Opening

1.5K 137 36
                                    

.
.
.
.
Hari itu di dalam jingshi terlihat seseorang berpakaian serba putih, sedang duduk dengan postur tegap di depan guqin. parasnya yang tampan dengan mata emasnya yang dipenuhi kesedihan, ikat dahi yang terikat erat di kepalanya yang terurai bersama dengan rambut hitam lebat nya sedang mengalunkan lagu inquiry dengan guqin nya.

Sudah 13 tahun lamanya alunan guqin tersebut terdengan di seluruh penjuru Yun Shen Bu Zhi Chu.

"Wei Ying... dimana kamu?"

"Wei Ying ... akan kah.. kau kembali?"

"Aku.. merindukan mu"

Setiap harinya tanpa gagal Lan Wangji  akan memainkan alunan yang sama, mempertanyakan hal yang sama. Berharap mendapatkan jawaban atas keberadaan sang pujaan hati.

Sosok lelaki yang  telah mengisi hatinya tersebut sudah hilang bagaikan tertelan bumi.

Hatinya selalu bergetar ketika mengingat pengepungan yang terjadi di bukit Luanzang. Ia merutuki dirinya karna tidak mampu melindungi orang yang paling dia cintai.

Tidak ada seorang pun yang tau keberadaan Wei WuXian saat ini. Orang orang yang ambil bagian dalam pengepungan tersebut mengatakan bahwa Yiling Laozu tersebut telah mati oleh senjatanya sendiri yaitu Yin Hufu, Tubuh dan jiwanya ikut hancur bersamaan dengan senjatanya tersebut. Tetapi tidak sedikit pula yang mengatakan bahwa Yiling Laozu tersebut masih hidup dan bersembunyi di suatu tempat.

Hal tersebut lah yang membuat Lan Wangji terus memain kan Inquiry untuk menemukan keberadaan pasti Wei Wuxian.


"Wei Ying .... aku....










Mencintai mu "

***

Sama seperti biasanya di Yun Shen Bu Zhi Chu terasa sangat damai. Gemersik daun yang tertiup angin, kicauan burung yang bertengger di atas dahan, aroma segar pepohonan yang menyebar meneteskan embun pagi yang jatuh kebumi. Menambahkan suasana sejuk dan damai kala pagi itu.

Di bawah pohon besar di tengah bukit tersebut terlihat sesosok laki-laki dengan paras lembut, garis wajah yang tegas namun terlihat halus dan senyum yang selalu bertengger dibibirnya membuat wajahnya begitu memukau dalam pancaran sinar matahari. Rambut panjangnya yang dibiarkan terurai sebagian dan pita dahi putihnya yang tidak terikat tertiup lembut oleh angin. Mata abu abu nya yang memandang ke atas dahan pohon menampakkan kerinduan yang dalam.

"Zewu jun... " terdengar seseorang memanggil sosok tersebut

Dengan senyum lembutnya dia membalikan badan menatap sosok yang memanggilnya tersebut. "Ahh.. Sizhui ada yang kau butuh kan?"

Sambil menatautkan kedua tangan di depan dadanya lelaki berusia 13 tahun tersebut menjawab. "Tidak ada Zewu Jun aku hanya ingin memberitahu bahwa aku dan yang lainnya akan segera pergi ke desa Mo"

"Oh.. kalian sudah siap rupanya, bagaimana dengan ayah mu bukan kah dia akan menemani para junior pergi ke desa Mo ?" Balas Lan Xichen masih dengan senyuman lembutnya

Lelaki yang ditanya tersebut menggeleng sambil menunjukan wajah sedihnya "Hanguan jung masih berada di dalam jingshi nya, kali ini dia belum keluar selama  seminggu lamanya"

"Hahhh... baiklah biar aku yang berbicara pada Wangji kamu pergilah terlebih dahulu"

"Baik Zewu Jun!"

Setelah berbicara dengan keponakannya tersebut Lan Xichen langsung pergi menuju Jingshi adiknya. Sudah tiga belas tahun terakhir ini adiknya tersebut sering mengurung diri didalam jingshinya dia hanya akan keluar jika ada keperluan saja setelahnya dia akan kembali ke kamarnya dan mengurung diri.

Lan Xichen yang saat ini sudah berada di depan pintu Jingshi adiknya dapat mendengar alunan inquiry yang sendu. Ini membuat dirinya ragu untuk masuk kedalam. Pada akhirnya dia berdiri di depan pintu menunggu agar adiknya selesai memainkan lagu tersebut.

Ketika lagu itu berhenti Lan Xicheng yang hendak ingin mengetuk pintu tiba tiba terpaku mendengar suara adiknya yang berat berkata

"Wei Ying... aku... mencintaimu"

Lan Xichen yang mendengarnya pun memejamkan mata sambil mengepal kedua tangannya menahan emosi yang bergejolak di hatinya. Bukan hanya Lan Wangji yang merindukan dan mencintai sosok manis tersebut Lan Xichen dalam diam menyimpan rasa pada seseorang yang dicintai adiknya itu. Sebelumnya dia tidak bisa mengutarakan perasaan nya pada pria dengan wajah manis itu dikarenakan ia tidak mau merusak hubungan persaudaraan dengan adiknya. Dia lebih memilih menahan semua perasaannya daripada kehilangan satu satunya keluarga yang dia miliki.

Pada akhirnya Lan Xichen menyesal tidak mengutarakan perasaannya pada pria yang dicintainya tersebut.



Lan Xichen yang masih menutup matanya itu berkata dengan lirih

"Jika aku di beri kesempatan untuk bertemu dengan mu lagi aku akan menjadikan mu milik ku seorang"

***

YunmengJiang

Terdengan derap langkah yang berat dan terburu buru di dekat aula leluhur milik keluarga Jiang tersebut. Para murid sekte Jiang yang sedang melakukan aktivitas nya berhenti sesaat untuk melihat siapa yang membuat kegaduhan di pagi hari seperti ini.

" PAMAN!  PAMANNNN... PAMANNNNNN... KAU DIMANAA" teriak lelaki tampan berusia 14-15 tahun itu, dengan baju sekte berwarna emas berlambangkan bunga peoni dengan tanda vermilion di dahinya.

"Tuan muda jin.. ada apa mengapa anda berlari-lari dan berteriak-teriak seperti itu?" Salah satu murid sekte jiang yang sudah tidak tahan akan kelakuan pemuda angkuh tersebut akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.

"Hmph.. apa kau lihat paman ku? Sejak pagi tadi aku mencarinya tapi tidak ketemu juga" Jawabnya dengan angkuh

"Apakah tuan muda sudah memeriksa di dalam kamar ketua sekte?"

"Apa kau kira aku ini bodoh hah..? Aku sudah memeriksanya dan dia tidak ada disana! Kalau dia ada disana aku tidak akan repot repot mencarinya seperti ini!!"

Dengan sabar murid itu menjawab "kalau begitu apakah tuan muda sudah memeriksa Pavilion barat? Biasanya Ketua Sekte Jiang dapat di temui disana"

Setelah mendengar ucapan murid tersebut Jin Ling berbalik dan pergi menuju Pavilion barat tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Kamar yang terletak di Pavilion barat tersebut tidak lah terlalu mewah seperti kamar kamar lainnya di kediaman Jiang tetapi cukup bersih dan nyaman. Tidak ada yang menghuni kamar tersebut tetapi Jin Ling selalu heran kenapa pamannya yang satu ini sering sekali mengunjungi kamar itu, pamannya tidak memperbolehkan seorang pun memasuki kamar itu. Bahkan untuk hal  membersih kan kamar ia lakukan sendiri.

Sesampainya dia di depan pintu kamar, Jin Ling menendang pintu tersebut sehingga terdengar bunyi yang amat keras.

"PAMAN ! Kau disini rupanya aku sudah berkeliling mencari mu kemana mana. Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Jin Ling

Jiang Cheng yang di tanya hanya diam menatap sesaat keponakannya lalu mengalihkan pandangannya kembali pada seruling hitam yang di ada di genggamannya.

Jin Ling yang merasa diabaikan akhirnya bertanya lagi "Paman bukan kah kau bilang akan menemaniku berburu malam di bukit Dafan malam ini? Lalu apa yang kau lakukan disini? Kita harus segera berangkat"

"Kau.. pergilah dulu, aku akan segera menyusul" jawab Jiang Cheng

Jin Ling dalam hati merasa heran akan sikap pamannya. Biasanya ketika Jin Ling berteriak seperti ini pamannya itu akan balik memarahinya. Tapi sikapnya akan berubah setiap kali berada di kamar ini. Apa yang sebenernya terjadi? Batinnya

Akhirnya Jin Ling memutuskan untuk pergi dan menunggu pamannya di depan gerbang masuk sekte.

Jiang Cheng yang merasa keponakannya itu sudah pergi lalu meletakan seruling itu diatas meja menatapnya lama sebelum bangkit dari tempat tidur dan segera menyusul keponakannya.

"Wei Wuxian.. maafkan aku"










TBC

Our Happy EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang