"Cuy,"
Radena Aylachae menghentikan gerakan tungkainya secara mendadak, membuat sahabat cewek itu-Naisalline Prita dan Karra Anindya-secara refleks menyetop langkah dan mengikuti arah pandangan Ayla yang terpusat pada sekelompok siswa yang membentuk kerumunan.
"Ngapa, dah?" Naisa bertanya penasaran, namun Ayla mengabaikannya, ia malah menghentikan seorang siswa dan menanyakan hal apa yang sedang terjadi di sana.
"Oh, itu, Kak. Geng-geng nya Kak Lyra lagi nge-bully Kak Isna,"
Ayla berterimakasih, sedetik setelahnya ia menyeringai senang tatkala atensinya menangkap serangkaian adegan itu, ia melirik Naisa dan Karra yang juga menatapnya penuh arti, "wanna try something?"
"Why not?"
Mereka tertawa, lalu dengan rusuh melangkah dan mengusir kerumunan itu agar memberi mereka jalan. Di sana terlihat Lyra yang sangat puas saat korban mereka telah menangis sesegukan di bawah kaki mereka.
"Buset ampe nangis!" Naisa berkata dan menghampiri Isna, "Lo Isna, 'kan?"
Cewek itu mengangguk lemah, wajah pasrahnya ia tundukan saat pikirannya berkata bahwa Naisa dan Ayla yang terkenal nakal akan menambah penderitaannya sebentar lagi, namun yang terjadi malah kebalikannya. Naisa membantu Isna berdiri dan menyuruhnya pergi bersama salah satu temannya yang Ayla panggil.
"Gak usah diurusin, jangan takut sama dia, mending lo kemana kek, urusan lo biar gue sama temen gue yang nyelesain." Kata Naisa, sementara Ayla menatap Lyra malas, berbeda dengan Karra yang hanya diam menonton semuanya.
"Tsk, lagian manusia lemah mana yang masih nindas orang demi kesenangannya?" Ayla memasang wajah tanpa dosa. "Kalian semua lemah tau-"
"MAKSUD LO APA?!"
"E buset, calm down, babe." Kata Ayla tenang, ia tertawa renyah ketika wajah Lyra terlihat merah padam. Suara ribut itu memancing semua siswa mengerumun lebih banyak dari sebelumnya.
"Eh, tapi bener lah kata lo, La. Mereka semua emang lemah." Timpal Naisa.
"Ngaca, dong! Kalian juga sama kayak gue!"
"Dih, pengen banget disamain." Naisa mendengus malas, membuat Karra yang berada di samping Ayla tertawa terbahak-bahak.
Mendengar tawa membahana Karra yang mengganggu sekaligus memecah konsentrasi akting-nya, Ayla memutar bola matanya. "Lagian kalo misalnya sama sekalipun, gue masih beda sama lo. Gue gak suka mempermainkan psikis orang, gue juga gak lemah kayak lo. Gue juga lebih cantik dari lo."
"Anjing ngajak ribut ya lo!"
Lyra mendorong bahu Ayla emosi, berbeda dengan Ayla yang masih tetap tenang. Bukannya balik marah, Ayla justru mengelus bahunya dengan ekspresi jijik. "Ah males gue baju gue dipegang-pegang sama manusia lemah kaya-"
PLAK!!
"E GILA!"
Naisa kontan memekik begitu suara tamparan terdengar memekakkan telinga, cewek itu kemudian melirik Karra yang menggeram marah, sementara Ayla memegangi pipinya yang memerah dengan sok dramatis, ia lalu tertawa. "Lo mau tau gak, apa balesan lo yang udah nampar gue?"
Ayla dan Naisa memerhatikan Karra yang mengambil segelas minuman dari salah satu siswa yang tengah menyaksikan tontonan gratis itu, lalu mereka semua dibuat terkejut dengan Karra yang tiba-tiba menyiram Lyra. Satu persatu insan di sana merasa takut, terutama Lyra dengan ekspresi piasnya yang pucat.
"Lo cari lawan yang salah."
Faktanya, Karra bukan manusia, dan mereka tidak pernah tahu bahwa hanya Naisa dan Ayla yang bisa melihatnya.
○○○
-caxraa
KAMU SEDANG MEMBACA
IRRÉELS
Teen Fictionilusi; ketika sesuatu yang nyata menampar mereka dengan hal yang dianggap tabu. 48% based on true story Start: April 04th - 2019