Sudah hampir sebulan, tidak ada perubahan dari diri Dinda. Dia malah semakin merasakan sakit di bagian kepalanya, badannya yg semakin kurus, pergerakannya yg terlambat, dan masih banyak lagi perubahan dari dirinya. Bukan perubahan yg membawanya untuk memiliki harapan hidup dan bertahan, melainkan perubahan yg membuatnya semakin terpuruk dan tidak bisa bertahan.
Termenung, Dinda menatap lekat selang yg selalu menempel di tangannya. Dadanya sesak mengingat betapa sakitnya saat dia melakukan proses kemoterapi yg tidak membuahkan hasil sama sekali. Tangannya memegang selang itu, perlahan dia melepaskan selang itu dari tangannya, dadanya semakin sesak.
"Dind- astaga Dinda, lo ngapain hah? Lo udah gila?"tanya Rana heboh melihat Dinda ingin melepaskan selang infus itu dari tangannya.
"Lo apa²an sih?"tanya Rana sinis membenarkan letak selang itu lagi.
"Gue capek Ran"keluh Dinda "Gue udah ngikutin semua prosedur dari dokter, tapi apa hasilnya? Ngak ada Ran. Yang ada gue tersiksa tau gak"
Rana duduk di tepi ranjang Dinda, memegang bahu sahabatnya itu dan memeluknya memberikan semangat.
"Dinda semua butuh proses, lo harus sabar""Sampai kapan Ran? Kalo akhirnya gue emang hari per-"
"Sttts, percaya sama gue. Lo bakal sembuh"potong Rana cepat tidak ingin mendengar ucapan Dinda yg selalu mengatakan dia akan pergi.
"Lepasin gue Ran, belajar mulai skrng hidup tanpa gue. Lo punya teman², lo punya Revan, lo punya mama sama papa lo. Lo gak butuh gue"
"Justru lo yg gue butuhin setelah mama papa gue. Biarin gue nikmatin semua proses ini Dinda, biarin gue ngerawat lo"
Diam, hening, tak ada suara. Baik Rana maupun Dinda sama² tenggelam dengan pikiran mereka masing².
"Gimana hubungan lo sama Revan?" tanya Dinda membuka pembicaraan lagi.
"Maksudnya?"
"Revan ngak ngapa²in lo kan?" tanya Dinda lagi.
"Yaelah, masih curigaan aja sama gue" sahut Revan yg sudah muncul saja di dalam ruangan Dinda.
"Lo siapa?"tanya Dinda heran.
"Lo lupa sama gue?"tanya Revan balik
"Lo makhluk halus ya? Gue gak liat lo masuk?"
"Gue nembus dari dinding"jawab Revan kesal duduk di sofa.
Diam lagi, kecanggungan melanda ruangan Dinda lagi. Tidak ada yg ingin Dinda tanyakan lagi. Rana juga sedari tadi hanya diam memainkan ponselnya sesekali senyum² sendiri ntah melihat apa. Beralih ke Revan, sama dengan Rana. Memainkan ponsel dengan tenang, gila sendiri melihat layar ponselnya.
Bosan, Dinda memilih tidur.
"Kalau kalian mau pulang, pulang aja. Gue bisa sendiri Disini"sinisnya kemudian memejamkan matanya.
"Din, gue mau beli makanan dulu yah. Sama Revan"pamit Rana.
"Hmm"dehem Dinda singkat.
"Telpon gue kalau ada apa²"pesan Rana sebelum pergi dan mencium kening Dinda sedikit lama
"Hati²"ucap Dinda membuka matanya sejenak dan menutupnya lagi.
-------
"Lo udah dapat tiket yg murah?" tanya Revan membuka perbincangan dan mencairkan suasana yg sempat canggung di dalam mobilnya
"Udah. Di sekitar sini sih loketnya" jelas Rana menyebarkan pandangannya ke luar jendela mencari loket
"Cari di google map aja"usul Revan.
