I'll Never Love Again

1.2K 105 127
                                    

Wish I could, I could've said goodbyeI would've said what I wanted toMaybe even cried for you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wish I could, I could've said goodbye
I would've said what I wanted to
Maybe even cried for you

Sampai kapanpun, perpisahan tidak akan pernah bisa menjadi hal yang mudah. Dan hidup dalam kejadian di setelahnya adalah perkara yang tak pernah ku inginkan ada.

Kalau saja aku bisa menduga, menerka, mengira. Aku ingin meniadakan hari itu. Andai aku mampu.

...

[flashback on]

"Perempuan." Dokter kandungan yang memeriksakan kandunganku mengumumkan kepadaku dan suamiku, bahwa calon anak kami berjenis kelamin perempuan.

"Bayinya sehat. Dan jangan lupa ibunya juga jaga kesehatan, ya. Jaga pola makan dan cukup istirahat."

Suamiku, Deven Christiandi Putra, meneteskan air matanya. Air mata yang telah sekian lama tak luruh sejak kami mengucapkan sumpah dalam ikatan pernikahan.

Aku duduk dan memposisikan diri setelah selesai pemeriksaan. Deven mendekatiku, memelukku, dan mencium keningku. Hangat. Kehangatan yang tak pernah bisa ku dapatkan dari siapa pun.

"Terima kasih." Ucapnya pelan. Penuh makna.

Keluar dari ruang periksa, aku memeluk hangat kedua orang tuaku yang sudah sejak tadi menanti hasil dari pemeriksaanku hari ini. Tentu saja mereka senang setelah menerima kabar bahwa calon bayiku dalam keadaan sehat. Terlebih setelah mengetahui jenis kelaminnya perempuan. Mereka langsung membayangkan berbagai macam keperluan lucu dan serba pink. Mulai dari bandana hingga rok-rok ala balerina. Mami bahkan mulai membuka google dan mencari referensi dekorasi kamar untuk bayi perempuan. Aku hanya tersipu, tentu saja juga senang. Aku beralih pada Deven di sebelahku. Menatap matanya yang masih terlihat sembab. Ku tarik lengan kemejanya, ia pun menunduk dan mendekatkan wajahnya padaku. Lalu ku bisikkan sesuatu padanya.

"Ayah, tunggu aku, ya. Aku akan hadir sebagai gadis perempuan yang hebat dan cantik. Sstt, itu tadi pesan dari anak kita. Dia memintaku untuk menyampaikannya padamu."

Deven tersenyum dengan keusilanku. Namun di menit berikut dia ikut membalas dengan bisikan.

"Bunda, terima kasih karena telah memilih ayah. Karena rasanya pasti senang sekali memiliki ayah yang tampan. Saat sekolah, aku akan memamerkannya pada teman-temanku."

Mendapat balasan bisikan Deven, aku hanya tertawa. Ah, bayangan ini semakin kuat saja. Bayangan akan masa-masa bahagia kami. Yang sempurna.

[flashback off]

...

"Bunda, sedang apa?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'LL NEVER LOVE AGAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang