"Lihat gadis itu, dari ujung rambut hingga ujung kaki semua nya aneh. Bagaimana bisa orang tuanya melahirkan anak seperti itu, dasar pembawa sial" Bisik seorang ibu kepada tetangganya.
"Iya, bahkan namanya saja sudah aneh. Kenapa pula orang tuanya memberinya dengan nama itu? Mungkin saja mereka juga tidak menginginkan ia lahir" Jawab tetangga dengan seringai.
Savina hanya membiarkan omongan mereka layaknya angin yang berhembus.
"Aku pun tak pernah berharap untuk dilahirkan seperti ini" Gumam savina.
Savina hanyalah seorang gadis yang hidup bersama seorang nenek tua yang telah mengasuhnya sejak kecil walau beliau bukan keluarga nya. Mereka tinggal di sebuah rumah kecil yang tidak terurus, Savina berusia 13th dan sedang menduduki kelas 2, menengah pertama.
Matahari terbit dengan penuh kehangatan. Savina pun harus bersiap-siap berangkat sekolah
Savina mempersiapkan sarapan untuk sang nenek dan dia sendiri setelah itu pun iya pergi ke Jaya pusaka tempat dimana ia menuntut ilmu dengan membawa sekotak nasi."Apa pagi ini aku dihujani dengan olokan lagi atau di siram dengan air ya? Kapan semua akan berakhir? Kapan aku bisa bebas?" Kata savina selama perjalanan nya menuju sekolah.
"Hey Gadis aneh, Mengapa kau tak masuk ke kelas ha?! Kau takut kalau aku akan menyiram mu dengan air bekas mengepel lantai lagi" Sentak Hanna sambil mendorong Savina hingga ia jatuh ke lantai
Hanna adalah seorang gadis berparas cantik yang kaya akan harta dan memiliki sifat sombong arogan yang tiada duanya di sekolah Jaya pusaka.
Keluarganya pun sangat berada. Semua siswa dan siswi tidak pernah ingin mempunyai masalah dengan ia karena itu akan menjadi akhir bagi siswa/siswi itu sendiri.
Savina hanya terdiam dan mencoba untuk berdiri lagi dan merapikan seragamnya. Seketika savina menjadi bahan sorotan semua siswa.
"Apa pintu kelas kurang lebar untukmu hingga kau harus mendorong ku untuk masuk kedalam kelas?" Tanya savina sambil merapikan seragamnya.
"Pintu kelas ini bukan kurang lebar tapi karena ada kehadiran mu maka pintu ini menjadi kurang lebar bagiku" Jawab tegas Hanna dengan menunjuk savina
"Ah ternyata begitu, jadi tinggal bilang ke ayahmu saja kan jika aku telah membuat pintu kelas ini menjadi kurang lebar. Dasar anak papa" Ejek savina meninggalkan Hanna dan memasuki kelas nya dengan santai
Savina pun duduk di tempat duduk nya yang bertempat di dekat jendela dan berada di belakang
"Dasar gadis aneh tidak tahu diri! " Hanna dengan emosi menutup pintu kelas dengan sangat keras. Bel sekolah pun berbunyi dan guru telah memasuki kelas, semua siswa memberi salam dan berdoa sebelum pelajaran akan dimulai.
Pelajaran pun dimulai, savina mendengarkan penjelasan guru saat menerangkan pelajaran akan tetapi saat savina memandang ke biru nya langit di pagi hari ia terkejut.
"astaga apa itu?!" Teriak savina yang tidak mempercayai apa yang barusan ia lihat.
Bu guru terkejut akibat teriakan savina pun langsung menghampiri savina.
"Hey nak ada apa? Mengapa kau teriak di tengah tengah pelajaran ibu apa kau sakit?" Tanya bu guru sambil menyentuh dahi savina.
"Kenapa lagi itu dia? Teriak teriak emang dia pikir ini rumahnya apa dasar gila" Bisik salah satu murid
"Iya, mungkin obatnya sudah habis karena itu dia jadi gila kembali" Sahut murid lain. Semua murid pun berbisik bisik mengejek savina seketika suasana kelas menjadi ricuh
"Nak mungkin kamu harus istirahat di dalam UKS wajah mu terlihat pucat" Kata bu guru sambil membantu nya untuk berdiri dan berjalan menuju ke UKS
"Terimakasih bu" Jawab savina lemas
Bu guru membantu savina menuju UKS untuk istirahat. Setelah sampai ia meninggalkan savina sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meredyth
Mystery / ThrillerMemiliki segala keanehan di dunia itulah kata orang. Rambut merah senja dan sepasang mata coklat emas "Lihat gadis itu sungguh aneh, dari ujung rambut hingga ujung kaki semua nya aneh" "Iya sungguh aneh bahkan namanya pun juga aneh" . . . . ...