Dimalam yang sunyi, seorang wanita tua duduk sambil berdoa "ya tuhan. Aku sudah tua, jika aku mati nanti.. anakku.. akan hidup sendirian" ia menangis "ya tuhan,kirimkanlah seseorang yang akan menemaninya nanti saat aku sudah tak ada." Ucapnya sambil menghapus air mata.
Angin berhembus kencang, daun-daunan berterbangan berserakan kemana mana. Jinenji. Seorang hanyo tengah mencari kayu-kayuan kering untuk dijadikan kayu bakar. Ketika tiba-tiba angin bertiup sangat kencang dan seperti meniup sesuatu, mata jinenji melihat sesosok tubuh wanita yang terbaring di atas rerumputan dengan kimono yang berlumuran darah dan racun. Segera ia mendekati wanita itu dan melihat keadaannya, wanita ini sekarat dan butuh pengobatan secepatnya.
7 tahun telah berlalu setelah kematian naraku. Namun peperangan tetap terjadi dimana mana, keadaan tetap tidak begitu aman sebagian orang yang lemah. Para bangsawan suka bersikap seenaknya pada rakyat biasa. Tidak hanya manusia, para siluman jahat juga menjadi ancaman bagi para manusia yang lemah, masih tidak aman untuk hidup dengan tenang.
Jinenji meramu obat, sementara ibunya mengurus wanita yang ia temukan tadi. "Apa dia masih bisa diselamatkan?" Ucap ibu jinenji. "Ibu, tugas kita hanyalah berusaha membantu, dia sembuh atau tidak adalah kehendak Tuhan." ujar jinenji "siapa dia sebenarnya, siluman seperti apa kira-kira ya?" ucap ibu jinenji penasaran "aku harap dia bukan siluman jahat" tiba tiba mata wanita siluman itu terbuka, mulutnya terbuka dan ia berucap "dimana ini?... Siapa kalian?... Kenapa aku ada disini, apa yang terjadi padaku" jinenji dan ibunya saling memandang heran. Wanita siluman itu tampak kebingungan dan ia bermaksud pergi dengan melapas bulu kecil dari rambut hitamnya "nona. Kau masih sakit dan perlu pengobatan" cegah ibu jinenji menahan tubuh wanita itu "nona kau belum sembuh sepenuhnya, istirahatlah sebentar lagi." Wanita itu meanggukan kepala dan ia berbaring lagi.
Keesokan harinya. Ibu jinenji sedang menyiapkan makanan, wanita itu memperhatikan dan ia tergoda untuk mencoba memakan makanan manusia itu. "Kau lapar nona?" Tanya ibu jinenji. Wanita itu meanggukan kepalanya "tapi, sebenarnya aku tidak makan makanan manusia." Ibu jinenji heran "apa yang biasanya kalian para siluman makan, nona." Wanita itu hanya tersenyum. "Nyonya, apa kau seorang tabib?" Tanya wanita itu. Ibu jinenji tertawa, "Haha ha.. bukan nona, aku hanya meramu obat saja." wanita itu tampak meanggukan kepala "tapi kau telah menyembuhkanku nyonya, dan aku berterimakasih untuk itu." Wanita itu berdiri, ibu jinenji memperhatikannya "aku rasa aku sudah sehat , aku mau pulang dulu." Ia melangkah " apa kau punya rumah nona" tanya ibu tua itu, wanita itu terdiam. Rumah, tentu ia tak punya, lalu ia mau pulang kemana, pikirnya. "Nona, kalo kau tak punya tujuan, kau bisa tinggal disini sementara. Aku hanya tinggal berdua dengan anakku disini, tidak akan masalah jika kau tinggal sementara disini" ibu tua itu menawarkan "lagipula sekarang keadaan sepertinya kurang aman untuk orang yang baru sembuh sepertimu untuk pergi sendiri, kau tau nona, perang terjadi dimana-mana,perang manusia, perang yokai, hm benar-benar menakutkan" wanita itu tampak ragu. "Kalo boleh tau nona, siapa namamu" tanya ibu tua itu. "Kagura. Kau bisa panggil aku kagura."
Begitulah akhirnya kagura tinggal sementara dirumah jinenji. Selama menumpang dirumah ibu dan anak itu, kagura ikut membantu menanam dan merawat tanaman obat di kebun jinenji dan ibunya. Hingga tidak terasa hampir setengah bulan sudah ia tinggal di sana,
"Ibu aku pergi dulu" ucap jinenji dengan wajah berseri-seri, "berhati-hatilah dijalan, sampaikan salam ibu pada mereka ya" jinenji meangguk malu. Ia pun pergi dengan membawa sekeranjang tanaman obat dan seikat bunga yang ia petik sendiri. Sementara kagura Tampak heran dengan sikap jinenji "mau pergi kemana dia. Nyonya" tanya kagura pada ibu jinenji "dia pergi mengantar tanaman obat untuk kagome" kagura tampak sedikit terkejut. Kagome...apa kagome yg dimaksud wanita tua ini adalah kagome yg dulu... pikirnya "kau tampak bingung" tegur ibu jinenji "kagome adalah teman jinenji, dulu dia sering kemari untuk mencari tanaman obat-obatan, tapi karna sekarang dia sibuk mengurus anak-anaknya, jadi jinenji yang mengantarkan kesana." jelas wanita tua itu, lalu ia kemudian tersenyum "ah. Sebenarnya itu hanya alasan jinenji saja untuk pergi kesana, Inuyasha bisa saja kemari untuk mengambil tanaman obat yang mereka perlukan, tapi jinenji beralasan kalo itu pasti sangat merepotkan jadi dia yang pergi kesana." jelas ibu tua itu. Kagura hanya termenung mendengar nama Inuyasha dan kagome yang meluncur dari mulut wanita tua itu. Ibu tua itu melanjutkan omongannya tadi "sebenarnya dia kesana untuk menemui gadis yang dia suka."
Kagura menyiram tanaman kebun obat jinenji sendirian, hingga seseorang yang ia kenal terdengar berteriak-teriak memanggil jinenji. "Jinenji, oi jinenji dimana kau, mana obat-obatan yang aku pesan." Itu suara jaken yang angkuh terdengar. Kagura terkejut dan berpaling melihat Jaken, Jaken yang melihat kagura juga terkejut luar biasa, karna yg ia tau bahwa kagura sudah lama mati