Chapter 15

35 8 5
                                    

Semua telah melakukan perkenalan, sebagian masih ada yang berbisik bisik dengan tatapan sinis.

Lah ya bodo amat.

.
.

"Baik, akan ku beri kalian untuk bercakap sebentar dalam waktu 10 menit." perintah kakek tua itu kepada Siswa Zaroncy.

Semuanya pun langsung melakukan aktifitas masing masing, namun ada juga yang datang menghampiri kami.

"Hai, kami si kembar Bazerdos Alyza dan Bazerdos Khagiza." ucap mereka berbarengan, seperti tak asing..

"Nama panggilan?" tanya Sky, ala ala gaya caper nya.

"Alyza"

"Khagiza"

"Pertama melihat kalian, kami berdua langsung tertarik untuk berkenalan dengan kalian!!" kegirangan Alyza mamuncak, sifatnya persis dengan Snow.

"Wahh, terimakasih.. Mari berteman." ajak Sunny, memberikan tangannya untuk bersalaman.

"Tapi, aku sepertinya pernah melihat kalian.. Tapi dimana?" secara spontan, gue nanyain hal yang gak faedah itu.

"Menurutmu dimana Rain?" Khagiza balik bertanya.

"..."

Belum sempat berfikir, ada seseorang yang menyenggol Winter.

" Eh, ganteng.. Boleh kenalan gak?" centil amat si! Dia gak sendiri, ada dua temennya.

"Ih, paan si.. Njiir pen muntah gua!" eh si Cloud keceplosan, mana ngerti mereka.

"Heh, lepas.. Nter! Sini!" suruh gue, Winter mengikuti perkataan gue sambil cengar cengir.

"Kamu ngomong apa?" tanya teman yang satunya.

"Ih, kamu gak boleh ngambil pangeran aku! Dia punya aku! Kamu gak boleh sok sok an disini.. Karena putri Xiyeon adalah Ratu disini." Ko ni anak ngomongnya radak aneh ya, baku banget.

Masa gue juga harus jawab pake tuh bahasa.

"Apa? Pangeran? Aku gak salah denger tuh? Dia itu punya aku, jadi kam-" astatang pake acara keceplosan lagi.

Siap siap dah, ntar gue di interogasi Ma ni anak.

"Heh, Xiyeon, Tzuyu, Jenny! Udah dong.. Kalian suka banget bikin keributan!" teriak seseorang dari belakang.

Itu adalah Xaven dan Vaxran.

"Ya ampun, kayaknya hati gue meleleh ini!" lirih Snow. Ko gue jyjyk ya..

"Nanti kalian aku bilangin ke Sosen! Dah bubar!" perintah Xaven dengan tegas.

Mendengar itu, mereka langsung pergi.

"Wah, keren bro!" Sahut Sky, seraya merangkulnya.

"Gue disini emang tangan kanannya Sosen.. Jadi jelas lah gue keren." jawab Xaven dengan bangga.

"O, iya Ven.. Btw Sosen tu kakek tua tadi?" tanya gue.

"Iya, dia bisa dibilang kepala sekolah disini. O iya gue mo ngomong, ntar kalian bakal dapet hadiah.. Siap siap aja yaaa.."

Kata kata Xaven, membuat gue berpikir keras.
Hadiah? Jangan bilang soal ujian matematika!! Ogah gue..

"Hadiahnya paan?" Glory bertanya secara singkat.

"Liat aja nanti..eh btw, Snow lu cantik ya pake baju itu.." puji Xaven, yang sukses membuat Snow melayang gak karuan.

"Ah, masa?"

"Serius gue!!" Xaven mempertegas.

"Apaan, cewek buluq macam beginian dibilang cantik.. Cantik tuh kayak si alyza kek.. Khagiza kek.. Vaxran kek.. Adooh!" ujar si Luck.

"Ngomong lagi gue tabok nih!" ancaman Snow, bersiap mendaratkan tangannya ke arah Luck.

"Wekk"

Ni anak lama lama kek Tom & Jerry dah.
Herman dah gue.

"Eh.. Eh.. Eh.. Apaan nih!" Sontak gue kaget, ada sesuatu yang mencapit gue dari belakang.

Ini kek pencabit boneka yang di timezone,tapi kok gede banget.

"Eh, eh, gue mau dibawa kemana!!" teriak Snow yang juga tercapit oleh pencapit itu.

Bukan hanya gue dan Snow,si Winter, Luck, Glory, Sunny, Cloud juga dicapit. Gue cuma pasrah dibawa Ma ni pencapit rese.

"Selamat menikmati hadiahnya!!!" teriak Xaven dari bawah.

Jadi hadiahnya ini. Hadiah apaan kek gini, bikin jantung Copot.

.
.
.

Setelah beberapa menit...

"Ini, gue dimana? Loh kok gue cuma sendiri? Yang lain mana?" sekeliling gue gelap.

"Halo nak.." seseorang memanggil.

"Siapa itu!" teriak gue, melihat sekitar.

"Aku disini nak, kau sudah tumbuh besar sekarang." ucap wanita itu, perawakannya tinggi, cantik tapi gue gak ngerti dia ngomong apa.

"Siapa kamu?" tanya gue.

"Di depan sana nanti ada tantangan yang akan menunggumu nak.. Aku hanya bisa mendoakan mu dari sini." ucap nya sambil tersenyum,serta memeluk gue dengan lancang.

Gue emang gak tau dia siapa, tapi gue merasa nyaman banget saat dia meluk gue.

"Kamu pasti bisa nak, maafkan aku yang tak bisa berbuat apa apa, tapi jangan khawatir aku selalu ada di sini." ujar nya menunjuk dada gue, dan senyum.

Rasanya gue gak asing dengan senyuman itu.

Seketika ia menghilang, pandangan hitam pun datang kembali.

Tapi gue udah dalam keadaan memakai baju yang super duper aneh ini.

Sorotan cahaya sedikit demi sedikit terpancar.

Terdengar suara sorakan dari atas.




Dan akhirnya gue mengetahui hadiah yang dimaksud oleh Xaven, sahabat gue.

Hai guys sorry baru apdet, ujian numpuk gengs..

Stay vote & komen yaa

The Electman And The Zarperos CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang