Kertas Di dapur

60 11 0
                                    

         2 bulan telah berlalu, liburan Johan dan Shima di Paris begitu menyenangkan. Akhirnya Daniel pun menikah dengan seorang dosen cantik bernama Melly, mereka kemudian mendirikan rumahnya sendiri di luar kota. Sedangkan Ray, sekarang dia sedang kuliah di luar negeri. Kepergian sahabat-sahabat Johan tak membuat rumah sepi, karena dia ditemani oleh Shima dan calon bayinya yang masih ada didalam kandungan. Mereka sudah tidak sabar menanti kelahiran anak pertama mereka.

        Shima sedang duduk di teras rumah sambil mendengarkan musik favoritnya, Johan yang baru bangun tidur kemudian membuatkan susu untuk Shima.

       "Selamat pagi sayang, kenapa kau tak membangunkanku?"

        "Kau tidur sangat nyenyak tadi, aku tidak tega membangunkanmu. Apa yang kau bawa itu, susu untukku?"

        "Tenti saja, bukankah aku ayah dan suami yang baik?"

        "(Tertawa) baiklah, aku akan meminumnya. Kau sangat bau, cepat mandi !" Perintah Shima pada Johan.

       Johan kemudian masuk dan mandi, senyum di wajah Shima perlahan memudar ketika Johan pergi. Butiran air mata ikut menetes dari mata Shima. Sesekali Shima mengusap air matanya tak ingin suami yang sangat dicintainya itu melihatnya sedang menangis.

      "Aku harus melahirkan anak ini, Johan sangat menginginkannya. Nak, apapun yang terjadi nanti, Ibu sangat menyayangimu, Ayahmu juga sangat menyayangimu. Maafkan Ibu, rawatlah Ayah nanti saat Ibu pergi" kata Shima sambil mengelus perutnya.

Kringg...  Kring.....  Kring...

      Tiba-tiba ponsel Shima berbunyi. Shima langsung mengangkat teleponnya sembari mengusap air matanya.

       "Selamat Pagi, dengan Nyonya Shima? Hari ini jadwal aborsinya, nyonya bisa datang jam sembilan" kata resepsionis.

        "Maaf, saya berubah pikiran. Suami saya dan saya sendiri menginginkan anak ini. Lagipula ini anak pertama kami yang kami tunggu-tunggu dari dulu. Maaf merepotkan anda, terimakasih"

       "Nyonya tunggu sebentar, bukankah awalnya anda sendiri yang ngotot ingin menggugurkan anak anda? "

       "Saya sudah salah, sekarang saya ingin anak ini lahir ke dunia dengan sehat"

      Kemudian Shima menutup ponselnya dan masuk ke dalam untuk membuat sarapan.

       "Shima, kau masak apa? Hmmmm, aromanya lezat sekali" sambil memegang pundak Shima

      "Aku masak makanan kesukaanmu, rawon pedas"

      "Wah, baiklah, aku akan tunggu dimeja makan. Kau memang isteri yang cantik dan pandai memasak. Teruslah seperti ini, masakkan aku setiap hari" kata Johan sambil mencium kening Shima.

      Mendengar perkataan Johan barusan, Shima tertegun dan berkaca-kaca.

      "Seandaianya aku terlahir menjadi seorang manusia sempurna, pasti aku akan melahirkan anak ini, merawat, dan bahagia" kata Shima pelan.

     Masakan demi masakan sudah siap, Shimapun menghidangkannya dimeja makan. Waktu menunjukkan pukul 8, Johan dan Shima memakan makanannya hingga habis kemudian mereka bersiap untuk pergi ke mall.

      "Shima, kau masuk mobil saja dulu, aku akan mengambil jaketku"

      "Aku akan menunggumu disini"

      "Baiklah"

       Johan pun masuk rumah untuk mengambil jaketnya, karena haus dia pergi ke dapur untuk minum. Saat hendak menggambil gelas, ia menemukan gulungan kertas didekat rak gelas, lantas Johan mengambilnya dan membacanya.

      "Kertas apa ini? Jasa dokter aborsi?! Siapa yang menghubungi dokter untuk aborsi! Tidak mungkin Shima, dia, dia tidak mungkin ingin menggugurkan anak kita. Aku harus menanyakannya"

       Dengan kesal Johan berjalan mendekati Shima dengan membawa kertas tadi. Tanpa berbelit-belit Johan langsung menanyakannya kepada Shima.

       "Shima! Kertas apa ini?"

       "It... Itu... Itu kertas... "

        "Kau mau menggugurkan anak kita? Apa kau tega membunuh anak yang tak berdosa ini. Usianya sudah hampir 3 bulan, apa kau tidak ingin anak ini lahir?!"

       "Tidak Johan, tidak seperti itu.. Awalnya memang aku meng..... " jawab Shima terputus.

      "Hanya jawab iya atau tidak. Apa kau menghubungi dokter untuk aborsi?! " tanya Johan serius dengan tatapan melotot.

       "Iya, tapi... "

        "Sudah, aku sudah tidak ingin dengar apapun lagi, aku sangat mencintaimu Shima, tapi kenapa kau melakukan ini padaku dan anak kita?" dengan kesal Johan masuk mobil dan langsung pergi.

       Shima bingung harus berbuat apa sekarang, dia juga merasa menyesal karena awalnya dia berfikiran untuk menggugurkan kandungannya, tapi Shima telah membatalkannya. Johan sangat marah, Shima bingung bagaimana cara menjelaskan pada Johan jika dia telah membatalkannya.

      Johan tak kunjung pulang. Kini jam 4 sore dan sedang hujan deras, Shima masih menunggu Johan diruang tamu sejak pagi tadi.

       "Johan, kau dimana. Ini hujan deras dan kau belum pulang. Aku harus apa, dia juga tidak mengangkat teleponku. Apa aku harus mengatakan kebenarannya? Tapi aku tak ingin Johan sedih nanti" ucap Shima bingung.

      Karna lelah menunggu Johan, Shimapun tertidur di sofa. Tak lama kemudian Johan pulang, melihat Shima tidur di ruang tamu membuat Johan merasa bersalah telah membentak Shima tadi pagi.

       "Shima, bangun, kenapa kau tidur disini?"

      "Johan! Kau sudah pulang? Aku menunggumu dari tadi" kata Shima girang.

      "Maafkan aku Shima, aku dari klinik PG tempat kau mau aborsi"

       "Kenapa kau pergi kesana? Aku sudah membatalkan semuanya. Aku akan melahirkan anak kita, aku janji"

       "Iya, aku akan percaya padamu. Aku juga sudah tau jika kau sudah membatalkannya tadi pagi. Tapi kenapa kau berfikiran untuk menggugurkannya?"

     Shima hanya tertegun tak bisa menjawab apa-apa.

       "Shima? Ada apa? Kenapa kau tak mau cerita kepadaku?"

       "Johan, tubuhku memang seperti manusia, tapi takdir tak bisa dipungkiri bahwa aku seorang putri duyung. Struktur tulang, darah, dan organ dalamku tak sama denganmu. Aku memang bisa mengandung tapi aku tak akan bisa melahirkannya. Hanya ada satu pilihan, ibu atau anak.  Awalnya aku memang salah, tapi aku sadar ini kelahiranku yang berikutnya menjadi seorang manusia, kau nanti ambil anak ini di perutku dan aku akan tenang untuk selamanya" ucap Shima sambil menangis.

      "Kau akan meninggalkanku dan anak kita? Apa tak ada cara lain?"

      "Hanya itu yang bisa aku lakukan, aku tidak akan meninggalkanmu, bahkan aku dilahirkan kembali sebagai manusia dan aku senang sekali. Kisah cintaku akan lebih panjang dari umurku"

       Johan mematung dan berkaca-kaca, dia tidak bisa berkata apapun. Dengan sigap Shima memeluk Johan, Johan pun membalas pelukan Shima. Suasana menjadi sangat haru, Johan dan Shima menangis berdua. Sekarang hanya tinggal menunggu kelahiran anaknya atau kematian Shima.

<<< Bersambung >>>

Gimana ceritanya?
Ikuti terus yh..
Vote and komen
Salam : GhostLister

❤❤❤❤

You Are My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang