[14] canda tawamu

545 128 19
                                    

Setengah hari ini sudah terlewati oleh berbagai macam kegiatan yang sudah dirancang dari jauh-jauh hari oleh anak acara dan panitia diklat.

Matahari sudah berada tepat di atas kepala. Keringat sudah bercucuran, walaupun di sini tidak terlalu terasa panasnya matahari,  karena udaranya cenderung sejuk, tapi karena mereka semua terus bergerak dan beraktivitas, tentu saja panasnya masih terasa.

Energi sudah mulai terkuras, dan perut pun sudah berbunyi minta diisi.


Lucas yang sejak pagi tadi sudah harus bolak-balik turun naik dari atas ke bawah untuk mengambil segala perlengkapan. Dilanjut dengan tugasnya yang bertanggung jawab sebagai PJ game. Dan tak hanya sampai di situ, waktu Lucas lagi celentang tidur menatap matahari yang tertutupi rindangnya daun dan ranting pohon, setelah semua tugas utamanya selesai, Lucas malah ditarik sama Woojin, untuk membantunya di posko rest area.

Tapi, memang Lucas yang dasarnya banyak bicara. Hobinya ngebacot dan membicarakan hal tidak penting. Giliran di kasih mic sama Woojin, Lucas langsung bereaksi. Ya, bercanda-bercanda sambil menghilangkan penat para peserta diklat.


"Cas, laper gak?"

Suara Doyeon langsung mengalihkan perhatian Lucas yang sebelumnya sedang menggeret sound dan mengembalikannya ke area tengah.

"Kenapa?"

"Ke bawah yuk, cari makan."


Lucas cuma menaikkan sebelah alisnya, meperhatikan Doyeon dengan tatapan bingung.

Ini benar, Doyeon yang lebih dulu mengajak Lucas untuk makan bareng?


Setelah selesai mengembalikan sound ke tempatnya, Lucas langsung mensejajarkan langkahnya, sama dengan Doyeon. Berjalan beriringan untuk turun ke bawah, saat semuanya kini sedang istirahat makan siang.

"Gak naik motor aja?" Tanya Doyeon.

Lucas langsung menggeleng, "Jalan kaki aja, biar aku bisa lama berduaan sama kamu."

Dan seperti biasa, ucapan Lucas sudah tak mendapat respon lagi dari Doyeon.


Sebenarnya, Doyeon bisa mengajak Hyewon atau Daisy atau juga yang lain untuk menemaninya makan. Tapi, entah mengapa, langkah kakinya siang itu malah membawanya ke arah Lucas yang beberapa waktu sebelumnya tampak tertawa puas di depan para anggota baru, setelah melontarkan candaannya yang sama sekali tidak bermutu.

Entah mengapa, sedikit waktu yang ia habiskan bersama lelaki itu, tiba-tiba saja membuat Doyeon merasa.. lebih dekat..


"Lo mau pesen apa?"

Lucas yang sudah duduk di satu meja lebih dulu langsung melihat tempelan kertas berisi daftar menu makanan yang ada di gubuk warung kecil itu.

"Mie ayam aja."

Doyeon langsung mengangguk.

"Tapi gak usah pake ayamnya ya."

"Hah?" Doyeon mengerutkan dahinya.

"Iya, gak usah pake ayamnya."

"Mie ayamnya tapi gak pake ayamnya, lo gimana, sih?" Tanya Doyeon bingung.

Lucas mengangguk, "Iya, pesenin sana, keburu laper aku."

"Masa mie ayam gak pake ayam, ya bukan mie ayam, Cas."


Lucas mengacak rambutnya pelan, "Milia, sekarang gue tanya deh, emang kalo makan nasi kucing harus ada kucingnya?"

Doyeon diam, "Ya enggak-"

"Kalo mau beli roti buaya sekalian sama buayanya?"

"Enggak, sih, tapi-"

"Ya udah, mie ayam berarti gak usah ada ayamnya."


Doyeon langsung menghentakkan kakinya keras, meninggalkan Lucas untuk memesan makanan asal-asalan yang diinginkan Lucas.

Bodo amat. Sekalian aja gak usah pake mie, gak usah dimasak dulu. Makan aja itu mie mentah.


"Kamu duduknya munduran dong." Ucap Lucas sambil mengarahkan dagunya pada Doyeon yang baru saja duduk di kursi tepat di depannya.

"Kenapa?"

"Cantiknya kelewatan."

Lucasnya nyengir, Doyeon cuma menggelengkan kepalanya, selagi dirinya menahan diri untuk tak ikut tersenyum.

Sepertinya lelaki itu sudah siap untuk melemparkan serangan-serangan mautnya untuk Doyeon.


"Milia, nambah airnya dong."

Doyeon tampak bingung, "Air apa? Orang minumnya juga belom dateng."

Lucas sudah memasang senyum paling manisnya, "Air laf yu."

Dan kini, Doyeon sudah tak bisa lagi menahan senyumnya.


Entah mengapa, sesekali waktu, Doyeon butuh untuk merasakan hal-hal seperti ini. Dihibur dengan hal-hal kecil yang bisa membuatnya tersenyum, walaupun hanya bertahan untuk sementara.

Karena memang, terkadang, perbincangan sederhana itu perlu. Diselingin sebuah canda, dan diikuti sebuah tawa.


Tapi, apa daya, jika seseorang yang diharapkan, tak ada di sini, bersamanya.


Sejak terakhir kali di malam itu, Doyeon masih belum menerima panggilan lagi dari Youngmin. Bahkan sebuah pesan pun tidak.

Dan ia, berada di sini, sekarang, dengan Lucas. Orang yang dengan niat jelas-jelas mendekatinya. Orang yang selama ini berusaha ia jauhi. Orang yang selama ini, tak pernah ia harapkan untuk bisa lebih dekat lagi.


Sebuah rasa itu terkadang memang lucu. Yang satu sedang berusaha merayu semesta, membuktikan bahwa kebersamaan mereka patut diizinkan. Tapi, yang satu pun sedang berusaha, menjaga hatinya untuk seseorang yang jauh di sana.




miles & smile

miles & smile― lucas ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang