01. Alur tak dapat diprediksi

22 1 0
                                    

Sakura yang bersemi selalu didamba.

Cantik dan menawan, orang mana yang tidak mencintainya?

Seperti sosok berkaca mata di hadapanku.

Kedatangannya didamba oleh semua orang, tak terkecuali aku.

Semua orang ingin mengenalnya, tak terkecuali aku juga.

Tapi bukan aku yang pengecut yang hanya bisa menunduk dan hanya bisa membaca huruf yang kau ajarkan.

.

.

Riuh kedai yang baru saja buka hari ini membuat pegawai yang baru direkrut cukup kepayahan. Walaupun harapan kedai selalu ramai dengan pelanggan membeli makanan atau sekedar menikmati musim gugur ditemani secangkir latte.

Salah satu pelayan, perempuan yang rambutnya digelung rapi dengan pita hitam setia pada bangku kasir. Memasang senyum manis tiap konsumen ingin membayar.

Sesekali tangannya membenahi anak rambut yang menjutai kemudian menyelipkan ke belakang telinga. Walau pekerjaannya tak mondar-mandir seperti temannya, ia punya tanggung jawab penuh terhadap keuangan. Ia merangkap kasir dan pengelola kedai.

.

"Terima kasih banyak, mampir kembali." Tukasnya dengan senyum yang teduh.

.

Sesekali ia duduk dan digantikan oleh teman lainnya ketika ia merasa cukup haus dan ingin membasahi dengan air mineral.

Temannya yang menghampiri dan membawakan segelas minum hanya bisa berdecak, tak menyangka seorang gadis di depannya bisa mengelola kedai dan hari pertama cukup  padat.

.

"Seharusnya kau bilang kalau butuh istirahat." Laki-laki bermarga Jeon mendengus kesal.

"Kukira sebagai kasir tak menyita energiku, Jeon."

"Seperti biasanya ya, sembrono?"

.

Gadis itu menertawakan raut kesal dari lelaki duduk di sampingnya. Meneguk air kembali dan menarik napas cukup panjang.

.

"Jadi kau ingin kembali kerja?" Tanya Jeon.

"Sepertinya tidak. Walaupun aku ingin, pasti kau melarang keras, kan?"

.

Senyum lelaki itu mengembang,  tampan dan indah dalam perpaduan yang apik. Menularkan senyum pada gadis yang terkekeh di dekat lelaki itu.

.

×××

.

Dulu,

kedua manik mataku tak pernah lepas dari sosokmu.

Walaupun sepengecut ini, aku membuang muka ketika hampir tertangkap basah.

Berpura-pura membuka buku dan berkonsentrasi,

tapi kau tau, kau paling lihai mencuri perhatianku.

Sekali seumur hidupku, aku dipanggil ke ruang guru karena nilaiku turun, walaupun sangat sedikit.

Aku bingung, seharusnya aku ingin marah sekaligus berterima kasih padamu.

.

.

Hari ke 33 dari pembukaan kedai.

Rabu. Hari dimana pelanggan tidak semembludak seperti akhir pekan. Kim Eunah yang duduk di kursi pelanggan tak jauh dari kasir, menikmati sore yang tak nampak berwarna jingga. Sesekali ia melirik ke pintu masuk, takut-takut kalau pelanggannya memergokinya bersantai. Ya, ia terlalu kaku untuk masalah profesionalisme.

Sakura DropsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang