Chapter 4 : Masalah

12.6K 460 4
                                    

Melihat wanita itu pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Angga tidak bisa menahan diri dan bertanya "Apakah kamu tahu jalan pulang? Apakah mau ku antar?"

Namun wanita itu tidak berhenti atau menanggapi pertanyaan Angga, dia berjalan keluar dan menutup pintu.

Melihat pintu yang tertutup, Angga dengan heran memikirkan wanita itu. Apakah ada wanita yang bangun dengan tenang, mengenakan pakaian dan meninggalkan rumahnya tanpa mengucapkan sepatah katapun jika mereka berada di posisinya?

Tapi ketika Angga hendak meninggalkan tempat tidur, Angga mendengar isakan tangis dari wanita itu. Mungkin dia berpikir bahwa tidak ada yang akan mendengar isak tangisannya, tapi sangat di sayangkan bahwa pendengaran Angga berbeda dari manusia normal sehingga Angga masih bisa mendengarnya isak tangis wanita itu.

Memikirkan wanita yang menangis karena dirinya, Angga merasa lebih bersalah.
Tapi apa lagi yang bisa dia lakukan? nasi sudah menjadi bubur, tidak mungkin dia bisa mengembalikan waktu.

Setelah lama memikirkan bagaimana cara menyelesaikan masalahnya, Angga tidak bisa menemukan solusinya. Dan teringat bahwa dia harus berjualan rujak di pasar. Bahkan jika itu hanya berjualan rujak, dia suka melakukannya dan tidak peduli apakah dia mendapatkan uang atau tidak.

Mendorong gerobak ke kios kecilnya, Angga mulai bersiap-siap untuk berjualan.

Mang Untung yang melihat Angga dari samping tersenyum dan bertanya "Tumben kamu datang kesiangan, habis begadang semalam?"

"Haha, iya Mang, begadang buat nyiapin dagangan hari ini" jawab Angga dengan tampang polos dan tidak berdosa.

'Klo Mang untung tahu saya begadang karena urusan wanita, seperti apa reaksinya?' pikir Angga.

"Haha... Ini baru yang namanya anak muda, oh ya, Indah bakalan wisuda hari ini, jadi dia akan pulang ke rumah besok. Indah bilang terimakasih untuk uangnya, jika bukan karena kamu, dia mungkin tidak akan bisa wisuda tahun ini" kata Mang untung dengan senang saat mengatakan bahwa Indah akan wisuda.

Indah adalah anak satu-satunya Mang Untung, karena itulah Mang Untung sangat menyayanginya dan bangga padanya. Walau hidup sederhana, Indah mampu mendapatkan beasiswa di universitas tinggi Gajah Mada dengan usahanya sendiri.  Angga baru bertemu Indah 3 kali, dan dia terlihat sangat polos dan lugu, jauh dari kesan wanita di ibukota.

"Haha, jika Indah ingin berterima kasih, katakan padanya untuk mencari kerja dengan gaji yang besar, biar saya bisa berhutang jika tidak punya uang" jawab Angga dengan bercanda.

Tetapi Mang Untung tidak menganggap perkataan Angga sebagai candaan, dia dengan serius mengangguk "Tentu! Mamang akan memberi tahu Indah nanti, dan besok malam, jangan lupa datang ke rumah Mamang. Indah dan Istri Mamang mau masak banyak makanan untuk merayakan wisuda Indah”

"Saya pasti datang tepat waktu kalau urusan makan-makan hehe."

Saat Angga dan Mang Untung sedang berbicara dan tertawa, Bos Billy dan kedua anak buahnya datang dengan senyum jahat di wajahnya.

"Pagi-pagi gini udah ngobrol sambil tertawa, pasti udah dapat banyak uang kan? Sini, bayar uang setorannya... gw mau beli sarapan... lo udah janji kemarenkan, Angga?"  kata Bos Billy sambil menyeringai.

Mang Untung dengan cemas berdiri di depan angga dan berkata "Bos Billy, Angga baru saja tiba dan belum ada dagangan yang terjual, jadi dia belum dapat uang"

"Hei Mang Untung, Angga sendiri yang udah janji kemaren dan gw gak peduli, mau dagangannya laku kek, mau gak ada pembeli kek, gw cuma mau uang setorannya dibayar hari ini" kata Bos Billy sambil menyeringai.

"Kamu..." Saat Mang Untung hendak berbicara, dia di hentikan oleh Angga dan menarik Mang Untung ke belakangnya.

