Author POV
Saat ini Karin tengah menata barang-barang Bara sesuai intruksinya. Mulai dari buku-buku sampai hiasan.
“Sejak kapan dia suka belajar sebanyak ini?” gumam Karin sambil melihat-lihat buku Bara saat sedang menatanya.
Setelah tugasnya selesai, Karin memutuskan untuk beristirahat di meja kerjanya.
“Akhirnya.” Gumam Karin sambil menghembuskan napas kasar berkali-kali pertanda lelah. Lalu ia teringat bahwa ia masih memiliki nasi omeletnya miliknya, ia pun bergegas membukanya untuk dimakan mengisi tenaganya yang berkuras.
Saat akan makan, tiba-tiba Bara datang ke mejanya.
“Ayo pergi” ucap Bara lalu berlalu meninggalkan Karin yang masih bingung dan terkejut.
Maka dengan terburu-buru ia langsung bangkit dan menyusul Bara, “Tunggu aku!” ucapnya sambil bergerak tergesa-gesa. Lalu saat sudah sejajar dengan Bara, Karin bertanya.
“Kita akan pergi kemana?” tanya Karin yang masih berjalan beriringan dengan Bara, “kita baru punya janji temu dengan perusahaan Rusia jam 2 nanti. Sekarang bahkan belum jam 1 siang,” lanjutnya sambil melihat jam di tangannya.
“Karin, apa kau masih belum melihat dengan jelas situasi saat ini?” tanya Bara lalu menghentikan langkahnya menghadapa Karin.
“Aku terbiasa pergi ke lokasi 30 menit lebih awal untuk mengecek tempat dan situasi, sekaligus menyiapkan diri sebelum pertemun itu, oke?” jelasnya pada Karin. Mendengar penjelasan Bara, Karinpun hanya bisa mengangguk-anggukan kepala.
“Kita bisa berangkat sekarang?” tanya Bara.
“Ya,” jawab Karin. Kemudian merekapun berjalan kembali menuju mobil yang sudah disiapkan.
Saat sudah sampai di depan perusahaan, tiba-tiba sebuah brosur restoran terbang dan hinggap di wajah Bara hingga membuat Karin terkejut dan menahan tawanya. “Karma,” batin Karin.
Sedangkan Bara langsung mengambil brosur tersebut dari wajahnya dan meremasnya karena kesal.
“Telur lagi!” ucap Bara saat melihat brosur tersebut yang ternyata adalah brosur restoran nasi omelet. Kemudian saat Bara membuang brosur tersebut, ternyata brosur tersebut mengenai wajah Karin.
“Akh!” ucap Karin terkejut. Karena tubuhnya yang tidak siap dan terkejut, ia kehilangan keseimbangan dan akan terjatuh jika Bara tidak menahan tubuhnya dengan sigap merangkul pinggangnya dengan kedua tangannya hingga terjadi adegan canggung namun mendebarkan. Merekapun bertatapan cukup lama hingga akhirnya Bara membantu Karin bangkit lagi.
“Terima kasih,” ucap Karin tulus pada Bara karena telah menolongnya.
“Kita sudah lama tidak bertemu, apa kau lupa bagaimana caranya berjalan?” ejek Bara hingga membuat Karin kesal dan menghela napas kasar. Mereka pun kemudian masuk ke dalam mobil dan memulai perjalanan bertemu dengan klien Perusahaan Rusia.
Di dalam perjalanan, Karin melihat Bara tertidur dengan posisi duduk. Lalu ia mulai mengingat bagaimana dulu Bara juga sering tidur di kelas ketika SMA. Saat sedang asyik melihat tidurnya Bara, tiba-tiba yang dilihat terbangun dan langsung menatap Karin dengan tatapan intens. Maka Karin pun langsung mengalihkan pandangan menghindari tatapan Bara.
“Apa kau tahu bahwa kau benar-benar berbeda dengan yang dulu?” ujar Karin tiba-tiba menghilangkan kecanggungan.
“Tapi kau tetap sama. Masih selalu blak-blakan dengan apa yang kau pikirkan,” jawab Bara yang dibalas senyuman tipis oleh Karin, “walaupun aku tidak tau apakah itu hal baik atau buruk,”lanjut Bara. Karin yang mendengar itupun mengerucutkan bibirnya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss to My Boyfriend
Teen FictionBagaimana rasanya bertemu dengan teman lama yang sering kita remehin dulu, tapi sekarang jadi bos kita? Takdir tidak ada yang tahu, maka jangan menyepelekan siapapun.