(35) JANGAN DILIHAT APA YANG KITA TAKUTI

22 12 5
                                    

"ketika menangis, bahu siapa yang kita cari? Ayah!"


Stay guys! Kita bakalan masuk ke stage terakhir.

Aerlyn POV

Aku tertawa geli saat mendengar godaan demi godaan melantur dari mulut ayah. Seakan dapur yang mereka tempati bukan menjadi masalah bagi mereka.

"Ibu! Apa sudah matang?" Teriak ku sedikit cempreng

"Sebentar lagi sayang!!" Belas ibu

"Ini nak, sup hangat buatan ayah!" Ayah tersenyum manis kearah ku

Tanpa ana anu aku langsung menyantapnya karena memang perut ini sudah memberontak sedari tadi.

"Bagaimana hubungan kamu sama Dion?" Tanya ayah langsung menekam

"Uhuk..uhuk.." seketika aku terbatuk

"Eh ayah, nanya apaan si?"

"Ya, cuma nanya keadaan calon mantu apa salahnya?"

Deg!

Ayah, mungkin merasa masih muda barangkali, bisa banget buat hari berdebar ga karuan gini. Pantes aja ibu langsung tunduk sama dia.

"Ayah..jangan bilang gitu dong!" Spontan ku menutup wajah karena malu

"Ga kok, cuma bercanda!" Ayah mengibaskan tangannya

Agak blak-blakan bisa dibilang, tapi syukurlah! Ini yang selalu aku harapkan untuk kesembuhan ayah.

.

Malam ini Aerlyn sedang tiduran di ranjang kesayangannya. Ia terus menatap terkadang sempat tertawa melihat tingkah Dion yang konyol saat vc-an.

Ada yang membuat Aerlyn risih sedari tadi. Dari arah balkon yang bertepatan disamping kamarnya terdengar bunyi rusuh seperti ada orang disana.

"Mungkin ibu atau ayah.." gumam Aerlyn

Bunyi itu semakin lama semakin gaduh, Aerlyn jadi kesal sendiri. Pasti orang tuanya sedang tidur pulas dikamar.

"Kenapa?" Tanya Dion menyentakkan Aerlyn

"Itu, diluar keknya ribut deh! Gue coba cek dulu ya?" Aerlyn mengubah posisinya yang semula tidur jadi duduk

"Oke, tapi jangan matiin! Gue Masi mau ngobrol!" Ujar Dion

"Oke sip!" Yara segera menuju ke balkon

Saat keluar, suasana benar-benar gelap, hanya lampu kamar Aerlyn yang menyala. Tiba di balkon, Aerlyn tidak mendapati hal yang janggal sama sekali. Disana hanya ada hembusan angin malam yang menusuk, ditambah dengan terangnya bulan purnama malam ini.

.

Dion POV

Aku hanya menatap layar ponsel ketika Aerlyn sibuk memeriksa balkon lantai empat yang nampak sedikit menyeramkan.

"Kayaknya ga ada apa-apa deh!" Sebutnya

"Yodah balik kamar aja! Jangan lupa kunci pintu biar ga terjadi apa-apa!" Ujar ku dengan berwibawa

Walaupun ruangan disekitar Aerlyn gelap kek kuburan, tapi aku masih bisa melihat wajah manisnya dengan jelas karena terkena pancaran sang rembulan.

Bulu kudukku berdiri tegak saat tiba-tiba ku lihat sosok yang hampir setiap hari aku temui. Sosok itu menggunakan pakaian dasar hitam, menggunakan topeng yang hanya menutupi bagian wajah sebelah kiri saja, tapi topeng bawaan putih yang ia pakai dapat menjelaskan penampakannya.

Hold Me [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang