1| Rana

20 2 0
                                    

Dengan wajah yang masih dipenuhi dengan luka, Garda berusaha untuk tersenyum di hadapan cermin yang memantulkan bayangannya. Tapi tanpa diduga, cowok yang masih duduk di bangku putih-abu itu malah tertawa mengingat semua kejadian yang baru dialaminya beberapa jam yang lalu. Masih baru, membekas di pikirannya.

"Heh! Lo itu mau mati apa?!"

Bahkan kalimat itu masih terngiang-ngiang di telinga Garda. Suara dari seorang perempuan yang selama ini hidup di sekelilingnya. Mendadak menjadi sesuatu yang familiar di telinganya.

"Cepetan bangun! Nanti keburu ada mobil yang lewat terus nabrak lo, gue enggak tanggung jawab ya!"

Garda ingin tertawa saat mengingat kejadian itu. Sepersekian detik setelah gadis itu mengancamnya, dan kemudian menyadari bahwa akan ada mobil yang lewat, gadis itu menyeret tubuh Garda dengan susah payah ke tepi jalan, di tengah rintik hujan yang cukup deras.

"Garda! Garda! Bangun!"

Nada panik dari suaranya membuat Garda kembali tersenyum.

"Aduh, jangan mati sekarang dong! Garda, bangun dong!"

Dan Garda mengingat dengan persis apa yang terjadi setelah itu. Dirinya mungkin akan kena olok-olok orang di sekolah besok pagi jikalau mulut gadis itu tidak bisa diam.

"Lo mau apa sih ribet-ribet ngobatin gue? Lo gak tau apa, niat gue kesini itu buat mati?"

"Diem lo! Gak usah ngomongin mati. Lo bukan Tuhan!"

Namun seketika senyuman yang mencetak di bibir Garda hilang setelah dia mengingat percakapan itu. Mungkin benar, dia memang bukan Tuhan. Tapi apa gunanya hidup?

Garda menutupi luka-lukanya menggunakan plester dan membuang pandangannya ke luar jendela. Hujan masih turun, di mana semesta melampiaskan keluhannya pada Sang Maha Kuasa.

Dan dia sadar, bahwa kejadian itu masih baru. Dia bisa merasakannya dari hujan dan angin yang mengguncang tirai-tirai jendelanya.

Bahwa gadis itu adalah Rana, yang selama ini terlalu terabaikan oleh lalu-lalang orang yang masuk ke dalam kehidupannya.

-o-

The Dynamics of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang