tahu bahwa memang sedari awal semesta tidak menghendaki mereka untuk bertemu. 

Seorang berandal yang mendamba bidadari surga.

Dia tidak pernah membayangkan akan seperti ini awal ceritanya.





You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 28, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kenang, Bimbang, dan DosaWhere stories live. Discover now