Yasmin(e) bag. 2

51 2 0
                                    

[Self Plot]
📍 Tokyo, Japan
Mei, 03 2016

•••

Aku menatap kalender di meja kerjaku dengan tatapan malas. Aku mengambilnya dan membaliknya ke bulan sebelumnya dan kembali menatap tanggal sekarang.

Ku ambil spidol merahku dan menyilang tanggal 2 kemarin. Aku tersenyum simpul, ingatanku kembali berputar ke moment tepat 30 hari yang lalu.

***

Aku membuka pintu kaca yang menimbulkan suara denting lonceng itu. Aku langsung disambut dengan sapaan hangat dari kedua pelayan toko yang berdiri tepat di samping pintu. Aku membalasnya dengan senyumku.

Aku melihat ke sekeliling mencari seseorang yang memang menjadi tujuanku mengunjungi tempat ini.

Dan ya, dia ada disana. Dengan senyum tipisnya yang khas, ia melayani beberapa pembeli yang tengah memilih-milih kue yang terpampang di etalase.

Sambil sesekali tertawa ringan, senyumnya tak pernah luntur dari bibir mungilnya. Mendadak sebuah rasa hangat menjalar di tubuhku seiring dengan tawa renyah yang makin keras ditangkap oleh indra pendengaranku.

Aku berjalan menghampirinya. "Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya ramah.

Aku tersenyum simpul. "Bisa aku lihat kue yang itu?" tanyaku seraya menunjuk ke arah sebuah tart berbentuk love yang berhiaskan krim berwarna pink di seluruh sisinya.

"Tentu saja boleh!" seru gadis ini sambil memamerkan senyum yang sekali lagi, tak pernah hilang dari bibirnya.

"Kue yang bagus, apa ini untuk kekasihmu?" tanyanya sambil mengeluarkan kue itu dari etalase. Aku hanya menjawabnya dengan senyum simpul. "Kau ingin menuliskan sesuatu di kue ini? Nama kekasihmu itu misalnya?" tanyanya lagi.

Aku berpikir sejenak, "boleh," ujarku singkat.

Ia mengambil sebuah whipped cream berwarna putih dari laci kecil di bawah etalase. "Nama siapa yang akan ditulis disini?" tanyanya.

"Yasmin," jawabku yang membuatnya tertegun sejenak.

"Engg?"

"Tulis saja, I Love You, Yasmin," jawabku lagi.

"Nama yang bagus, seperti namaku," kekehnya geli yang lagi-lagi ku balas dengan senyum simpulku.

Ia mulai menuliskan kalimat yang ku inginkan di atas kue itu, tulisan yang indah.

"Selesai!" serunya beberapa saat kemudian. Ia meletakkan kue itu di kotak persegi yang bagus dan menyerahkannya padaku. "Kekasihmu pasti sangat menyukainya. Ah andai saja ada yang memberiku kue seperti ini," gumamnya pelan dan disambung tawa renyahnya.

"Kau pasti akan mendapatkan kue seperti ini nanti," balasku.

"Ah benarkah? Ku harap seperti itu. Terima kasih atas kunjungannya. Sering-seringlah mampir kemari, Tuan-"

"Leon, panggil saja Leon. Tanpa tuan,"

"Ah ya, sering-seringlah berkunjung kemari untuk membelikan kekasihmu kue yang bagus, Leon," ujarnya lagi.

Setelah membayar di kasir, aku kembali ke tempat di mana gadis itu berdiri. Ia tampak bingung dengan kembalinya aku kemari.

"Apa ada sesuatu yang tertinggal?" tanyanya.

"Ah tidak, aku hanya ingin memberikan ini padamu," ujarku sambil memberikan kue yang tadi ku beli padanya.

Ia tampak terkejut. "Apa maksudnya? Kenapa kau memberikannya padaku?" tanyanya heran.

"Kau tau apa yang tertulis di kue itu? Itu dari hatiku, untuk hatimu."

Ia tampak tak percaya, namun seulas senyum tetap terlintas di bibir mungilnya. Ia menatapku tak percaya.

Aku mengangguk pelan, "Ya, itu untukmu. Wanita cantik bermata indah, Yasmin."

Ia kembali menunjukkan senyum manisnya yang amat ku sukai.

"Kau tau apa yang membuatku sangat bahagia hari ini?" tanyaku yang dijawabnya dengan gelengan pelan.

"Apa?" tanyanya penasaran.

"Kita bertemu lagi di tanggal ini, dengan senyuman yang tak pernah berubah di wajahmu."

Ia tersenyum malu, tampak semburat merah menjalar di pipi mulusnya.

"I love you too, Leon."

•••

Sebelum SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang