Selamat membaca
Setelah mendapat telpon dari Oppa, Aku segera pulang kerumah. Setelah sampai, Oppa ku tidak ada di rumah. Jangan berpikir buruk tentang kakakku, dialah orang yang membantuku membayar uang sekolah, walau memang pada ujungnya akan meminta kembali uangnya.
Oh Sehun.
Kakakku satu satunya. Keluargaku yang tersisa. Dia adalah keluargaku satu satunya. Jangan berpikir negatif, dia hanya sedang tersesat sekarang.Biarkan ku cerita kan sedikit tentang kakakku akhir akhir ini. Dia sedikit kehilangan arah sekarang. Setiap malam, ia selalu pulang dalam keadaan mabuk. Meminta uang padaku untuk berjudi, bahkan pulang selalu membawa wanita. Aku—
—cukup lelah dan pernah merasa ingin marah. Jika dia bukan oppa ku, mungkin telah aku bunuh, untung saja dia Oppa ku.
•••
Jam menunjukan pukul 19:00 kst. Itu berarti aku akan pergi ke minimarket untuk bekerja sampai jam 12 malam. Lelah rasanya. Tapi aku harus menjalaninya dan harus terbiasa.
Memang tubuhku sedang bekerja disini, tapi otakku sedang khawatir memikirkan oppa ku sedang apa sekarang dan memikirkan,apa dia sudah makan apa belum.
Daritadi aku menelpon pun tidak sekali pun dijawab. Haruskah kubiarkan saja?
Baiklah, aku akan fokus bekerja sekarang.
•••
Begitu banyak pengunjung sampai aku lupa sekarang adalah waktunya pulang. Aku terlalu senang melayani pelanggan, sedangkan dari setengah jam yang lalu, pemilik minimarket menunggu pergantian shift.
"Ahjussi, Kamsahamnida, besok aku akan bekerja lebih keras lagi. "
"Eoh, Jira. Sampai besok. Hati hati"
Sekarang sudah lewat dari tengah malam, untung saja minimarket tempatku bekerja dekat dengan rumahku sekarang, memang aku sengaja mencari pekerjaan yang dekat dengan rumah, kecuali sauna yang membuatku harus 2 kali naik bus kota.
Setelah sampai di teras rumah, aku masih berdoa kalau oppa ku sudah ada di rumah. Aku memasukan kode kunci untuk membuka pintu dan akhirnya terbukalah pintu bercat putih itu.
Seperti ada hal aneh.
"Oppa?"
Seperti ada orang. Apa oppa ku benar benar telah pulang?
"Oppa, berhenti main-main."
Apa hanya perasaanku saja. Tapi aku merasakan sesuatu.
"Ah oppaaa~"
Brakk treng...
"Aaaa" aku teriak, tentu saja aku terkejut.
"Nugu YA?" Aku berteriak sekali lagi. Aku takut, bisa saja dia pembunuh.
"YAK! NUGU-YAA? "
'Ohok ohok'
Aish, itu bukan suara batuk oppa ku. Jadi itu siapa?
Sungguh aku benar benar penasaran, daripada rasa penasaranku menyelimutimu, ya bukankah lebih baik aku cari tahu? Iyakan? Baiklah. Aku akan ke dapur sekarang.
Sayup sayup aku dengar seorang sedang mengumpat, ini pasti pencuri. Jika benar pencuri, apa yang akan di ambil di rumahku, aku tak punya apapun. Bahkan aku tak punya lampu untuk menerangi rumahku, karena aku belum membayar tagihan listrik sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe | Na Jaemin
FanfictionRead aja dulu. Hehe. Bhs formal dan dikit bahasa frontal. Hehe