3

428 47 19
                                    

Srakkk
Perempuan itu melempar tumpukan kertas pada gadias di depannya.

"Kau bilang ingin menulis?" ucapnya dengan nada sinis sambil menatap gadis didepannya yang hanya menundukkan kepalanya.

"aku suruh kau untuk membenarkan tulisan dalam ceritaku saja tidak pecus, bagaimana kau mau jadi penulis, eoh? "

Gadis berambut sebahu itu menahan emosi sambil meremas pinggiran jacketnya.

"Pergi dan bawa semua pekerjaanmu itu, aku tidak mau tau. Besok kau sudah harus menyelesaikan tugasmu, sesuai dengan apa yang aku mau."

Gadis itu mengangguk lalu membereskan kertas yang berserakan di depannya.


Daniel memarkirkan mobilnya di halaman rumah.

Setelah memastikan mobilnya terkunci, ia melesat masuk kedalam rumah.

"Ibu... Ibu.. " Panggil Daniel pada ibunya.

Daniel menemukan ibunya yang sedang bersantai di halaman belakang, ia menghampiri ibunya, memeluk dan mencium kedua pipi wanita tua itu.

"Kenapa??  Kelihatannya kau senang sekali" ucap ibunya pada Daniel yang tak melepas senyumannya.

"Aku diangkat sebagai manager area." ucapnya sambil menyunggingkan senyum khasnya.

"Benarkah?? Dimana?" tanya ibunya antusias.

"Myeongdong, kantor cabang yang paling besar"

"Myeongdong?" raut ibunya seketika berubah.
"Itu tandanya kau akan pergi dari rumah?"

"Eii.. Tidak bisa dibilang pergi ibu. Aku akan pulang saat libur kerja." jelas Daniel.

"Apa kau akan membawa Sakura?"

Daniel menimbang ucapan ibunya "sepertinya tidak, dia juga ada pekerjaan bukan disini. Jadi aku akan pergi sendiri"

Ibunya tampak sedikit lega.

"Aku tau aku tau.. Ibu tidak akan rela jika aku membawa Sakura bersamaku. Kau terlihat lebih menyayanginya dari pada aku." goda Daniel pada ibunya.

"Aku sudah menyayangimu sejak kecil, dan berapa umurmu sekarang? Apa aku tidak boleh menyayangi menantuku yang baru 3 bulan berada dirumah ini?"

"Arraseoo... Arraasseeoo..., karena aku juga menyayangi ibu. Makanya aku tidak membawanya pergi bersamaku, meski itu berat." Daniel sekali lagi memeluk ibunya.

Sakura berjalan sempoyongan menuju halte bis, dengan sisa-sisa tenaganya, ia mencoba melangkahkan kakinya.

Sakura menyandarkan punggunya saat duduk di halte bis sambil memijat keningnya yang lumayan pusing.

Hari ini sungguh berat, sungguh Sakura tidak menyangka bahwa menjadi seorang penulis harus mengalami rintangan yang cukup sulit bagi dirinya.

Bagaimana tidak..
Sang penulis seniornya menyuruhnya mengedit beberapa naskah yang akan dibuat cerita, namun apa yang Sakura kerjakan tidak sesuai keinginannya dan malah melempar hasil kerja kerasnya semalaman pada mukanya.

Ingin sekali Sakura mengumpat, namun apadaya dirinya hanya seorang asisten penulis.

Sebuah cahaya matahari yang terpantul dari kaca toko di seberangnya mengenai wajahnya.
Sakura memicingkan matanya dan berusaha menutupinya dengan punggung tangannya.

Ia berdiri untuk berpindah tempat namun tanpa sengaja seseorang menabraknya dari arah yang berlawanan.

Sakura terhuyung kesamping dan terjatuh keluar trotoar.

The Last Love (Sequel We Got Merried) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang