Siluet senja tak mengalahkan perhatian Isabella Ramirez . Bola matanya yang kehijauan terus bergerak ke kiri dan ke kanan menatap kupu-kupu indah tengah menari indah di atas kembang flamboyan, meliuk-liuk bergoyang mesra dengan angin sore. Kupu-kupu yang berhasil mengunci tatapan kagum seorang Isabella, serangga bermetamorfosis sempurna dengan corak berbeda dari kawan lainnya yang saling berebut putik untuk menyebar benang sari sebagai proses penting dalam reproduksi spermatophyta. Isabella menarik sediki kedua sudut bibirnya menandakan dia sangat menikmati aroma senja. Tiba-tiba, terdengar bunyi ketukan dari arah pintunya yang berlapis emas.
“Putri Isabel, Yang Mulia memperingatkan saya untuk memerintahkan putri segera membersihkan diri,”
Agaknya Isabella sedikit terganggu dengan kedatangan pelayannya itu.
“Baik, katakan saja pada Ayah aku segera mandi,”
Di luar pintu, terlihat pelayan pribadi Isabella mengucap syukur sambil mengelus dada. Karena, sebelum-sebelumnya, Isabella sedikit sulit untuk disuruh mandi. Entah karena kebiasaan kucing kesayangan Isabella yang sudah menjangkit di jiwa gadis itu.
“Mengapa harus membasahkan tubuh dengan air setiap hari? Padahal cukup dengan parfum saja, aku sudah terlihat cantik dan mempesona, huh.” Isabella meraih handuknya dengan malas.
***
Wewangian Pink Sugar sedikit memenuhi ruang makan Kerajaan Ramirez. Indra pembau milik Raja Amadeo Ramirez II terlihat bergerak-gerak. Dia sudah tau, milik siapa bau itu. Siapa lagi jika bukan….
“Maaf, membuat kalian terlambat menikmati makan malam.” Dengan tergesa Isabella menduduki kursi makannya yang cukup besar. Dia segera meraih sendok dan garpu peraknya yang berkilat indah. Raja dan Ratu hanya bisa menggelengkan kepala mereka sambil memulai makan makanan pembuka. Isabella hanya lesu dan mengunyah vegetable lasagne nya dalam diam. Dalam beberapa menit, tak ada sepatah katapun yang keluar. Hingga makan malam selesai hingga ke dessert nya.
“Ayah, aku ingin bertanya sesuatu. Ini menyangkut tentang Isabel sendiri,”
Beberapa detik tak ada jawaban dari Raja Ramirez II, hingga ia mengangkat tangan kanannya mempersilahkan Isabella berbicara.
“Aku… Sudah berusia 16 tahun. Aku sudah cukup bosan dengan pelajaran tentang kerajaan. Bisakah aku belajar normal seperti anak-anak di luar sana?”
Mungkin sudah tak bisa dihitung dengan jari sudah berapa kali Isabella membicarakan hal ini pada Raja Ramirez II. Ya, kurang lebih setahun lamanya dia terus memasang wajah memelas pada Ayahanda dan selalu merong-rong kepada Ibunya. Isabella merasa tak adil selalu dikekang dengan hanya diperbolehkan bermain di dalam istana. Kalaupun boleh di luar, hanya sebatas di perkebunan yang jauh dari gerbang berlapis tiga dengan penjagaan yang ketat.
Isabella tak berhenti menatap Ayahnya. Bola matanya hampir keluar seakan ingin menusuk jakun Ayahnya agar mengeluarkan suara.
“Isabel, sudah berapa kali Ayah katakan, kamu harus mentaati semua keputusan Ayah dan Ibu.”
Isabella masih berharap bahwa Ayahnya akan meneruskan perkataanya,
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Must Be Fought
FanfictionIsabella Ramirez adalah seorang putri Kerajaan Gwyynid yang keras kepala. Dengan keberaniannya, dia membawa diri ke sebuah desayang jauh dari keramaian. Di sana, Isabella bertemu dengan pria yang memberinya arti sebuah kehidupan. Lalu, apa yang terj...