F4 : Keputusan

999 64 0
                                    

Mas Endi sudah datang tadi sore. Sedang duduk di karpet mengotak-atik lego berdua dengan Getar. Mbak Ita sedang masak di dapur, dan Dea dilarang ikut campur urusan dapur. Jadilah dia duduk di teras depan. Ingatannya menerawang

Dea sudah sampai di RS dr. Karyadi. Dia segera masuk ke IGD. Dokter segera memeriksa kondisi Dea. Pak Gun sedari tadi menemani Dea

"Bapak udah telfon Ibumu tadi" kata Pak Gun "Sebentar lagi sampe sini"

Dea hanya mengangguk dan masih menahan sakit. Dea melihat jam yang tergantung dinding rumah sakit. Sudah pukul 4. Dokter segera membawa Dea ke ruang CT Scan. Setelah selesai CT, Dea kembali ke ruang IGD. Sudah ada Ibunya disana

"Dek. Gimana? Sakit banget?" Tanya Ibu
"Lumayan bu" kata Dea "Ibu sama siapa?"
"Sama mas Endi tadi"
"Trus mas Endi dimana?"
"Lagi ngurusin administrasi di pendaftaran" kata Ibu sambil mengusap rambut Dea "Ini lho yang bikin Ibu gak ikhlas kamu jadi atlet dulu" kata Ibu sambil agak berkaca2
"Sasa gapapa Ibu" kata Dea sambil menggenggam tangan Ibunya yang khawatir dengan kondisinya sekarang

Pak Gun mengajak Ibu berbincang sebentar

"Dek besok operasi ya. Sore ini kita pindah kamu ke dr. Sarjito" kata Ibu
"Emang kenapa Bu kok sampai operasi?" Tanya Dea agak panik
"Kamu dislokasi sendi lutut, masih sama kaya yang lama, cuma sekarang ligamennya kena dek" kata Ibu "Dek. Udah ya jangan lanjut main badminton lagi. Ibu gak ikhlas" kata Ibu sambil memeluk Dea. Endi datang dari luar tapi dia tidak sendiri, sudah ada Rian bersama dengan Endi masuk IGD. Kemudian Rian salim pada Ibu
"Bu. Sudah Endi urus pindah rumah sakitnya" kata Endi sambil menyerahkan dokumen
"Sudah selesai semua administrasinya mas? Sudah minta ambulance untuk nganter ke Jogja?"
"Beres Bu. Tinggal nunggu petugas ambulance nya aja" kata Endi
"Mas Rian udah disini apa udah selesai pertandingan?" Tanya Ibu
"Kalo saya udah tante. Tapi masih ada 1 pertandingan terakhir tadi" kata Rian
"2-2 kak?" Tanya Dea
"Iya" jawab Rian
"Siapa yang kalah selain aku?"
"Dini-Lila" jawab Rian

Tepat saat Rian menjawab petugas ambulance datang

"Tante, boleh ikut bareng Sasa gak?" Tanya Rian
"Masuk ambulance mas maksudnya?"
"Iya tante"
"Gapapa?"
"Gapapa tante. Tante sama mas Endi kan bawa mobil. Gak mungkin tante di dalem ambulance juga. Kan jauh. Mas Endi biar nyetir" kata Rian
"Yakin Yan?" Tanya mas Endi
"Yakin mas. Tapi aku titip barang2ku ya"
"Oke kita masukin bagasi dulu aja" kata mas Endi kemudian Rian ikut di belakangnya. Setelah selesai menaruh koper Rian dan koper Dea yang tadi dia bawa, Rian menuju ke dalam ambulance. Menemani Dea. Tak berapa lama pintu ambulance ditutup dan ambulance berangkat menuju Jogja

"Coba tanyain anak2 siapa yang menang kak" kata Dea
"Masih sempat2nya kamu nanya siapa yang menang?" Tanya Rian sambil alisnya berkerut. Dea tersenyum. Dan Rian tidak bisa menolak permintaan Dea

Rian segera mengambil HPnya kemudian menelpon Bayu. Ternyata Jaya Abadi berhasil memenangkan final melawan Saloka

"Menang. Ganis-Raihan menang" kata Rian
"Alhamdulillah" kata Dea
"Udah sekarang kamu tidur. Jogja masih jauh" kata Rian dan Dea mengangguk. Rian mengusap kepala Dea. Sejujurnya Rian sangat khawatir sekarang. Tapi dia tidak boleh menunjukkan kekhawatirannya di depan Dea

🏸🏸🏸

Dea sudah masuk ruang operasi. Rian masih menemani Ibu dan Endi di rumah sakit. Dia sudah izin Mama dan Ayahnya dan beliau setuju. Bahkan katanya sebentar lagi orang tuanya menyusul ke rumah sakit. Ibu sedari tadi panik mondar mandir. Ketika ada pasien keluar dari ruang operasi Ibu buru2 melihat pasien itu

"Bu. Duduk aja deh" kata Endi
"Ibu gak tenang mas" kata Ibu
"Makanya Ibu duduk disini. Kita doain Sasa sama2" kata Endi. Ibu duduk diantara Rian dan Endi. Rian sama khawatirnya dengan Ibu dan Endi. Setelah 3 jam bertarung di ruang operasi, perawat memanggil wali Dea. Mereka berdiri

Kisah Kemarin (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang