Cake yang dipesan Rani untuk merayakan anniversary pernikahan yang pertama Iis dan Kaffi pada akhirnya dinikmati mereka berenam di kamar Gita.
Minuman ringan serta candaan teman-temannya jadi pelengkap yang membuat Iis sadar, saat single ia begitu bahagia, lingkungannya begitu ceria, saat sudah menikah malah sebaliknya, ia kesepian.
Untunglah sahabat-sahabatnya tidak melupakannya.
"Harusnya whiskey yakan Fik?" Jose meminta pembelaan, padahal tadi sudah ditawarkan whiskey oleh petugas hotel namun semuanya malah sepakat memilih cola kecuali Jose dan Taufik yang ikut-ikutan.
"Iya, cocok sama cake."
"Tuhkan! Kita tuh udah gede. Udah tua malah, alkohol tuh gak seburuk itu sebenarnya." Omel Jose.
Gita, Iis dan Rani menyipitkan mata meragukan apa yang dikatakan Jose, masih lekat diingatan ketiganya saat ulang tahun ke 22 Jose mereka mencoba alkohol dan berakhir mengerikan.
Iis kena asam lambung parah, sedangkan Gita dan Rani menderita pengar hingga sehari penuh.
Jangan kira Jose kuat terhadap alcohol, kebiasaan mabuk gadis itu membuat siapun bergeleng karena kala mabuk Jose akan menangis dan bernanyi lagu aneh.
Mari menyusun, seroja, bunga seroja aaaaa~
"Enggak! Iis udah hijrah dan kita semua harus menghargai." Gita mulai mengeluarkan nasehat-nasehatnya hingga Jose tak berkutik.
Januar menatap kagum pemilik WO itu, dia sangat kharismatik saat sedang memarahi Jose. Seperti ibu wanita karir yang memarahi anaknya yang nakal. Keren.
"Eh mumpung ngumpul, kita main yuk?" Saran Rani. Rasanya berkumpul dengan teman-teman sangat hambar tanpa sebuah game.
"Truth or dare? No thanks." Tolak Jose yang merasa game itu sudah sangat kuno dimainkan.
Rani memanyunkan bibir karena benar saja ia baru akan menyarakan game itu, namun batal gara-gara Jose.
"Udah gede kita, mau jujur-jujuran yah tinggal nanya terus dijawab gak perlu pakai game segala. Iyakan?" Januar tersenyum dan memeluk kaki panjangnya yang dilapisi training olahraga hitam.
"Bagus kalau mau dijawab," Iis tidak yakin.
"Gue mau kok, biar kita makin saling terbuka," Gita setuju, ini kesempatan bagus mengorek isi hati Januar.
"Gue yang nanya dulu apa gimana?"
"Hompimpa." Taufik ikut tertarik.
"Oke, hompimpa alaihum gambreng! Gambreng!"
"GUE!!!!" Jose berteriak bahagia kala ia yang satu-satunya mengeluarkan punggung tangan.
"Oke, oke jadi pertanyaan gue," Jose mengedarkan pandanganya lalu kebingungan.
Mau tanya apa ya?
"Ah, kalian ga tertarik nonton anime?"
Krik..krik..krik...!
"ENGGAK!" Jawab mereka serempak.
Jose berjalan lemah ke sudut ruangan dan berjongkok menyesali pertanyaan bodohnya. Harusnya ia sudah tahu jawaban mereka tanpa bertanya.
"Hompimpa alaihum gambreng!" Januar memulai kembali permainan tanpa Jose yang masih merenungi kebodohannya di sudut kamar.
"Taufik,"
Taufik menatap telapak tangannya.
"Nanya Fik, elo nanyain soal game jawabannya bakal sama kayak Jose. Jangan sampe nyesel," Januar memperingatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I DON'T WANNA GET MARRIED!
General FictionMarriage just like walk in the park. Yes, jurassic park! Gue gak mau nikah!!!!