Cambrige, Amerika Serikat
Musim gugur sedang menyapa kota Cambrige. Mentari perlahan-lahan saat ini mulai bersinar menyinari negara Amerika. Seorang gadis bergeming, ketika teriknya pagi menyilaukan matanya. Selimutnya sedikit bergusar, begitu gadis itu mengubah posisinya yang sedari tidur menjadi duduk. Gadis itu menatap sekeliling setiap sudut ruangan kamarnya. Setiap sentimeter retina tak berhenti menangkap keadaan kamarnya yang sedikit berantakan.
Brakk..
Suara pintu kamar gadis itu tiba-tiba terbuka lebar menampilkan seorang gadis yang sebaya dengannya. Gadis itu menatap heran. "Rosie! Mengapa kau belum juga ganti baju?" tanya gadis itu. Dia menatap sahabat sejati dengan heran. Dia mulai mengingat sesuatu. Dia lupa, pagi ini ada pelajaran dosen yang killer.
"Haish ... maafkan aku, Sel ... aku baru bangun." Rose menepuk puncak kelapanya sendiri. Sementara, seorang perempuan yang akan menghampirinya memiliki nama indah; Selena Agatha. Dia adalah sahabat Rose saat mulai pertama kali masuk kampus. Dia berasal dari London.
•••
Harvard University
Suasana yang masih tenang dibawa tenang juga oleh embun pagi yang menyapa kampusnya. Sekelibat mahasiswa berjalan ke sana-ke sini demi mencari makanan yang cocok untuk dijadikan sarapan. Mungkin sebuah roti yang sekarang telah mendampingi seorang wanita yang memfokuskan dirinya pada sebuah alat elektronik mempunyai sejuta manfaat. Rose dengan tangan lentiknya adalah keajaiban luar biasa. Karena, maha karya yang selama ini dirahasiakan dia lakukan sekarang juga di pagi hari.
"Rose, kau sedang apa?" tanya seorang gadis yang berada di sampingnya. Dia menatap Rose yang sedang menulis sesuatu.
"Ah, Tere! Kau ternyata," kejut Rose menatap sekilas teman kampusnya.
Teressia Angelina adalah salah satu seorang gadis yang berpostur tinggi berasal dari London sama seperti Selena. Dia adalah teman baik saat Selena berada di High School. Ia senang sahabatnya itu mengenalkan dirinya teman di kampusnya, Tere. Menurutnya, gadis di dekatnya kali ini mungkin bisa dijadikan teman baik untuk berbicara. Atau sahabat sama seperti Selena yang masih sekarang bertahan. Bagaikan benalu yang tak ingin lepas dengan tali putrinya.
"Bolehkah kulihat puisimu? Kata Selena puisimu sangatlah bagus," pujinya.
Begitu mata yang ikut tersanding dengan hangatnya puisi pagi memberikan kenyamanan. Tere menatap balik Rose yang tersenyum padanya. Anehnya, naluri dalam dirinya ingin sekali berteman dekat dengan gadis introvert. Tere dengan singkatnya hanya mengulurkan tangannya pada Rose yang hanya memaku. Senyuman simpul yang biasa ia lebarkan melebihi ukuran busur kecil. Sementara, Rose membulatkan mulutnya tak mengerti.
Saat sepi tanpa kata
Saat sepi mengundang gundah
Saat hanya air yang mampu menenangkannya,
Saat sejuknya embun tak lagi mendinginkan perasaanSaat diri hanya mampu dalam diam tanpa kata
Diam tanpa ada yang ingin mengusik hati
Bukan berarti diri merasa bosan,
Namun diri hanya ingin menenangkan pikiranSendiri,
Kata yang ingin kuucap
Saat seribu bahasa tak lagi tertera,
Aku hanya mampu tenang,
Dengan berteman dan bersapa bersama sajak
Tolong,
Jangan mengusik maupun berbisik mengundang gundah,
Yang kubutuhkan hanya tenang dalam kesendirian"Kau butuh teman?" tanya Tere. Rose kini hanya menatapnya dalam berharap punya teman di Fakultasnya. Dia kali ini sendirian tanpa sahabatnya Selena. Karena dia beda Fakultas dengannya. Ya, Rose berada di Fakultas Arsitektur. Sedangkan, Selena dia berada di Fakultas Kebidanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In The Charm [✓]
Fanfiction[C O M P L E T E D] #Rank 1 in taerose (10-10-2019) ••• [Bahasa] "I had been stuck inside the charm." Roseanne Florencia. Dia adalah orang pertama yang berhasil membuat Most Handsome terpikat olehnya. Jujur, ia sangat terpesona olehnya. Dengan senyu...