× BAB I ×
[ MADNESS MIND ]
09 ; DESPERATE"Sebenarnya untuk apa?" vokal Yoongi terdengar sumbang. Ada luka yang tersamarkan di antara pertanyaan yang ia berikan pada Emma saat ini. "Untuk apa kau melibatkan Karen?" tanyanya sekali lagi.
Emma menelan salivanya sendiri. Wanita itu mulai gugup.
"Tidakkah kau berpikir, jika aku tidak mempunyai ide gila seperti itu dengan ayahmu—Karen mungkin tidak pernah ada."
Brak!
Bunyi dari benturan antara meja dengan lantai segera terdengar untuk mengisi satu ruangan kafetaria. Cangkir yang masih berisi seperempat kopi milik Yoongi bahkan sudah tumpah dengan cangkirnya yang pecah menjadi beberapa bagian.
Semuanya memberikan atensi pada Min Yoongi yang baru saja menendang meja kafetaria sampai terjungkir dan membuat keributan siang hari ini.
Emma yang ada di sampingnya kemudian berdiri begitu melihat Yoongi yang kehilangan kontrol. Wanita itu tahu kalau Yoongi pasti mengalami tekanan luar biasa di sepanjang hidupnya, tetapi ia masih belum mengerti dengan tameng yang selalu lelaki itu ciptakan untuk semua orang.
Semua orang yang melihat aksi gila Min Yoongi mungkin akan berpikir bahwa lelaki itu memang sinting. Kewarasannya sudah terenggut. Baru saja pagi tadi membuat keributan, saat ini Yoongi malah menambah kadar pandangan negatif pada dirinya sendiri dari orang-orang sekitarnya. Namun, berbeda dengan apa yang Emma lihat. Ia justru melihat bahwa Yoongi begitu kesakitan, kecewa dan sangat marah terutama pada dirinya.
Emma sadar betul dengan itu.
Dua security segera datang dan memegang kedua tangan Yoongi satu sama lain. Lelaki itu terlihat memberontak dan meminta untuk segera dilepaskan.
Emma kemudian mengangguk dan mengisyaratkan kepada dua security itu untuk melepaskan Yoongi.
Begitu terlepas Yoongi segera berjalan dan menarik kerah baju Emma tinggi-tinggi. "Tetapi mengapa harus dengan cara seperti itu, berengsek?!"
Wanita itu merintih dengan kedua kaki yang berusaha berjinjit lantaran Yoongi menarik kerah bajunya ke atas. "Maafkan aku, saat itu... saat itu aku dan ayahmu hanya ingin menciptakan serum kekebalan tubuh yang mengikat keduanya, bukan satu arah. Serum itu akan menjadi penemuan yang sangat luar biasa, tetapi nyatanya kami gagal," Emma menjeda.
Wanita itu kemudian mengangkat salah satu tangannya untuk membiarkan dia dan Yoongi tetap berbicara pada kedua security yang masih ada di belakang lelaki yang kini masih menarik kerah bajunya dengan sorot mata nyalang.
"Semuanya semakin kacau setelah Scarface semakin serakah. Ayahmu membawa Karen ke Korea bersamanya, tetapi rupanya gadis itu tetap menjadi incaran Scarface."
Tarikan itu kemudian mengendur. Emma kembali memosisikan kedua kakinya seperti semula. Tangan Yoongi masih di sana, tetapi wanita itu kemudian kembali berbicara,
"Saat ini, kesampingkan dulu masalah Karen, karena—"
"Ya! Berengsek!"
Emma tersungkur ke belakang saat Yoongi dengan sengaja mendorongnya. Dua security langsung berlari dan memegang kedua tangan Yoongi lagi, begitu lelaki itu kembali ingin membuat keributan lagi.
Sempat membuang napas berat, Emma kemudian menatap Min Yoongi dari bawah dengan sedikit memberikan tatapan kesal yang kentara. Ia bahkan jauh lebih tua daripada lelaki itu, tetapi sikapnya sangat bar-bar sekali. Tidak bisa menghargai dan berbicara secara tenang dengan kepala dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] FRACTURE TRILOGY
Fanfic[Completed.] [Thriller/Gore] "We must find our safe place." [Sebagian cerita dihapus karena dibukukan] blackswanodile©2018