Rana mengangguk, mengambil ponselnya dari tas selempengannya dan membuka ponselnya.
"Menurut peta ini sih, belok kiri" suruh Rana. Revan mengangukan dan berbelok ke arah kiri.
"Pelan² Rev. Disekitar sini" suruh Rana lagi memukul² pelan lengan Rana.
Revan mengangukan lagi.
"Itu deh kayaknya"tunjuk Rana dari jendela mobil. Revan menoleh mengangguk lagi dan meminggirkan mobilnya. Kemudian keluar diikuti Rana. Memasuki loket untuk membeli tiket.
"Ada gak?"tanya Revan memastikan.
Rana mengangguk semangat. Kemudian mengantri untuk membeli tiket.
"Lo duduk aja, biar gue yg ngantri" suruh Revan.
"Ngak papa, gue aja"bantah Rana.
"Duduk gak"Paksa Revan.
Mengalah, Rana memilih duduk. Menunggu Revan yg sedang mengantri membeli tiket. Pikirannya melayang, memikirkan rencana yg akan dia lakukan untuk 2-4 hari kedepan. Besok dia akan menerima Raportnya, setelah itu dia akan pergi berlibur bersama Dinda. Dia akan menghabiskan liburnya menjaga dan merawat Dinda. Sahabat terbaiknya.
"Nih tiketnya"Revan memberikan 3 tiket kepada Rana.
"Lo aja yg nyimpan, nanti Dinda bisa tau kalau gue yg nyimpan" kata Rana memberikan tiket itu lagi kepada Revan.
Revan mengangguk, mengambil tiket itu lagi dan menyimpannya di dalam dompetnya. Berjalan keluar dengan merangkul Rana dan memasuki mobil.
"Kita makan dulu?"tanya Revan.
Rana mengangguk sebagai jawaban. Mengerti, Revan menjalankan mobil membelah jalan menuju sebuah cafe
------
Rana memasuki rumahnya, menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar. Menghempaskan badannya di kasur king size nya. Memejamkan matanya sejenak, mengistirahan tubuhnya yg lelah. Sejak Dinda sakit, Rana begitu jarang pulang ke rumah. Dia memilih menghabiskan waktunya di rumah sakit sembari menjaga Dinda. Dan skrng, dia berganti dengan mamanya menjaga Dinda. Tentu saja, Tina setuju. Mengingat putrinya yg pasti lelah dan butuh istirahat yg cukup.
Rana duduk di tepi ranjang, Matanya menerawang setiap sudut kamarnya, mencari koper besar. Berhenti tepat di samping lemari, Rana berjalan mengambil koper itu, memasukkan semua keperluannya untuk 2-4 hari kedepan. Baju tebal, arung tangan, beserta jaketnya. Rana memeriksa kopernya lagi, mengecek apakah masih ada barang yg tertingal. Setelah di rasa cukup, Rana meletakkan kopernya diatas ubin lantainya. Meraih ponselnya yg berada di meja belajarnya dan membaringkan tubuhnya di kasurnya lagi.
MyBoyGirl❤
Udah makan?Udah. Lo?
Udah, gue mau tidur dulu. Besok gue dtng. Cepat sembuh❤.
Rana mematikan ponselnya, memejamkan mata dan mulai larut memasuki alam bawah sadarnya. Di teman kesunyian, tanpa Mamanya dan Dinda. Papanya? Sedang ada urusan di kota lain. Rana harus terbiasa, karna mungkin setelah ini dia akan merasa kesepian yg lebih mendalam lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Friend? Don't Leave Me(Completed)
RandomKisah Persahabatan Rana Dan Dinda, Yang Penuh Tantangan. Kisah Dinda dengan cinta pertamanya dan juga sahabat yg menjadi prioritas di atas segalanya bahkan di atas orang tuanya. Kisah Rana yg selalu membuat Dinda Terluka Orangtua Dinda yg berpisah...