Angga mengerutkan kening sambil memijat kepalanya seolah-olah dia sakit kepala dan dengan acuh tak acuh berkata pada Bos Billy "Tolong jangan membuat masalah, saya juga tidak ingin ada masalah. Saya tidak punya uang hari ini, saya akan bayar jika ada uang. Jadi tolong pergi ke tempat lain dulu"

Mendengar kata-kata Angga, salah satu anak buah Bos Billy tertawa dengan keras "HAHAHA... Bos, dia pikir dia siapa? Dia berani menyuruh kita pergi dari sini"

Teman di sampingnya juga tertawa dengan keras dan menambahkan "Bos, mungkin dia minta dikasih pelajaran"

Bos Billy dengan marah tertawa sambil menggosok tinjunya.
"Angga, coba lo ulangi omongan lo barusan! Lo mau minta gw hajar hah?" kata Bos Billy dengan mengancam.

Melihat mereka tidak mau pergi, Angga mulai kehilangan kesabarannya dan melihat Bos Billy sambil bertanya "Apakah kamu tahu apa yang paling tidak saya suka?"

"Apa...." Bos Billy tidak bisa menyelesaikan kalimatnya saat dia merasakan tubuhnya melayang di udara dan perutnya terasa sakit.

"Gubraaag!!"
Saat Bos Billy masih merasa bingung dengan apa yang baru saja terjadi, tubuhnya mendarat di tumpukan sampah di sisi jalan dan mengerang kesakitan.

"Saya paling benci diancam..." jawab Angga dengan dingin.

Angga hanya dengan ringan memukulnya, tapi Bos Billy merasa seperti di tabrak oleh kambing bandot. Dia merasa sangat marah karena diserang secara tiba-tiba, jika tidak, bagaimana mungkin dia akan dipukuli dan dipermalukan seperti ini? pikirnya.

Bos Billy berdiri dengan susah payah sambil memegangi perutnya dan membersihkan sampah yang menempel di tubuhnya, lalu menunjuk Angga di seberang jalan dengan marah "Dasar sialan! Lo berani ngelawan gw ya! Bosen hidup lo! Jono, Joni ngapain lo diem aja, gebukin dia!"

"Siap bos"
"Tenang aja bos, kita bakal ajarin ni bocah sialan" kata anak buah Bos Billy dan menatap tajam pada Angga.

Meskipun mereka berdua sempat kaget dan bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Tetapi setelah mereka mendengar perintah Bos Billy, mereka kembali tersadar dan dengan ganas berjalan menuju Angga sambil mempersiapkan tinju mereka.

Angga dengan tidak peduli melihat Jono dan Joni yang mendekatinya, dia hanya berdiri diam sambil menyaksikan kedua tinju mereka yang menuju ke arahnya, lalu menghindarinya dengan santai.

Tapi, Angga tidak hanya membiarkan mereka memukulinya, kedua tangan Angga meluncur ke depan dan dengan tepat mengenai perut Jono dan Joni yang menyebabkan mereka terpental dan jatuh tepat di depan Bos Billy.

"Brak... Bruk..."

"Arrghhh!!"
“Ahhhh... Bos… Tolongin Bos…”
Karena tidak dapat menahan rasa sakit, mereka berteriak dan mengeluh kesakitan sambil memegangi perut mereka dan berguling-guling di tempat sampah.

Warga di sekitar dengan penasaran melihat apa yang sedang terjadi dan dengan cepat berkumpul untuk menonton pertunjukan. Tetapi mereka tidak berani ikut campur, karena mereka tidak ingin berurusan dengan masalah.

Bos Billy yang melihat anak buahnya dipukuli dan berguling-guling kesakitan, menyadari bahwa dia telah memilih mangsa yang salah dan meremehkan Angga.

Dia mulai berkeringat dan bergetar karena ketakutan. Dia tahu seperti apa kekuatan anak buahnya, mereka adalah ahli beladiri silat yang bahkan sanggup melawan 4 orang. Tapi di hadapan Angga, mereka terlihat seperti anak kecil yang dengan mudah dikalahkan.

Memikirkan ini, Bos Billy semakin ketakutan dan dengan langkah goyah, dia keluar dari tempat sampah dan berkata kepada anak buahnya yang sudah sedikit pulih "Ayo pergi!"

Meski Bos Billy marah, dia tidak berani melihat Angga lagi dan dengan buru-buru pergi diikuti anak buahnya yang masih mengeluh kesakitan. Dia berpikir, bagaimana dia akan membalas dendam terhadap Angga atas apa yang terjadi hari ini, dia pasti tidak akan membiarkan masalah ini berakhir dengan mudah.

...
...
...

Terima kasih telah membaca, jika berkenan,

- Pembaca diharapkan memberi penilaiannya pada cerita ini dalam skala 1 - 100 (silakan tulis di kolom komentar),
- Jika pembaca mendapati typo, salah dalam penempatan tanda huruf, atau yang lainnya, harap untuk mengomentarinya di kolom komentar. Untuk pembelajaran ke depannya.

Like & Share if you care

Pernikahan Kontrak 1 Milyar (Tunda)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang